Seorang pria lengkap dengan seragam putih abu-abunya berhenti tepat di depan rumah mewah dan elegan. Ia terlihat turun dari tunggangan kuda besinya, melepas helm yang ada di kepalanya dan menyisir rambut hitam legam yang sedikit berantakan menggunakan jari tangannya.
"Assalamualaikum Bunda." Ucapnya dengan menghampiri Bunda Maya yang sedang menyiram tanaman kesayangannya di teras rumah.
"Waalaikumussalam, kok pulangnya sore banget Rey? Eh eh tunggu, itu muka kamu kenapa?"
"Rey jelasin di dalam aja Bunda." dan keduanya masuk ke dalam rumah.
"Jelasin sama Bunda kenapa muka kamu bisa bonyok kayak gitu!!" ucap Bunda dengan tatapan mengintimidasi.
Rey tampak menghembuskan nafasnya sejenak "Rey tadi nolongin Mecha yang ditampar sama temen cowoknya. Awalnya Rey nggak tau masalah mereka apa yang jelas pas Rey mau nolongin, tuh orang keliatan marah banget sama si kaleng kerupuk. Terus yah Bunda si Mecha nangis, nangis kejer malah. Mirip banget sama...._" Rey tidak melanjutkan ucapannya, tenggorokannya terasa tercekat. Lidahnya kelu untuk melanjutkan ucapannya.
Hening!!
Keduanya sama-sama terdiam. Bahkan Bunda Maryam sudah tau arah pembicaraan Rey. Ia tidak memaksa agar Rey melanjutkan ceritanya karna hal itu bisa menyakiti hati putranya."Bunda." panggil Rey dengan suara berat.
"Kenapa sayang?" jawab Bunda Maryam dan sedetik kemudian air matanya lolos tanpa diminta.
"Apa yang Bunda rasain kalau dekat dengan Meysha?"
"Bahagia. Mungkin dengan melihat Mecha setiap hari, rindu Bunda akan terobati."
"Boleh Rey pindah sekolah Bunda?"
"Kenapa?"
"Rey nggak mau terus-terusan lihat Mecha setiap hari. Rasanya terlalu sulit hati Rey berdamai dengan keadaan. Setiap kali Rey lihat Mecha, Rey tidak bisa mengontrol diri sendiri. Kalau Bunda bahagia bisa lihat Meysha setiap hari, berbeda dengan Rey yang akan marah jika melihat wajahnya."
Rey menjeda ucapannya dan tersenyum sinis. "Bukan cuman wajahnya, tapi sifatnya juga sama. Rey belum bisa nerima takdir."
"Astagfirullah. Ikhlasin semuanya Rey!! Semua terjadi karna kehendak Allah. Bahkan Kita di pertemukan dengan Meysha atas izin Allah" Bunda berucap dan dengan cepat menghapus air matanya.
"Ck Bunda aja masih nggak ikhlas. Bunda masih sering nangis kalau pembahasan kita mulai kesana." ucap Rey dingin dan beranjak dari tempat duduknya.
Rey masuk kedalam kamarnya. Menghempaskan tubuhnya yang lelah ke ranjang king size lengkap dengan sprai berwarna hitam putih. Rey memejamkan matanya rapat-rapat. Dadanya seolah sesak dan air matanya dengan lancang keluar dari tempatnya.
Terlalu sakit rasanya jika mengingat masa lalunya. Bahkan sampai sekarang Rey belum mampu berdamai dengan takdir. Ada dendam yang tersirat di dalam dirinya. Kejadian 2 tahun lalu seolah merubah secara drastis pribadi Rey yang sesungguhnya.
***
20:00
"Mau kemana Rey?" tanya Bunda Maryam ketika melihat anaknya sudah rapi dengan setelan celana jeans hitam dan T-shirt berwarna senada, serta membawa jaket denim berwarna biru.
"Keluar bentar Bun." jawab Rey santai.
"Naik motor?"
"Iya."
"Kenapa nggak pake mobil?"
"Hehe lebih enak naik motor Bun. Bisa nyelip-nyelip."
Bunda Maryam hanya menggeleng pelan. "Hati-hati jangan ngebut bawa motornya!!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Senja
Spiritual️Zona baper⚠️ Di penghujung senja aku pernah menangis.. Di penghujung senja aku pernah kecewa pada takdir.. Di penghung senja aku pernah marah pada Tuhan..dan Di penghujung senja aku belajar dari kata ikhlas.. Ini tentang kisahku.Tentang hidup ku ya...