*At Rey's home
"Assalamualikum." Ucap Rey ketika memasuki rumahnya.
"Waalaikumussalam." jawab seorang perempuan paruh baya yang di yakini Meysha adalah Asisten rumah tangga Rey.
"Bunda mana mbok?" tanya Rey kepada wanita itu. Sedangkan Meysha hanya menjadi penonton. Belum mengucapkan apapun sedari tadi. Bahkan Ia lupa mengucapkan salam.
"Masih Shalat Den. Bentar lagi mungkin selesai." dan Rey hanya mengangguk dan tersenyum.
"Mbok ke belakang dulu ya Den."
"Silahkan."
Wanita yang di panggil 'Mbok' tadi meninggalkan Rey dan Meysha. Tapi sebelum pergi, wanita itu tampak memandang Meysha dengan tersenyum ramah dan sedikit membungkukkan badannya.
"Duduk!!" perintah Rey dengan menunjuk kursi ruang tamu.
Meysha mengangguk patuh. Ia berjalan ke arah kursi dan mendudukinya. Matanya tak tinggal diam, Meysha memperhatikan seisi rumah mewah ini. Yang Meysha herani adalah tidak ada satupun foto yang di pajang disini.
"Rey... Toilet disebelah mana?" tanya Meysha kepada Rey yang asik memainkan handphonenya.
Rey tak menjawab. Ia hanya menunjuk ke salah satu arah, tanpa menoleh sedikitpun dan masih fokus dengan layar handphonenya.
Meysha berdiri dan mengikuti arah yang di tunjuk oleh Rey. Meski ragu tapi Meysha tetap melangkah. Toh Ia tidak akan nyasar disini.
Setelah beberapa menit, Meysha kembali menghampiri Rey. Namun langkahnya terhenti ketika menyadari siapa yang duduk bersama Rey. Perlahan namun pasti, langkahnya semakin dekat dan.–
Tap.
Tatapan keduanya bertemu. Meysha tidak asing dengan wajah wanita yang saat ini duduk bersama Rey. Meysha mencoba mengingat, dimana Ia pernah melihat wanita paru bayah yang berwajah teduh ini."Bun, Rey ganti baju dulu."
"Bun? Itu Bundanya Rey? Kok kayak pernah liat yah. Tapi dimana?" Meysha membatin dengan rasa penasaran.
Wanita itu tampak mengangguk. Setelah Rey pergi, Meysha menghampirinya dan duduk di sebelah Bunda Rey.
"Assalamualikum tante." sapa Meysha kepada wanita itu sambil mencium tangan dan tersenyum malu. Harus sopan di depan calon mertua, yah begitu katanya.
"Waalaikumussalam, panggil Bunda aja yah."
Deg. "What? Panggil Bunda? Banyak peluang nih. Manggil mamanya aja udah di suruh pake sebutan Bunda. Ck" Meysha membatin sambil tersenyum-senyum sendiri.
"I..iya, Bun—da." ucap Meysha dengan terbata-bata.
"Kamu nggak inget sama Bunda?" nah kan, sudah Meysha bilang kalau dirinya pernah melihat orang ini. Tapi memang dasarnya Meysha pelupa jadilah dia seperti kambing cengo'.
Meysha terdiam dan memandang wajah Bunda, dengan durasi waktu yang cukup lama. Dan berhasil.–
"Bunda yang waktu itu meluk aku pas di acaranya Om Wandi kan?"
Bunda Rey tampak mengangguk. Meysha benar-benar dibuat setengah tidak percaya jika wanita yang ada dihadapannya ini adalah bunda Rey.
Bagaimana bisa, Bundanya memiliki paras yang teduh seperti ini bahkan sangat welcome dengan Meysha, sangat jauh berbeda dengan anaknya yang lebih mirip dengan freezer kulkas. Dingin!
"Bunda beneran Bundanya Rey?"
"Iya, kenapa? Nggak mirip yah?"
Meysha menggeleng. "Bukan nggak mirip wajahnya, tapi pribadinya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Senja
Spiritüel️Zona baper⚠️ Di penghujung senja aku pernah menangis.. Di penghujung senja aku pernah kecewa pada takdir.. Di penghung senja aku pernah marah pada Tuhan..dan Di penghujung senja aku belajar dari kata ikhlas.. Ini tentang kisahku.Tentang hidup ku ya...