32. Amel cadel

27 1 0
                                    

Rintik di akhir januari

Semilir angin berbisik dengan lirih.
Membalut penatnya tubuh yang ringkih.
Gelebah rasa tertatih begitu perih.
Laksana sang ratu yang tengah merintih sedih.

Hingar bingar riuhnya kota kini tak ku dengar lagi.
Tersisipi oleh sunyi yang meredam begitu damai.
Tatkala rintik sendu membasuh jiwa yang sepi.
Mengukir sejuta kisah berselang pilu yang tragis

Secangkir rindu ku tuang dalam hangatnya cerita.
Terselip secarik kertas bertulis tentang kepingan rasa.
Gelumat canda tawa terpatri menjadi candu.
Berbinar keceriaan disetiap dentingan waktu.

Rintik mu membawa ku semakin nyaman dalam lelap.
Tatkala bayang nya tergambar nyata dibenak sang perindu.
Terima kasih untuk semua kisah yang kau berikan.
Juga tentang banyaknya bahagia yang telah kau ciptakan.

31 Januari 2022
Meysha Carney Fariha.

Sudah seminggu sejak keberangkatan Rey ke Jakarta, kini hari-hari Meysha semakin sepi.

Berbagai cara Meysha lakukan untuk mengusir kejenuhannya disetiap hari-harinya termasuk dengan cara mengunjungi panti asuhan kasih bunda yang berada tidak terlalu jauh dari kompleks perumahannya. Di sana, Meysha banyak belajar hal baru.

Ditinggal oleh orang tersayang memang menyakitkan, namun terpuruk dalam kesedihan bukan menjadi jalan keluar. Melihat senyum tulus yang terukir di bibir mungil anak-anak panti ini membuat Meysha tersadar bahwa bukan hanya dirinya yang pernah merasakan kehilangan.

"Kakak cantik cini main cama Amel." Ajak seorang anak kecil berkerudung merah, kulitnya yang putih sangat kontras dengan pakaian yang Ia kenakan hari ini.

Meysha tersenyum dan menghampiri anak itu. "Assalamualaikum sayang, Amel lagi main apa?"

"Waalaikumcalam, Aku lagi menggambal kakak... Liat ini!!" Anak itu menunjukkan selembar kertas kepada Meysha. Gambar khas anak kecil,  terlihat 3 orang yang saling berpengang tangan. "Ini Ayah, ini Ibu, teluss ini Amel yang di tengah kakak." Celoteh gadis kecil itu, menjelaskan hasil karyanya.

"Waaaah cantik sekali." Binar keceriaan sangat jelas tergambar di manik mata seorang gadis kecil itu.

"Tapi kata Bunda (pemilik panti) Ayah cama Ibu udah bahagia di culganya Allah. jadi aku di cini cama temen-temen, cama Bundaa juga. Tapi kenapa Ayah cama Ibu nda ajakin Amel. Apa Ayah Ibu nda cayang cama Amel yah kak?"

Senyum yang sedari tadi merekah indah kini redup sudah, air mata sudah menggenang di pelupuk mata Meysha. Ia menarik gadis kecil itu ke dalam pelukannya.

"Ayah sama Ibu pasti sayang dong sama Amel. Mereka selalu liat Amel dari atas sana. Jadi, Amel harus bisa banggain mereka yah!!"

Gadis itu membalas pelukan Meysha. "Iyaaa kakak cantik. Kata Bunda juga aku nda boleh cedih, coalnya nanti Ayah Ibu juga ikut cedih kakak."

Siapa sangka, gadis sekecil itu sudah tidak mempunyai kedua orang tua. Bahkan keluarganya entah kemana sampai Ia harus dititipkan ke panti asuhan ini.

"Amel mau nggak jalan-jalan ke rumah kakak?" Tawar Meysha dan langsung diangguki oleh gadis kecil itu.

"Kakak bilang ke Bunda dulu yah sayang."

Cukup lama Meysha berbincang dengan pemilik panti, atau yang akrab di panggil Bunda Maya. Sampai akhirnya Meysha diberi izin untuk membawa Amel menginap di rumahnya selama beberapa hari.

*Rumah Meysha

"Assalamualaikum Bundaaaa, liat nih Mecha bawa siapa."

"Waalaikumssalam, waaah siapa ini MasyaAllah cantik sekali."

" Nama aku Amel Bundaa."

"Namanya cantik, persis kayak orangnya."

Sang empu hanya cengengesan, bergelayut manja ditangan Meysha. Pandangannya teralih melihat sekeliling ruangan yang bernuansa putih dan krem itu "Lumah kakak bagus banget."

Meysha dan Bunda tersenyum mendengarnya. "Cha ini anak siapa kamu bawa kesini? Emang udah izin ke Mama papanya?" Tanya bunda penuh selidik.

"Ini anak dari panti Bunda, Mecha udah izin kok sama ibu pantinya."

"Oooh gitu, yaudah ajakin ke kamar dulu, Bunda mau masak."

Keduanya melenggang masuk ke dalam kamar, Amel sibuk bermain dengan boneka-boneka milik Meysha sedangkan sang pemilik kini tengah berkutat dengan ritual mandinya.

Denting ponsel mengalihkan pandangan Amel yang sedari tadi tengah asik ngobrol dengan si juju-boneka beruang milik Meysha, kedua matanya menelisik ke sekitar ruangan, Ingin mengangkat telfonnya tapi sadar Ia tak berhak akan hal itu.

Keinginannya sudah tak bisa dibendung lagi, kaki mungilnya melangkah mendekati arah ponsel itu tergeletak, mengangkatnya dan......

"Aloo Acalamualaiku. Kakak cantiknya lagi nda ada...." ucapnya cadel sembari meletakkan ponsel di telinga kirinya.

"Haloo waalaikumssalam, ini siapa yah?" Tanya orang disebrang sana.

"Ini Amel, Abang ini ciapanya kakak cantik?"

"_________________" samar-samar terdengar, namun hal itu sukses membuat Amel tertawa cekikikan hingga akhirnya telfonpun terputus.


Ceklek....

Suara pintu kamar mandi terbuka lebar, menampilkan sosok gadis cantik dengan balutan piyama berwarna.

"Akaak tadi ada yang nelpon" ucap Amel dengan kedua mata mengerjap lucu.

"Siapa?" Tanya Meysha penasaran.

"Pangelan ganteng dali hutan limba"
*Pangeran ganteng dari hutan rimba

Hal ini sukses membuat Meysha tertawa, siapa yang Amel maksud? Mana ada pangeran ganteng dari hutan rimba? Benar-benar konyol.




❤❤❤

Jazakumullah Khairan😚

Yuk tinggalkan jejak setelah membaca!!!🤗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Penghujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang