21. Puncak

119 8 2
                                    

Hari yang dinanti akhirnya tiba, seluruh siswa kelas 12 siap liburan. Merefresh otak sebelum bergelut dengan soal-soal ujian.

Hari ini Meysha menggunakan setelan celana jeans berwarna biru dipadukan dengan T-shirt pendek dan hoodie berwarna mocca. Tidak lupa topi kupluk kesayangannya yang melekat manis di atas kepalanya. Rambut hitamnya Ia biarkan tergerai bebas tertiup angin, menambah kesan manis pada gadis 17 tahun itu.

"Hati-hati yah Dek!! Kabari Abang, Bunda, atau Ayah kalau udah di sana!!" tutur Candra setelah menurunkan barang Meysha yang super duper banyak. Bayangkan saja, agenda piknik hanya 4 hari, tapi Meysha membawa 2 koper ukuran sedang, belum lagi tas dan cemilan. Definisi rempong yang sesungguhnya.

"Oke Bang." jawab Meysha sambil mengacungkan kedua jempolnya.

"Cha, ini yakin barang sebanyak ini dibawa semua?" tanya Candra masih berambigu, tidak yakin dengan tindakan yang dilakukan oleh adiknya.

Yang ditanya hanya nyengir kuda, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Sebenarnya Meysha juga tidak yakin bahwa dirinya bisa membawa barang sebanyak ini.

Setiap liburan, Meysha memang seperti ini, membawa segala sesuatu yang sangat diperlukan baginya. HANYA BAGINYA.

"Udahlah Cha, yang ini aja dibawa!!" ucap Candra sambil menarik koper berwarna pink dan meninggalkan barang-barang yg lain termasuk Meysha yang ditinggal begitu saja.

"Ihh Bang Candraaaaaaaaa." pekik Meysha geram sambil menghentak-hentakkan kakinya.

Sang empu nama hanya cuek bebek, tidak peduli dengan teriakan gembreng Meysha. Candra berniat untuk membawa pulang kembali sebagian barang Meysha. Bukan apa, Candra hanya takut kalau adik kesayangannya itu harus kerepotan saat tiba di sana dan sudah dipastikan tidak ada yang bisa membantu karna semua orang  membawa barangnya masing-masing.

Meysha tampak berfikir sejenak, akankah Ia membawa semua barangnya atau mengikhlaskannya dibawa pulang oleh Candra?

Dengan langkah gontai, Meysha akhirnya meninggalkan tempat beserta barang-barangnya. Ia sedikit kecewa karna persiapannya yang matang-matang harus terkendala.

"Berangkat jam berapa Cha?" tanya Candra ketika Meysha baru saja sampai di hadapannya.

"Nggak tau." jawab Meysha dengan nada datar.

Menyadari sesuatu yang aneh pada adiknya, Candra hanya menggelengkan kepalanya. Ia harus bisa mengembalikan mood Meysha, karna tidak mungkin Candra meninggalkan adiknya dengan keadaan seperti ini.

"Padahal nih yah, kalau tau berangkat jam berapa Abang mau nraktir es krim." pancing Candra dengan nada menggoda.

Mendengar kata 'es krim' dengan binar behagia, Meysha berbalik kearah Candra dengan senyum yang mengembang manis. Muka kusutnya entah Ia buang kemana.

"Kata Bu Tuti, jam 7 kumpul, tapi mungkin berangkatnya agak siang karna harus denger pengarahan dari kepala sekolah." jelas Meysha dan dibalas dengan anggukan kepala oleh Abangnya.

"Sekarang udah jam 06:45, tapi temen-temen kamu belum banyak yang dateng."

"Maklumlah kak, semua pake jam karet. Disuruh kumpul jam 7 eh berangkat dari rumah jam 8. Dasar ngarett."

"Yaudah, jadi nggak jajan es krim?" tanya Candra memastikan. Sebenarnya Ia sudah tau jawabannya karna mana mungkin seorang Meysha menolak ajakan jajan.

"Jadi dong Bang, di depan aja yah!! Nggak usah jauh-jauh takutnya nanti telat."

"Depan mana? Emang depan sekolah kamu ada yang jual es krim?"

Di Penghujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang