Derap langkah santai menemani Rey Alfarasya Digantara. Seseorang yang mampu membuat gaduh seantero sekolah. Tubuh atletis serta tampang yang tak bisa di ragukan lagi yang menjadi daya tariknya tersendiri.
Mata tajamnya masih sibuk menelisik sekitar tanpa memperdulikan teriakan yang terlontar dari ciwi-ciwi.
Tujuan utamanya saat ini adalah ruangan kepala sekolah. Rey yang notabennya seorang siswa baru di SMA Tunas Bangsa mengharuskan ia beradaptasi kembali dengan lingkungan sekitar. Rey benci suasana seperti ini, tapi ia tak bisa mengelak jika semua fasilitas yang ia miliki menjadi jaminan.
Kedua orang tuanya baru saja pindah dari kota Jakarta ke kota Pelajar ini dengan dalih meneruskan bisnis besar kakek Rey yang dipindah tangankan kepada Abram-Papa Rey. Jangan tanyakan bagaimana dengan nasib perusahaan Abram karna telah di serahkan kepada putra sulungnya yang merupakan kakak dari Rey Alfarasya Digantara.
Tuntutan keras bagi seorang Abram untuk mengembang kembali perusahaan sang Papa karna mengingat dirinya yang merupakan anak tunggal. Sebagai anak yang berbakti ia rela meninggalkan dan menyerahkan perusahaannya demi sang Papa.
Walaupun dipindah tangankan kepada putranya, tetap tak bisa dipungkiri bahwa Abram merasa berat hati karna perusahaan itu merupakan usaha dan jerih payahnya yang di rintis mulai dari nol.
***
"Selamat pagi anak-anak." Sapa Bu Reni ketika memasuki kelas.
"Pagi Bu." jawab semua siswa dengan kompak.
"Hari ini kalian kedatangan teman baru, Rey perkenalkan dirimu!" ucap Bu Reni mempersilahkan.
"Rey Alfarasya Digantara dari Jakarta." Rey memperkenalkan dirinya secara singkat padat dan jelas. Toh menurutnya tidak ada yang perlu di perkenalkan secara rinci kecuali nama dan asalnya.
Bu Reni yang tadinya mengembangkan senyumnya, kini memasang ekspresi yang tak bisa di artikan. Bagaimana tidak, jika biasanya siswa baru akan memperkenalkan dirinya secara rinci dan berurut bahkan hobby dan status akan mereka kenalkan, tapi berbeda dengan siswa yang ada didepannya ini. Rey bahkan memasang muka datar tanpa ekpresi dan tatapan dingin yang tak pernah lepas.
"Wegelaseehhhh ganteng banget."
"Ya Tuhan, ciptaan mu."
"Meleleh adek bang."
"Duduk bareng aku aja, masih kosong kok."
"Penyejuk hati."
"Calon belahan jiwa, eh maksudnya calon masa depan."Dan berbagai teriakan dari ciwi-ciwi yang membuat Rey jijik mendengarnya.
"Boleh saya duduk Bu?" tanya Rey kepada Bu Reni.
"Ooh iya silahkan, kamu bisa duduk bareng Meysha." jawab Bu Reni seraya menunjuk bangku Meysha.
Kemudian kelaspun dimulai dengan khidmat, semua mata kembali fokus dengan apa yang di jelaskan oleh Bu Reni.
***
Kriiiing...
Bel tanda istirahat telah berbunyi, waktu yang paling di nanti oleh para siswa akhirnya datang."Tugas yang Ibu kasih, minggu depan dikumpul!! Ibu tidak menerima alasan apapun. Sekian dan terima kasih, Selamat siang." ucap Bu Reni dengan nada tegas khas seorang guru.
"Siang Bu..."
Sebagian siswa telah berhamburan menuju kantin, koridor sekolah yang semula tenang kini menjadi riuh. Desas desus tentang kehadiran Rey di sekolah ini seakan menjadi perbincangan hangat disemua kalangan perempuan.
"Eh... Kantin yuk." ajak Meysha dengan menarik lengan baju Rey.
Sedangkan yang diajak tak merespon sedikitpun, bahkan untuk menolehpun Ia enggan.
"Oh ya Lo belum tau nama Gue kan? Kenalin Gue Meysha carney faariha. Kalau temen-temen Gue manggilnya Mecha, Bunda sama Ayah manggilnya Adek. Ehh abang Gue juga deng, tapi biasa manggil Queen. Katanya Gue adek kesayangannya. Ya iyalah adek kesayangan kan adeknya cuman Gue. Aneh benget emang tuh si Bang Candra." cerocos Meysha tanpa henti.
"Cha kantin Yuk, laper nih." kini giliran Meysha yang di ajak oleh Lisa, Nana dan Dea yang notabennya merupakan sahabat Meysha.
Orang-orang terdekat Meysha memang akrab memanggilnya dengan sebutan Mecha.
"Duluan aja, ntar Gue nyusul." jawab Meysha kepada ketiga temannya.
"Yaudah, mau di pesenin dulu nggak?"
"Boleh, kek biasanya aja yah."
"Okesip." dan ketiganya pergi berlalu meninggalkan Meysha dan Rey
"Rey..." Meysha masih setia merengek meminta Rey untuk pergi ke kantin dengannya.
"Lo emang gk laper yah? Ayo dong Rey...Gue yang traktir dehh." kekeh Meysha dengan mengerjapkan matanya lucu.
"Berisik." ucap Rey dengan spontan menggebrak meja dan berhasil membuat Meysha terdiam seketika.
Rey menatap Meysha sekilas sebelum beranjak dari tempatnya dan meninggalkan gadis itu sendirian.
Mengingat pribadi Rey yang dingin sangat bertolak belakang dengan Meysha. Rey menuruni sifat dari Abram. Satu hal lagi yang perlu diingat bahwa Rey sangat disiplin terutama menyangkut tentang waktu.
❤❤❤
Jazakumullah khairan😚

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Senja
Spiritualité️Zona baper⚠️ Di penghujung senja aku pernah menangis.. Di penghujung senja aku pernah kecewa pada takdir.. Di penghung senja aku pernah marah pada Tuhan..dan Di penghujung senja aku belajar dari kata ikhlas.. Ini tentang kisahku.Tentang hidup ku ya...