7° |Gunjingan Sahabat|

1.2K 126 6
                                    


Alif tersenyum tipis menatap gadis yang kini duduk di bangku taman, dengan langkah pelan Alif memutuskan mendekati gadis itu. "Jangan pakai ngambek dong!" Godanya dengan senyum usil.

"Siapa bilang aku ngambek, biasa aja." Sahut Liya sedikit ketus.

"Massa? Tapi mukanya kok cemberut." Sambung Alif.

Liya mendengus malas. "Muka aku dari asalnya emang kayak gini." Sahutnya kesal.

"Massa?"

Mendengar jawaban Alif yang menyeruak mendesak membuatnya menoleh dengan tatapan kesal. "Udah deh Lif, bikin bete aja." Gerutunya.

Alif tersenyum geli, laki-laki itu mencoba menatap serius pada Liya. Ia menakan napasnya, dan menahan tawa kecilnya. "Maaf deh, aku cuma bercanda kok. Jangan masukin hati dong," ucapnya.

"Udah lah," tandas Liya mengalihkan kembali pandangannya. Gadis itu beranjak dari dudukannya dan berlalu.

Alif mengejar langkah Liya. "Hei tunggu lah!" Panggilnya namun Liya tak lagi peduli dan terus menjauhinya.

Fahtur dan Syafa baru saja selsai sarapan, keduanya hendak menghampiri Liya dan Alif namun keduanya di buat tercengang saat melihat Liya naik ke kamarnya dan Alif mengedarkan hingga anak tangga.

"Dia masih marah?" Tegur Fahtur pada Alif yang terdiam di anak tangga kamar Liya.

Laki-laki itu mengangguk lesu. "Aku ngak bermaksud membuat Liya membuat Liya marah, aku sungguh __"

"Is ok," potong Fahtur, " Liya memang tempramen, mohon kamu jangan masukin hati." Ujarnya dengan tatapan lurus.

Alif tersenyum pelan dan anggukan, tatapan semua orang teralihkan saat Liya kembali turun dari kamar dengan beberapa barang di tanggannya.

Liya membawa buku gambar dan tas sandang punggung yang sudah bergelar di belakangnya, gadis itu melewati Alif begitu saja dan mendekati Fahtur yang berdiri bersama sang istri.

"Ma, pa, Liya pamit." Ucap Liya.

"Udah mau pergi?" Liya mengangguk menjawab pertanyaan sang mama. Gadis itu menyalami sang mama.

"Ia ma," Jawab Liya sekenanya.

Liya menyalami tangan papa, "Assalamualaikum." Pamitnya.

Alif bergegas menyalami kedua calon mertuanya itu. "Aku pamit juga tan, om. Assalamu'alaikum." Pamit Alif.

"Wa'alaikum sallam," Jawab Fahtur dan Syafa bersamaan, keduanya hanya bisa menatap heran kepergian Liya dan Alif.

Alif yang baru saja keluar dari rumah tersenyum pelan, semula ia berpikir jika gadis itu akan membawa mobilnya namun ternyata Liya menunggu di samping mobil Alif.

"Buruan," seru Liya tak sabaran membuat Alif buru-buru mendekatinya dan membukanya pintu mobil untuk Liya.

Laki-laki itu ikut berlalu masuk kedalam mobil setalah menutup pintu penumpang. Alif membawa mobilnya melaju setalah penjaga rumah membukakan gerbang untuk mereka.

Alif menoleh sekilas, menatap Liya yang hanya diam menatap jalan di depan mereka. "Ya, masih marah?" Tegurnya.

"Ngak," jawab Liya sekenanya.

Laki-laki yang sedang menyetir itu tersenyum geli. "Ngak, tapi masih jutek." Sahutnya.

"Fokus ke depan Lif, nanti nabrak lagi." Balas Liya berseru kesal.

"Aku akan fokus kalau kamu ngak cemberut lagi," Ucap Alif, matanya kembali menatap kearah Liya.

Liya mendelik sebal, "emang wajahnya gini, mau di gimanain lagi?" Tukas Liya sambil menunjuk wajahnya sendiri dengan raut kesal, membuat Alif kembali terkikik pelan.

Cinta AlifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang