💙38 - Starlight ✨💛

305 54 26
                                    

BGM :
🎧 Chani SF9 - Starlight

( Disarankan supaya cerita lebih mengena )



Happy Reading

.

.

.

💛💙💛

Dududuuu.. Dudududuuu..

Ck..
Saat aku tiba di depan pintu kamar inapku, dorongan kursi rodaku terhenti tatkala aku melihat eomma sedang berbincang dengan dokter Lee. Mereka nampak berbincang dengan raut wajah serius dan aku yakin objek pembicaraan mereka adalah tentang kondisiku. Aku masih terdiam di depan pintu sembari dengan sengaja mendengar apa yang mereka bicarakan saat aku tak ada disana.

"(YN) bisa kembali berjalan seperti sediakala tapi itu membutuhkan waktu yang terbilang cukup lama."

"1 bulan? Apa waktu itu cukup untuk membuatnya bisa kembali berjalan seperti sediakala tanpa bantuan kursi roda dok?"

Dokter Lee menggeleng mendengar pertanyaan eomma.
"Lebih dari 1 bulan bahkan bisa berbulan-bulan. Saya tidak bisa memastikan berapa lama tepatnya tapi dalam kondisi seperti itu, untuk bisa kembali pulih seperti sediakala selama itulah waktu yang dibutuhkan. Saya tidak bisa menjamin (YN) bisa berjalan dengan lancar seperti sebelum kecelakaan terjadi, tapi saya berusaha agar putri anda bisa kembali pulih seperti yang anda harapkan."

"Aissshh.. Harusnya aku tidak menguping pembicaraan menyebalkan ini. "
Pantas saja orangtua selalu melarang anaknya untuk menguping pembicaraan orang dewasa, dan aku baru memahaminya saat ini.

Dari balik celah kecil pintu, aku dapat melihat bagaimana raut kesedihan eomma saat mendengar pernyataan dari dokter Lee. Sesekali ia mengusap matanya yang berair dan itu membuatku ikut meneteskan air mata walau dengan segera kuusap kasar.

Aku membalikkan arah kursi rodaku dan pergi menjauh dari kamar inapku. Awalnya aku ingin tidur tapi kini aku tidak ingin tidur dengan kabar mengecewakan itu. Rasa kantukku seketika lenyap begitu saja.

Dorongan kursi rodaku kini terhenti di sebuah taman rumahsakit dimana para pasien berkumpul untuk melepaskan rasa jenuh mereka dan untuk menikmati sejuknya udara setelah berhari-hari menghirup aroma obat-obatan dan cairan infus.

Fiuuhhh...
Aku menghela napas berat.

Aku menatap sendu kedua kakiku yang nampak baik-baik saja tanpa luka sedikitpun ini. Aku berusaha menggerakkan jari jari kakiku namun mereka enggan menuruti permintaan otakku. Mereka enggan bergerak sedikitpun. Aku pun beralih untuk mencoba menggoyangkan kaki kiriku, dia pun sama tak mau bergerak seperti jari-jari kakiku. Aku berpindah ke kaki kananku dan mereka pun sama. Ucapan dokter Lee pada eomma seketika mengitari pikiranku.

Apa aku tak akan pernah bisa berjalan lagi?

Air matakupun menggenang. Aku menepuk nepuk dadaku dengan cukup keras hingga membuatku terbatuk karna rasa sesak yang begitu terasa.

"Untuk apa aku dirawat disini jika aku tidak bisa sembuh eoh? Untuk apa? Aku hanya ingin bisa berjalan, aku bahkan tidak tahu apa salahku sampai-sampai mengalami kecelakaan separah ini hiksss.. "

"Kenapa harus aku? Kenapa aku harus diberi keadaan seperti ini? Aku selalu berusaha menjadi anak yang baik, anak yang penurut."

"Kenapa Tuhan memilihku untuk menjadi cacat seperti ini?"
"Kenapa???"

•♡ TXT IMAGINE ♡•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang