20. Liburan

104 6 4
                                    

Hampir satu semester, hari-hari Meysha ditemani oleh Rey—ralat, menemani dan merecoki hari-hari Rey. Seakan sudah menjadi hal wajib bagi Meysha bahwa dirinya harus menganggu hidup aman sang pangeran kulkasnya.

Bahkan akhir-akhir ini, Meysha sering membawakan bekal makan siang untuk Rey. Yang dibawakan? Hanya cuek bebek. Menerima dan membawanya pulang. Tidak sudi jika harus memakan di depan Meysha. Rey akui makanan Meysha memang selalu enak. Entah siapa yang membuatnya, intinya Rey selalu suka makanan yang dibawakan oleh Meysha.

"Rey hari ini terakhir sekolah kan yah?" ucap Meysha dengan raut wajah sendu. Yah, hari ini hari mereka terakhir sekolah sebelum libur semester. Hari yang paling di nanti bagi semua siswa, terutama bagi siswa kelas 12.

Tapi tidak dengan Meysha. Jika disuruh memilih antara sekolah atau libur? Tentu Meysha memilih sekolah. Bukan apanya, Ia hanya ingin setiap hari bertemu dengan Rey, hanya Rey.

Rey hanya menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Meysha. Dalam hati, Rey senang bukan kepalang. Dirinya akan pergi liburan tanpa gangguan dari gadis kaleng kerupuk ini. Bahkan jika perlu, Rey akan liburan sejauh mungkin agar tidak diikuti oleh Meysha.

"Selamat pagi everybody!!" teriak Dandang gosong ketika memasuki kelas dengan muka dibuat se-cool mungkin. Tapi malah lebih mirip dengan bebek kecebur got.

"Gengsss A'a Dudung yang ganteng ini bawa kabar gembira untuk kita semua, kulit manggis kini ada ekstraknya...." yang tadinya semua perhatian mengarah ke Dadang tapi bukannya serius, Ia malah bernyanyi menirukan salah satu iklan di televisi dan sukses membuat gaduh seisi kelas.

"Nggak jelas woyy." umpat salah satu teman Meysha dari arah belakang.

Masih menjadi misteri mengapa si Dandang gosong ini bisa masuk di kelas MIPA yang notabennya kelas siswa bermata empat dan terkenal pendiam,  sedangkan dirinya masuk ke jajaran siswa yang paling rusuh di sekolah.

"Oke, ini serius." ucap Dadang dengan ekspresi yang terlihat serius. Ia terlihat menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan ucapannya.

"Tadi A'a Dadang yang ganteng ini nggak sengaja denger dari kelas sebelah, katanya siswa kelas 12 bakal liburan ke puncak." jelas si Dadang kepada teman-temannya.

Krik krik..
Tidak ada yang menyahut, ataupun menanggapi. Semua mata terfokus pada Dadang yang saat ini berdiri di atas meja guru dengan berkacak pinggang. Semua siswa memasang ekspresi yang sulit diartikan. Tidak sepenuhnya percaya dengan ucapan si dandang gosong ini.

"Kok pada diem-diem bae?" tanya Dadang setelah beberapa waktu sempat terdiam.

"Woy Bu Tuti dateng!!" ucap salah satu siswa laki-laki yang baru saja datang dengan nafas ngos-ngosan.

Mendengar nama 'Bu Tuti', Dadang kalang kabut. Secepat mungkin Ia turun dari meja dan membersihkan bagian yang Ia injak-injak tadi.

"Selamat pagi anak-anak.." sapa Bu Tuti ketika memasuki kelas.

"Pagi Bu...." jawab seisi kelas dengan kompak.

"Hari ini Ibu ada penyampaian bahwa Lusa kita akan berangkat ke puncak untuk liburan. Semua kelas 12 wajib ikut, kecuali yang memang kondisi kesehatannya tidak memungkinkan bisa dimaklumi. Mungkin berita ini memang mendadak, karna tiba-tiba kepala sekolah meminta untuk jadwal dimajukan. Siapkan barang yang akan kalian bawa pulang sekolah nanti!! Jangan terlalu banyak, bawa seperlunya saja! Dan yang terakhir, Jam 7 kumpul di sekolah, jangan ada yang ngaret!" jelas Bu Tuti lanjang lebar.

Kelas yang tadinya aman, tentram dan damai, kini berubah menjadi riuh. Seisi kelas bersorak gembira tak terkecuali Meysha yang sudah jingkrak-jingkrak di tempatnya.

Di Penghujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang