Liya merapikan bedak polesan bedak di wajahnya, perempuan itu kini terbalut gaun berwarna coklat beraksen off-shoulder. Perempuan itu sangat manis apa lagi saat ia tersenyum memandangi bayangannya di cermin.
Pintu kamar terdorong masuk beringin dengan suara milik sang suami Liya. "Ud__" ucapan Alif mengambang, mata hitam itu diam tanpa mengedip memandangi Liya yang membalik badan dan menatapnya.
"Aku udah siap," Ucap Liya memandang sang suami lurus.
Alif bersedakap, entah berapa lama ia terdiam memandangi Liya. "Apa aku sedang melihat bidadari?"
Liya tersenyum lebar membuatnya makin terlihat manis di mata Alif. "Bukankah bidadari itu harusnya punya sayap," gurau Liya.
"Mungkin kamu yang sering di bilang orang, bidadari tanpa sayap." Jawab Alif dengan senyum manisnya. Laki-laki itu mendekati sang istri, memandangnya lebih dekat. "Aku baru tahu, jika ada perempuan cantik setelah mama di dunia ini."
Liya tersenyum kecil. "Mama ku juga cantik, semua wanita itu cantik. Kalau tampan, kan perlu di pertanyakan." Canda Liya.
Alif tersenyum sambil menoel hidung Liya. "Bisa aja jawabnya," ucapnya.
"Ayo kita berangkat, nanti mama nungguin." Lanjut Liya dengan sugutan kecil.
"Kamu sih bikin pangling, jadi lupa kalau mau makan malam sama mama." Sahut Alif membuat Liya mendelik malas.
"Lebai deh," gumam Liya pelan.
Alif tersenyum kecil, merangkul lengan sang istri dengan lembut. "Ayo bidadari ku, kita terbang."
Liya terkekeh, mengangguk kecil dan berjalan beriringan bersama sang suami. Alif tersenyum kecil saat beberapa kali menolehkan wajahnya untuk melihat sang istri yang berbeda dari hari-hari biasanya. Istrinya memang cantik, namun balutan gaun itu membuatnya semakin terlihat anggun nan cantik. Rasanya tak jemu mandang perempuan itu.
Sampai di depan rumah, Alif membukakan pintu di samping kemudi. Mempersilahkan Liya masuk bak tuan putri terhormat, Liya tersenyum rekah dan masuk ke dalam mobil. Laki-laki itu memutari mobil dan ikut masuk dari pintu kemudi.
Alif melajukan mobilnya saat pak Johan membukakan pintu gerbang, Alif memberi klakson pertanda jika ia pergi pada pak Johan. Laki-laki paru baya itu tersenyum dengan anggukan kecilnya. Mobil hitam milik Alif melaju kejalan raya.
Tak butuh waktu lama, Alif dan Liya sampai di tempat tujuan. Restoran Itali menjadi tempat makan malam pilihan teman Syafa, dan restoran bernuansa klasik itu memiliki banyak pengunjung. Dari tempat parkir yang padat saja bisa di Terka, jika kursi di dalam mungkin sudah penuh.
Dari kejauhan, Liya melihat sosok sang mama sedang duduk dengan seorang wanita seumurannya dan seorang laki-laki yang kemungkinan ada suami teman Syafa.
"Mama," sapa Liya.
Liya menyalami wanita yang hampir seusia sang mama, dan menyalami tangan mama. Sambil tersenyum ramah, Alif pun mengikuti yang Liya lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Alif
Romance"Cerita ini telah diikutsertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua" Natasya Apriliya, gadis itu tak pernah menyangka jika perjalan rumah tangganya dengan Deni Afriansyah, orang yang ia cinta harus begitu pahit. San...