Sang surya kembali menyingsing ke arah barat. Kilauan jingga di langit yang nampak mengundang kedamaian. Semburat cahayanya begitu memanjakan mata siapapun yang melihatnya. Kicauan burung mengalun merdu, berterbangan kesana kemari melepas penat.
Meysha sangat menikmati panorama yang satu ini. Baginya, senja sudah menjadi candu tersendiri. Di temani dengan semilir angin, Ia bisa melampiaskan kegundahan yang Ia rasakan.
Sejak kecil, meysha sudah jatuh cinta dengan senja. Tak ada kata yang bisa mewakili keindahannya.
Di balkon kamarnya, Meysha selalu menghabiskan waktu sorenya. Melihat matahari berpulang dari cakrawala. Dengan secangkir coklat hangat, gadis berambut sebahu dengan mata bulat dan hidung lancip itu tersenyum dan menyesap sedikit demi sedikit minumannya. Menikmati di setiap semilir angin yang menerpa kulit putihnya.
Hari yang cukup menguras batin Meysha. Perkataan Bunda dan kak Vina masih terngiang di ingatannya. Meysha merasa belum pantas untuk berhijab, baginya melaksanakan shalat 5 waktu saja sudah cukup. Tak perlu ada embel-embel lain.
Cukup keras kepala memang, bahkan Ayah dan Bundanya bingung harus memakai cara apa lagi untuk menyuruh Meysha menjalankan aturan-aturan Islam yang ada.
Tok tok tok..
"Adek, jangan lupa shalat Maghrib!" sudah menjadi kebiasaan Bunda Rina di setiap sore untuk mengecek kamar anak-anaknya."Iya Bunda ku yang cantik." jawab Meysha dengan tersenyum ke arah Bundanya.
"Yaudah, Bunda ke kamar Abang dulu." dan di jawab anggukan kepala oleh Meysha.
***
Makan malam kali ini terasa begitu nikmat. Jika biasanya saat makan malam Ayah atau Abangnya tidak ikut karna dengan dalil urusan kantor atau kampus, kali ini mereka lengkap berempat. Sebelum makan, mereka bersendau gurau bertukar fikiran, menceritakan hari yang mereka lalui.
Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring menjadi irama yang menemani mereka hingga makanan tandas tak tersisa. Bunda Rina memang selalu memasak dengan porsi yang tidak terlalu banyak. Karna akan mubazir jika makanan tak habis dan berujung na'as di tempat sampah.
Tidak lucu rasanya jika mengingat saudara kita di luar sana rela menahan lapar karna kebutuhan ekonomi yang tidak mencukupi, tetapi kita yang di beri rezeki lebih malah menghambur-hamburkannya.
Orang yang membuang-buang makanan termasuk teman setan. Karna membuang makanan sama halnya menyia-nyiakan harta. Allah sangat membenci perilaku tersebut. Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al-qur'an "Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’: 26-27).
"Besok ada undangan pernikahan rekan kerja Ayah, Om Wandi yang dulu hampir ngelamar Adek." jelas Abram setelah makan malam selesai.
Uhuk uhuk..
Meysha yang sedang minum sontak terbatuk saat Ayahnya menyebut kata "melamar"."Adek, hati-hati minumnya!" peringat Bunda Rina kepada Meysha.
"Ayah sih, bahas itu lagi. Kan udah Adek bilang, kalau Adek masih kecil. Belum cukup umur kalau mau nikah Ayahhhh." rengek Meysha kepada Ayahnya. Karna memang benar bahwa Ayah dan Bundanya merencanakan agar Meysha nikah muda.
"Yaa kan cuman di lamar dek. Nanti lulus baru nikah. Lagian umur Wandi nggak jauh beda sama Adek. Cuman Adek aja yang berlebihan sampai manggil dengan sebutan OM." sahut Candra dengan menekan kata terakhirnya.
"Iya emang nggak jauh beda. Cuman beda 4 tahun sama Adek, beda setahun sama Abang." Bunda Rina juga ikut menyahut.
"Tapi tetep aja. Yang kerja sama Ayah tuh kebanyakan om-om. Udah berkeluarga semua. Jadi yaa Adek manggilnya Om tanpa terkecuali" Jawab Meysha santai.
"Sudah-sudah terserah Adek! Toh sekarang Wandi juga udah mau nikah. Nggak usah di perpanjang cuman masalah panggilan." Lerai Pratama akhirnya.
