Alif tersenyum memandangi wajah sang istri yang begitu khusuk merapikan kemeja yang ia pakai. Beberapa Minggu ini Alif tak lagi merapikan bajunya sendiri ketika hendak bekerja, sudah ada sang istri yang selalu sibuk setiap pagi menyiapkan pakaian untuknya. Liya selalu jadi bahan tatapan Alif saat ia merapikan kemeja yang Alif pakai atau sekedar merapikan dasi yang melingkar manis di leher kemeja sang suami.
"Udah," Ucap Liya setelah selesai merapikan baju hingga dasi Alif.
Saat sang istri hendak berlalu, Alif mengukuh tubuh ramping itu dengan lengannya membuat Liya tak bisa kemana-mana.
"Apa lagi? Masih kurang rapi?" Tanya Liya dengan tatapan lurusnya.
"Enggak, cuma pengen peluk istri aku aja. Emangnya salah peluk istri sendiri?" Sugut Alif membalas tatapan sang istri dengan senyum manisnya.
Liya mencebik. "Ngak sih," Jawab Liya sekenanya. "Tapi aku harus siapin sarapan, nanti kamu telat loh." Lanjut Liya, namun itu tak membuat Alif melepaskan tubuhnya.
"Kalau cuma terlambat datang sih ngak masalah, yang penting kan ngak terlambat nolongin nyawa orang." Jawab Alif santai.
Liya tersenyum kecil, "lepas ngak? Atau mau gelitikin?" Ancam Liya dengan delikan.
"Gelitikin aja," seru Alif.
Liya mendelik, tanpa persetujuan apapun lagi ia langsung menusuk-nusuk dan menggeletiki pinggang Alif. "Ih, curang. Kamu mah ngak gelian." Keluh Liya, menatap kesal sang suami. Alif sudah sedari tadi tertawa kecil dengan ulah Liya.
"Sekarang giliran aku," Ucap Alif.
Laki-laki itu menggelitik pinggang Liya, membuat wanita di depannya itu menggeliat dan berusaha mengelak gelitikin Alif.
"Whaa,, ha, Alif, geli, udah,, whaaa,,haa,, Alif geli." Teriak Liya sambil tertawa karena rasa geli yang tak bisa ia hindari, gadis itu lelah sendiri karena menghindari gelitikin Alif.
Alif menghentikan aksinya dan kembali memeluk tubuh sang istri, dengan gerak cepat Alif mencium pipi Liya membuat perempuan yang masih kelelahan
"Em, geli tau." Dumel Liya.
Alif merapikan anak rambut Liya dengan satu tangannya. Tatapan Liya terangkat, dua manik mata itu saling menatap lurus. "Kamu kapan mau melukis lagi? Teman-teman aku pada nanyiin tuh. Lukisan kamu bagus dan banyak yang minat." Ucap Alif.
Laki-laki itu tak sengaja memposting lukisan hasil karya Liya dan banyak respon positif, bahkan banyak teman-temannya yang meminta untuk di lukis juga.
"Wajah kamu aja yang tampan makanya banyak yang minat. Yang minat para wanita kan?" Sugut Liya dengan bibir yang di buat menjuntai.
Alif mengangguk kecil. "Ia sih, tapi tadi kamu bilang apa? Aku tampan," guyonnya dengan senyum menggoda.
"Ups," Liya menutup bibirnya dengan berlagak kaget, dan wajah itu begitu lucu hingga Alif tertawa kecil memandanginya. "Jangan kepedean dulu," Liya mencebik "Kamu kan memang tampan, mana mungkin cantik." Cibirnya.
Alif mengangguk membenarkan Jawab Liya namun ada ulasan senyum yang membuat Liya memandangnya malas.
"Udah ah, aku mau siapin kamu sarapan dulu." Ujar Liya, namun Alif sama sekali tak peduli dengan permintaannya. "Alif, lepasin." Pinta Liya lagi, mata hitam itu melirik sinis.
"Kalau aku lepasin aku di kasih apa?" Alif memutar tubuh Liya dengan gerak cepat membuat perempuan itu kini membelakanginya, dan tangan kekar itu membilit tubuh Liya dari belakang. Alif memangku dagunya di pundak Liya.
Liya mendesis malas. "Gini nih, kalau kecilnya kebiasaan dapat hadiah setiap kali juara."
"Kok kamu tahu aku sering juara kelas?" Alif melirik istrinya sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Alif
Romance"Cerita ini telah diikutsertakan dalam kompetisi ODWC menyambut Anniversary AMB Publisher tahun kedua" Natasya Apriliya, gadis itu tak pernah menyangka jika perjalan rumah tangganya dengan Deni Afriansyah, orang yang ia cinta harus begitu pahit. San...