23° |Aliyatul Kanza|

1.1K 134 27
                                    

Sebelum lanjut baca, aku pengen ngebacot sedikit 😁😉

Bukan perihal like atau coment yang suka aku coret-coret di bawah cerita,🤗 ini tentang aku sendiri yang suka lelet meng-upload cerita 😂😅

Saya selaku penulis minta maaf, suka nge-gantungin ngak jelas.🤗
Prihal Typo yang suka muncul dan menyelip di Kalimat, sorry belum banyak yang aku perbaiki. 🤗🤗

Cukup segitu, bacot aku-nya.😄😅 Jangan pada bosen ya,😘😘 (lebay😄)

-
-
_

Buah hati bak kebahagiaan yang paling diidamkan pasangan suami-istri, seperti Liya dan Alif yang kini sangat menikmati menjadi orang tua. Meski harus sibuk bekerja, Alif tetap berusaha memberikan banyak waktu untuk memantau pertumbuhan buah hatinya yang kini sudah berusia satu bulan lebih dua minggu. Bayi kecil, yang diberi nama Aliyatul Kanza itu menjadi pokus Liya dan Alif.

Alif meminta agak shift malamnya diganti dengan dokter baru, namun kadang ia harus tetap bersabar hati untuk melihat putri kecilnya saat ada pasien gawat darurat yang memang harus ditangani langsung olehnya.

Pintu yang baru Alif tutup berderit pelan saat Alif melangkah mendekati box bayi yang terletak di sebelah tempat tidur mereka. Wajah pulas Kanza seakan menjadi penawar untuk semua penatnya hari ini. Satu kecupan lembut mendarat di wajah bayi mungil itu, "assalamualaikum, Kanza, papa pulang. Anak papa, bobok yang nyenyak ya." Tanya kekar Alif mengusap lembut pipi bayi yang masih merah.

Mungkin karena kegelian, Kanza menggeliat dan rengekan kecil perlahan keluar dari mulut Kanza. Cepat-cepat Alif mengambil Kanza dari box-nya dan menggendongnya untuk menenangkan Kanza.

Liya yang terbaring di sebelah box terkesiap dari tidurnya, saat mendengar suara Kanza. "Emh, sayang. Kamu, aku pikir Kanza menangis lagi." gumam Liya dengan mata setengah kantuk menatap Alif.

Alif tersenyum pelan. "Maaf, jadi bangunin kamu."

Liya balas tersenyum, dan memilih duduk. Perempuan itu mengikat rambutnya yang tergerai, dan beranjak mendekati Alif. "Kamu pasti capek, biar aku aja."

"Ngak usah, ini juga udah tidur lagi." tolak Alif, laki-laki itu menimang tenang putri kecilnya. Kanza tak lagi merengek, bahkan begitu tenang dalam gendongan Alif.

Liya tersenyum, menatap putrinya yang begitu pulas dalam gendongan sang papa. Liya tersenyum usil, perjalan menutup lengannya di pinggang Alif dan menyenderkan kepalanya di lengan Alif. "Kamu nggak capek apa, baru pulang kerja udah urusin Kanza." Liya melirik sang suami sekilas lalu menatap putri kecilnya.

"Mana bisa capek, kalian itu semangat aku."

Liya terkekeh, dan mencium pipi Alif meski ia harus sedikit menukilkan kakinya untuk bisa melakukan itu. Alif menoleh dengan tatapan jengah, membuat Liya semakin terkekeh.

"Aku bangga punya suami kayak kamu, udah sabar, perhatian, tanggung jawab, sayang sama keluarga, dan lagi kamu___"

"Ya, aku tahu. Aku tampan, kan?" timpal Alif di selangit tawa manis di bibirnya.

Liya mencebik, mengeratkan tangannya yang masih melingkari di tubuh Alif. "Aku bahkan hanya ingin mengatakan, tapi kamu itu kadang juga suka menyebalkan."

"Sungguh?"

"Ia, menyebalkan karena buat aku rindu." sahut Liya yang kemudian merebahkan kembali kepala di lengan Alif.

Alif tersenyum geli. "Wah, dengar Kanza. Mama mu sudah bisa menggombali papa." guyon Alif membuat sang istri ikut tertawa geli, Alif mencium pucuk rambut Liya.

Cinta AlifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang