Terlihat seorang pria dengan setelan celana jeans, hoodie hitam dan sepatu kets putih menatap ke arah luar jendela dengan tatapan kosong. Tangannya sibuk mengaduk-aduk es krim yang ada di depannya.
Langkah Meysha membawanya untuk mendekat ke arah pria itu. Namun tiba-tiba perhatiannya teralih pada anak kecil berumur sekitar 3 tahun yang berlari ke arah Rey. Ya, orang yang sejak tadi Meysha perhatikan adalah Rey Alfarasya Digantara.
Anak kecil itu nampak sangat menggemaskan. Rambutnya yang dikuncir dua, ditambah dengan pita berwarna pink yang menambah kesan manis.
Meysha hanya berdiri mematung melihat setiap gerak-gerik anak kecil itu.
"Kakak-kakak." Panggil anak itu sambil menarik hoodie yang dipakai oleh Rey.
Merasa terpanggil, Rey segera berbalik dan menatap anak kecil yang memanggilnya dengan sebutan kakak.
Rey tampak tersenyum. Ia terlihat sedikit menunduk dan sedetik kemudian Ia mencium pipi gembil milik anak itu.
Meysha dibuat terperangah. Rey yang notabennya adalah manusia es bisa bersikap hangat didepan gadis kecil yang bahkan sekarang sedang tertawa menunjukkan gigi kelincinya.
"Kakak kenapa sendili?" tanya gadis kecil itu dengan tampang polosnya.
"Kakak nggak sendiri, kakak kan sama kamu." jawab Rey sambil mendudukkan anak itu di sampingnya.
Gadis itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Mama kamu mana? Kok kamu di sini? Nanti dicariin loh."
"Mama lagi sama temennya kak." gadis itu menunjuk ke arah dua wanita yang tengah asik berbincang. Tidak jauh dari tempat Meysha berdiri saat ini.
"Nama kamu siapa?"
"What? Jadi Rey nggak kenal sama anak itu? Tapi kenapa udah main nyosor aja? Duhh emang sih, gemesin banget tuh anak." batin Meysha heran.
"Nama aku Kayla kak."
"Waahh namanya cantik sama kayak orangnya."
"Yang ngasih nama itu mama kak. Mama pintel kan?"
"Iya." jawab Rey sambil mengusap pucuk kepala Kayla.
"Kakak lagi nunggu pacalnya yah?" tanya gadis cedal itu dengan mengerjapkan matanya lucu.
Rey tersenyum geli mendengar pertanyaan bocah yang ada di depannya ini.
"Nggak. Kakak nggak punya pacar."
"Kenapa?"
"Yaa karna emang nggak boleh pacaran."
"Kenapa nda boleh?"
"Nanti kakak dimarahin sama Allah."
"Emang Allah suka malah-malah yah?"
"Nggak dong!! Allah itu baik. Baik banget."
"Mama juga bilang gitu, katanya Allah itu baik sama semua olang."
Senyum Rey tak pernah luntur dari bibirnya. Gadis ini bisa mengembalikan moodnya. Rentetan demi rentetan pertanyaan, Rey jawab dengan telaten.
"Nama kakak siapa?"
"Rey. Panggil kak Rey yah!!"
"Kak Ley?"
"Kamu lucu. Nggak bisa ngomong R." Rey berucap sambil menekan huruf R diakhir kalimatnya.
"Aku panggilnya kakak ganteng aja."
Rey hanya mengangguk. Gadis cedal itu tidak berhenti berceloteh kesana-kemari. Pipi gembilnya sesekali Rey toel dan mengecupnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Senja
Spiritüel️Zona baper⚠️ Di penghujung senja aku pernah menangis.. Di penghujung senja aku pernah kecewa pada takdir.. Di penghung senja aku pernah marah pada Tuhan..dan Di penghujung senja aku belajar dari kata ikhlas.. Ini tentang kisahku.Tentang hidup ku ya...