9° |Perasaan Takut|

1.7K 150 2
                                    


Liya menggeliat malas sambil melenguh seperti kebiasaannya. "Uhgg," erang Liya dengan mata yang masih terpejam. Dengan secapat kilat mata Liya terbuka, ia baru teringat jika sekarang ia tak lagi tidur sendiri. Tingakahnya memalukan, pelan-pelan Liya menoleh kesamping dengan harapan laki-laki yang tidur di sampingnya semalam masih terlelap.

kening Liya berkerut. Ia tidak mimpi bukan? Semalam memang ada seseorang yang tidur di sampingnya tapi kenapa pagi ini tempat di sebelahnya kosong. Liya mengedarkan pandangannya, menyapu setiap sudut dan ruang yang terbuka.

Meraka masih di gedung yang di gunakan sebagai tempat pesta pernikahan, namun tempat itu begitu hening pagi-pagi begini. Wajar jika suasana sepi, karena masih sangat pagi. Azan subuh pun belum berkumandang.

Liya beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi, gadis itu membasuh wajahnya dengan gemericik air yang jatuh dari wastafel. Samar-samar Liya mendengarkan suara azan subuh yang baru di kumandangkan.

Untuk beberapa saat gadis itu tersenyum seorang diri mendangi wajahnya di cermin, ada hal yang masih membekas tentang semalam. Tentang pesta dan tentang malam pertamanya. Liya membenarkan yang semua orang katakan, jika ada surga di dunia setelah menikah.

Gadis itu menggeleng pelan, menepis bayangan yang membuatnya tersipu malu sendiri. Liga menarik handuk yang memang ada di lemari, samping wastafell. Gadislangsung menuju buth up untuk membersihkan badan.

Selsai membersihkan badan Liya langsung sholat, ada satu hal yang sejak tadi mengganjal di otak Liya. Dia sudah menikah, dan semalama dia memiliki teman tidur namun kenapa saat terbangun tidak ada siapa-siapa di sampingnya dan bahkan sampai sekarang tidak ada yang masuk ke kamarnya.

"Alif kemana sih," Gumam Liya heran, gadis itu merapikan alat sholatnya dan duduk di bibir tempat tidurnya.

Liya mengecek ponselnya, satu chat watsap tertera di layar ponselnya yang masih terkunci dan itu dari laki-laki yang sejak tadi ia pikirkan. Untuk beberapa saat Liya menatap isi chat yang lumayan panjang dari chat biasanya.

ALIF
03:06 PM

|Maaf, jika saat kamu terbangun aku sudah tidak lagi disana. 🙏 Ada pasien ku yang harus aku tolong, aku harap kamu tidak marah saat sadar aku tidak di sana.😖 Aku tidak tega membangunkan mu, tidur mu begitu lelap. Aku sayang kamu💞, nyonya Alif.😘😘|

Deg.

Perasaan takut itu muncul kembali, begitu lah yang Deni lakukan. Laki-laki itu pamit dan tak kembali, gadis itu sekita di selimuti rasa cemas.

"Aku harus pastikan Alif baik-baik saja." Ujar Liya yang hawatir.

Liya beranjak dari tempat dudukkannya, gadis itu berlalu dari kamar. Suana gedung masih sangat sepi, namun itu tak membuat Liya Sulut dengan niatnya. Semua orang pasti masih tidur, termasuk para pelayan yang di sewa tiga hari untuk melayani segala kebutuhan orang-orang yang di gedung baru itu. Semua orang terdiri dari kerabat dekat Alif dan Liya, gedung berlantai tiga dan kamar yang terdiri sepuluh buah tidak termasuk kamar khusus yang kini Alif dan Liya pakai sebagai kamar pengantin.

Liya berlari keluar dari gedung, satpam yang berjaga-jaga di depan gedung itu keluar pos dan menghampiri Liya.

"Pagi sekali Bu, mau kemana?" Tanya satpam itu ramah.

"Kamu liat suami aku keluar ngak?" Balas Liya bertanya.

Satpam di hadapan Liya itu mengangguk kecil. "Oh, ia. Dini hari tadi suami ibu keluar, kata mau kerumah sakit." Jawabnya.

"Terimakasih." Lanjut Liya, gadis itu hendak berlalu namun kembali di cegat si satpam penjaga. Sudah menjadi salah satu tugasnya untuk memastikan keselamatan penyewa gedung itu.

Cinta AlifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang