Warna putih mendominasi seisi ruangan. Mata bulat itu mengerjap perlahan, menyesuaikan bias cahaya terang yang masuk.
"Allhamdulillah Mecha masih inget bangun."
"Ya Allah Cha, Gue udah berakar nih nungguin Lo sadar."
"Udah di ingetin masih aja ngelanggar."
"Gini nih kalau nggak pernah di imunisasi. Di serang dikit udah tumbang. Payah!!"
"Anak holkayy kok telat makan. Dasarrr."
Meysha memijit ujung pelipisnya. Teman-temannya tidak berhenti mendumel sedari tadi.
"Bisa diem nggak sih?" tanya Meysha dengan suara yang berat.
"Cha Lo harus makan! Gue nggak mau kena dampret Bang Candra untuk kesekian kalinya." perintah Dea kepada Meysha. Bukan hanya sekali dua kali Meysha limbung hanya karna tidak sarapan. Dan berimbas kepada teman-temannya yang kena omelan oleh Bang Candra karna tidak mengingatkan Meysha makan.
Sebagian dari mereka menganggap tidak sarapan pagi adalah hal sepele, tapi tanpa mereka sadar hal ini bisa sangat berdampak buruk.
"sekarang jam berapa?" tanya Meysha lagi.
"jam 12."
Meysha tampak terkejut, kedua bola matanya membulat sempurna. "Sumpah demi apa? Gue pingsan lama banget."
Ketiga temannya refleks menutup telinga saat mendengar suara cempreng Meysha yang menggelegar di setiap sudut ruangan.
***
Setelah keadaan Meysha mulai membaik, keempatnya kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran. Dan ternyata hari ini guru sedang rapat. Doa para murid legend terijabah.
"He anak monyet!! Si kulkas mana?" tanya Meysha kepada laki-laki bermata sipit dengan kulit putih mulus.
"Anak Gorila sekalian." jawab laki-laki itu santai.
"Hahahahah." dan tawa Meysha pecah seketika.
"Nggak lucu. Muka udah kayak Lee jong.. Jong.. Apayah? Lee jongkok.. Ahh kok Gue lupa yah? noh itu tuh yang artis korea."
"Lee Jong-suk otooong." Jawab Meysha dengan menekan di setiap kalimat.
"Nahh itu!! Lidah Gue suka kesleo kalau nyebutin nama mereka."
"Semerdeka Lo aja."
"Oke."
"Pertanyaan Gue belum Lo jawab. Si kulkas mana?"
Laki-laki tersebut seperti sedang berfikir keras. Bisa di lihat dari kedua alisnya yang hampir menyatu dan kerutan tipis tercipta di dahinya.
"Si kulkas?" tanyanya tidak mengerti.
"Hu'umm." jawab Meysha sambil menganggukkan kepalanya.
"Si Rey maksud Lo?"
Dan untuk kedua kalinya, gadis itu lagi-lagi menganggukkan kepalanya beberapa kali.
"Dia tuh punya nama ogeb." sanggah laki-laki bermata sipit itu.
"Terserah Gue dong mau manggil apa, kok Lo yang sewot. Aneehhh."
"Palingan di rooftop."
"Panas-panas gini di rooftop?" tanya Meysha heran.
"Hey daki unta. Lo nggak liat di luar mau hujan? Dan Lo bilang ini panas? Warrbiasaahhh. Efek nggak sarapan bisa nular kemana-mana ternyata." Ucap laki-laki itu dengan memberikan tepuk tangan di akhir kalimatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Senja
Espiritual️Zona baper⚠️ Di penghujung senja aku pernah menangis.. Di penghujung senja aku pernah kecewa pada takdir.. Di penghung senja aku pernah marah pada Tuhan..dan Di penghujung senja aku belajar dari kata ikhlas.. Ini tentang kisahku.Tentang hidup ku ya...