Liya sangat menikmati kehidupnya sekarang, impian membina rumah tangga sudah lama Liya idamkan. Ya meski pun mulanya Liya berharap melewati bahtera rumah tangga bersama Deni, namun nyatanya sekarang Liya menikmati bahtera rumah tangga bersama orang yang sama sekali tak pernah ia bayangkan.
Bahkan Liya masih tak percaya jika sekarang ia sedang mengandung anak dari laki-laki yang memberi semangat untuk tetap kuat menjalani hidup, Alif adalah sebuah anugrah Allah yang tak ternilai baginya.
"Pagi non, udah mau pergi?" Sapa Sesil, asisten rumah tangga Liya saat perempuan dengan balutan gaun santai itu berjalan menuju meja makan.
"Aduh Sil, kan aku udah bilang. Jangan panggil non, panggil kak Liya aja." Omel Liya menatap Sesil dengan raut tak suka, Sesil hanya bisa membalas tatapan Liya dengan senyum kikuk.
"Baik lah kak, Sesil belum terbiasa." Gadis manis itu hanya bisa tersenyum sambil menggaruk tengkuk membuat Liya menggeleng-gelengkan kepala menatapnya. Sesil mendekati meja dapur, dan mengambil sebuah rantang dua susun. "Ini makan siang yang tadi kakak masak, udah Sesil siapin." Sesil menyarahkan rantang di tangannya pada Liya.
"Makasih ya," ucap Liya dengan senyum manisnya.
Sesil mengangguk kecil. "Ia kak, kan udah tugas aku." Sahut Sesil yang ikut melempar senyum pada Liya.
Seperti pernyataannya pada Liya dan Alif kemarin, ia bisa melakukan tugas layaknya seorang asisten rumah tangga yang sudah dewasa. Dan memang kemampuannya tak perlu di ragukan, dengan giat dan cekatan Sesil menyelesaikan semua pekerjaan rumah.
"Tapi kamu punya tugas lainnya lagi, yaitu belajar." Timpal Liya
"Belajar?" Sesil menatap Liya bingung, gadis itu berpikir jika masakannya kurang enak atau dia masih kurang paham dengan tugasnya sebagai seorang asisten rumah tangga. "Belajar tentang asisten rumah tangga maksudnya?" Tanya Sesil dengan polosnya membuat Liya tertawa geli menanggapinya.
Itu adalah kesepakatan Liya dan Alif, keduanya sudah berencana untuk menyekolahkan Sesil di perguruan tinggi, dan itu memang masih tanpa sepengetahuan Sesil.
"Pokoknya belajar aja deh, baca-baca buku semalam." sahut Liya tak mau berpanjang lebar, Sesil mengangguk patuh.
Semalam Liya dan sang suami memberikan beberapa buku pada Sesil, nanti Sesil pasti akan paham sendiri. Perempuan itu tersenyum geli melihat Sesil yang masih kebingungan sendiri. "Ya udah, kakak pamit." Liya mengulurkan tangannya kerah Sesil membuat gadis di depannya itu menatap jengah.
"Em," Sesil menatap Liya bingung.
Liya tersenyum geli melihat wajah lucu Sesil. "Kamu ngak mau salaman sama kakak ini, maksudnya sama orang yang lebih tua?" Lanjut Liya membuat Sesil semakin menatapnya tak percaya.
"Tapi," Sesil seperti ragu membalas uluran tangan Liya.
Liya semakin menyodorkan tangannya membuat perlahan gadis di depan Liya itu membalas salam Liya lalu mengecup punggung tangannya, layaknya seorang adik pada sang kakak.
"Kak Liya berangkat dulu, assalamualaikum." Tutur Liya yang kemudian berlalu.
"Wa'alaiku sallam," balas Sesil, gadis itu terpaku menatap punggung kecil Liya yang menjauhinya.
Baik Liya mau pun Alif, keduanya begitu ramah dan baik padanya. Sesil seoalah tinggal di rumah sendiris meski nyatanya baru kemarin ia datang.
Gadis berusia delapan belas tahun itu tersenyum simpu, menatap ruangan yang tadi Liya lewati. Masih terngiang jelas senyum manis Liya yang ramah.
"Kok kak Liya mau ya salaman sama pembantu, pembentukan budak. Di suruh-suruh, di omelein. Ini kok aku diperlakukan kayak keluarga." Gumam Sesil dalam hati, gadis itu masih tak habis pikir dengan perlakuan Liya dan sang suami yang begitu baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Alif
Romance"Cerita ini telah diikutsertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua" Natasya Apriliya, gadis itu tak pernah menyangka jika perjalan rumah tangganya dengan Deni Afriansyah, orang yang ia cinta harus begitu pahit. San...