"Besok semua harus ikut tanpa terkecuali. Ayah nggak terima alasan apapun dari kalian. Terutama kamu Candra. Jangan bawa-bawa kampus untuk jadi alasan." memang benar. Kedua anaknya akan sangat susah di ajak jika menyangkut acara formal. Selalu ada alasan bagi mereka berdua, terutama Candra.
Meysha dan Candra saling tatap satu sama lain sebelum akhirnya menghembuskan nafas pasrah. Kali ini mereka berdua tak bisa menolak ataupun beralasan.
***
Hiruk pikuk kota Jogja mulai terdengar. Semilir angin dan mentari berbaur dalam kesejukan. Hari ini Meysha nampak bersemangat. (karna mau ketemu Rey kali yah? Wkwk)
Meysha meminta Abangnya untuk mengantarnya ke sekolah terlebih dahulu. Karna hari ini Candra tidak ada kelas pagi, jadilah dia harus mengantar secara khusus tuan putrinya.
"Adek pulang naik apa?" tanya Candra ketika mobil BMW berwarna hitamnya terparkir di depan sekolah Meysha.
Meysha nampak berfikir sejenak. "Naik apa aja deh Bang. Nggak usah di jemput kalau Abang masih di kampus."
"Emang kenapa?"
"Yaa ntar Abang bolak-balik."
"Yaelaah emang udah dari dulu kan dek?"
"Kalau udah tau dari dulu, kenapa tadi pake nanya segala sih Baaaaang?"
Candra tersenyum simpul. Pagi-pagi Ia sudah membuat Adeknya hilang mood.
"Basa-basi doang Dek, nggak usah ngambek. Pulang sekolah Abang jajanin es krim."
Meysha yang awalnya cemberut mendadak sumringah, matanya dengan tiba-tiba berbinar ketika mendengar kata ES KRIM.
"Janji yah!"
"Insya Allah." Jawab Candra dengan megacak rambut Meysha pelan.
"Adek masuk dulu. Ingat yah Bang, janji harus di tepati!! Assalamualaikum."
Candra hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Adiknya ini.
"Waalaikumussalam."
***
"Selamat morning belahan jiwa ku." sapa salah satu teman kelas Meysha ketika Meysha baru saja memasuki kelas. Bahkan tasnya belum Ia letakkan tapi lagi-lagi suara itu menghancurkan moodnya.
"Ehh Suparno. Nggak usah sok-sokan nyapa Gue deh. Jijik tau nggak! Lagian nih ya, tempat Lo itu bukan disini." Jelas Meysha kepada lelaki yang tadi menyapanya.
"Emak Gue udah ngasih nama bagus-bagus, ehhh si Markonah ngeganti seenak jidat."Lelaki tersebut tampak tertawa sebentar.
"Semerdeka Lo, pergi sana! Jangan ganggu Gue."
"Pergi? Kemana? Kan ini kelas Gue juga"
"Ke patung pancoran."
"Wahh kejauhan itu mah. Mending ke KUA aja, lebih deket. Apalagi calonnya juga udah ada. Tinggal cusss terus SAAHH. Makan enak dah tuh yang lain. Gimana? Setuju nggak?" cerocos lelaki yang yang di panggil oleh Meysha dengan sebutan Suparno tadi dengan tingkat percaya diri yang tinggi.
"Serah Lo"
"Ya Allah Gusti. Ini demi apa? Lo beneran nyerahin semua keputusan sama Gue?" Refleks lelaki itu menggebrak meja yang ada di depannya. "Yaudah nanti kita ke ruang kepsek minta surat Izin."
Meysha nampak bingung "Ngomong apasih Lo? Nggak jelas. Gue nggak mau ke ruang kepsek."
"Lahh tadi katanya terserah Gue? Yaudah ayok." ucap Lelaki itu sambil menarik tangan Meysha.
"Kemana?"
"KUA." Jawabnya enteng.
"Emang Lo udah siap buat Gue jadiin samsak?" Tawar Meysha dengan mengepalkan tangannya.
Refleks lelaki tersebut melepaskan cekalannya dan lari keluar kelas dengan terbirit-birit.
❤❤❤
Jazakumullah Khairan😚

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Senja
Spiritual️Zona baper⚠️ Di penghujung senja aku pernah menangis.. Di penghujung senja aku pernah kecewa pada takdir.. Di penghung senja aku pernah marah pada Tuhan..dan Di penghujung senja aku belajar dari kata ikhlas.. Ini tentang kisahku.Tentang hidup ku ya...