12° |Menjadi Suami Perhatian|

1.7K 147 2
                                    

Setalah kepergian Alif, Liya langsung mandi dan melakukan aktifitas lainnya seperti yang Alif katakan. Liya meninggalkan test pack di kamar mandi, sepengetahuan Liya butuh waktu beberapa menit untuk mengetahui hasilnya. Seperti yang sudah Liya ketahui, suaminya sudah menyiapkan sarapan untuknya. Liya menduduki tubuhnya di kursi makan.

Liya menarik surat yang tertinggal di atas sandwich. "Surat apaan?" Gumam Liya penasaran.

Senyum di bibir Liya mengembang saat membaca isi surat dari sang suami.

|Dear; Ican (Istri Cantik).

Selamat pagi.

Sebelum sarapan, aku punya satu permintaan. Jangan lupa tersenyum dan berdoa, biar berkah dan doa ku ingin punya baby terkabulkan.

Itu susu untuk wanita hamil. Di habiskan ya. Love you❤|

Liya meletakkan surat kecil itu di samping piring tatakan sandwich-nya, dan menarik susu yang tertutup. Perempuan itu meneguk susu buatan sang suami lalu menikmati sandwich yang sejak tadi menggiurkan. Dengan lahap Liya menikmati sandwich-nya, dan meneguk habis susunya.

"Assalamualaikum." Ucapan salam dari arah pintu masuk terdengar jelas ke telinga Liya.

"Wa'alaikum sallam," balas Liya dengan sedikit mengencangkan suaranya.

Perempuan itu mengelap bibirnya yang basah karena sisa susu dan beranjak dari kursinya, namun baru hendak berjalan seseorang datang keruang makan.

"Mama." Sapa Liya dengan sumeringah.

Liya menghampiri sang mama, memberi salam dan mengecup manja pipi sang mama seperti biasa.

Syafa balas tersenyum rekah, perubahan Liya semakin membaik. Putrinya semakin periang dan ceria, sangat jarang ia mendapat kabar jika putrinya sakit, seperti kebiasaannya dulu.

"Alif udah berangkat?" Tanya Syafa sambil mengedarkan pandangannya pada rumah sang putri yang sudah sepi.

Liya mengangguk kecil. "Udah, mama udah sarapan belum? Sarapan dulu yuk!" Ajak Liya semangat.

"Mama udah sarapan," tolak Syafa lembut, wanita muda itu menyerahkan bungkusan yang ia bawa pada Liya. "Mama bawa makanan kesukaan kamu." Ujar Syafa dengan senyumnya.

"Mama bikin lontong sayur?" Seru Liya ceria.

Syafa mengangguk tak kalah semangat melihat senyum Liya, ia membelai lembut kepala putrinya. "Entah kenapa mama kepikiran sama kamu terus dari kemarin, mama takut kamu kenapa-napa. Kamu baik-baik aja kan?" Syafa menatap putrinya dengan penuh perhatian.

Liya mengangguk pelan. "Alhamdulillah, Liya baik-baik aja kok ma."

"Kayaknya mama terlalu rindu sama kamu," gurau Syafa, perempuan muda di hadapan Syafa itu ikut terkekeh geli dan kembali memeluk Syafa.

"Liya juga rindu sama mama." Gumam Liya dalam pelukan sang mama.

Syafa tertawa kecil, peristiwa seperti ini mengingatkannya pada masa lalu. Liya kecilnya yang manja, Syafa membelai lembut punggung Liya.

Liya sedikit mendongkak wajahnya menatap sang mama. "Oh ya, mama juga mau kasih tahu kalau nanti keponakan bi Tinah kerja disini buat bantuin kamu beres-beres rumah."

Liya melepaskan pelukannya dan menatap sang mama lurus. "Keponakan? Masih muda?"

Syafa mengangguk. "Ia, dia baru lulus SMA. Kamu ngak mau? Ya udah nanti mama cari yang lain kalau kamu ngak mau."

Cinta AlifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang