Kedua gadis itu tengah memutari rak-rak buku. Belum ada satupun yang mereka dapat. Terutama Meysha, Ia bahkan belum menyentuh satupun buku yang ada.
"Cha kita pisah aja yah. Kakak mau ke sebelah sana."
"Hehe kakak capek yah ngikutin aku? Yaudah nanti tunggu di kasir aja yah kak!"
"Oke."
Dan mereka pun berpisah. Meysha terlihat berhenti di salah satu rak buku. Tangannya terulur berniat mengambil salah satu buku dengan sampul berwarna orange. Tapi terlihat sebuah tangan kekar mendahuluinya. Meysha dengan segera merampas buku yang sudah berada di tangan lelaki itu.
"Ini punya a—" ucapan Meysha terhenti saat mengetahui orang yang ada di depannya saat ini.
"Lo lagi." lelaki itu tampak tersenyum masam. Ia muak melihat tampang Meysha yang ada dimana-mana.
"Emang yah jodoh nggak akan kemana. Hahahaha." tawa Meysha pecah seketika.
"Jijik." lelaki itu hendak berbalik namun lagi, lagi, dan lagi Meysha mencoba menghalangi jalannya.
"Tapi Rey.... Gue mau buku itu." tunjuk Meysha ke arah buku yang di pegang Rey. Padahal Meysha belum tahu sinopsis yang ada di buku. Jangankan sinopsis, judulnya saja Meysha tak tau. Tapi seakan Meysha kekeh untuk memilikinya.
Rey menaikkan sebelah alisnya. Dari sekian banyak buku, mengapa Meysha menginginkan apa yang diinginkan oleh Rey? Benar-benar gadis aneh.
Rey tidak mau mengalah, Ia tetap membawa buku itu menuju kasir. Meysha merebut dengan kasar buku itu. Tapi sepertinya Rey lebih kuat menarik hingga terjadi tarik menarik memperebutkan satu buku dengan sampul orange itu.
"Ngalah dong Rey sama cewek!!" Meysha menggerutu namun tetap menarik buku yang ada di tangan Rey.
"Nggak." jawab Rey singkat.
Cukup lama mereka saling berebut. Tidak ada yang mau mengalah. Keduanya ingin memiliki buku itu, lebih tepatnya novel dengan judul "Seidah Senja".
Merasa menjadi pusat perhatian, Rey segera menghentikan aksinya dan dengan cepat Ia melepas novel yang di tarik oleh Meysha. Refleks Meysha terjatuh kebelakang karna tak siap dengan perlakuan Rey.
Dan hal itu berhasil menjadi pusat perhatian pengunjung gramedia. Benar-benar hal yang memalukan.
Rey dengan tampang tak berdosa melenggang pergi meninggalkan Meysha yang masih setia duduk di lantai. Meysha tak berhenti mendumel dan perlahan berdiri.
"Hey curut Australia, Lo ngapain disini?" Meysha terhenyak kaget mendengar suara yang melengking di indra pendengarannya.
Meysha berbalik dan mendapati Dadang teman sekelasnya yang super duper berisik melebihi Meysha. Sebenarnya nama lelaki itu Arif. Tapi karna berasal dari Bandung yang notabennya orang Sunda, jadilah si Arif dipanggil dengan sebutan Dadang. Tapi Meysha memanggilnya dengan sebutan 'Dandang gosong' dikarenakan kulitnya yang sedikit gelap.
"Apasih Dandang gosong? Jangan teriak-teriak bisa kan? Malu diliatin orang."
"Halahhhh kayak nggak pernah teriak-teriak aja.
Meysha memutar bola matanya Malas. Ia tidak mood untuk berdebat yang unfaedah seperti ini.
"Ngapain Lo di sini?" tanya Meysha mengalihkan topik pembicaraan.
"Ya cari buku lah, masa mau main trampolin. Udah tau ini gramedia, masih aja nanya ngapain disini?"
"Lo juga tadi nanya Gue gitu."
Lelaki tersebut tampak menyengir dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Yaaa kan nggak biasanya tuh Gue liat Lo mau baca buku." perlu di garis bawahi bahwa Meysha tidak suka belajar. Ia lebih suka membaca Novel ketimbang membaca buku pelajaran. Berbeda dengan si kucel yang ada di depannya ini, Ia kutu buku. Aroma buku sudah menjadi candu bagi si Dadang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Senja
Spiritual️Zona baper⚠️ Di penghujung senja aku pernah menangis.. Di penghujung senja aku pernah kecewa pada takdir.. Di penghung senja aku pernah marah pada Tuhan..dan Di penghujung senja aku belajar dari kata ikhlas.. Ini tentang kisahku.Tentang hidup ku ya...