Mentari pagi kembali bersinar menyalurkan cahaya terang bagi kalbu yang kelam, memberikan secercah rengkuhan hangat yang menelisik ke dalam jiwa. Kilauan yang mengundang kedamaian ditambah dengan kicauan burung merdu yang siap membangunkan siapapun dari alam mimpi.
Pagi yang cerah bagi seorang Meysha Carney Faariha. Gadis 17 tahun dengan kepribadian yang ceria dan senantiasa membawa kehangatan .
Ia berasal dari keluarga yang cukup berada namun tak pernah membuatnya merasa sombong sedikitpun. Rupanya yang cantik dan menawan tak menjadikan alasan untuk berteman dengan siapapun.
"Pagi Bundaaaaaaa..." teriak Meysha kala melihat Rina-Bundanya menyiapkan sarapan.
"Pagi sayang. Pagi-pagi udah teriak-teriak aja Dek." jawab sang Bunda dengan terkekeh dan menatap anak bungsunya yang makin hari makin pecicilan.
"Hehe.. Ayah sama Abang mana Bun?"
"Ayah di teras depan masih ngobrol sama pak Nardi satpam baru kita, kalau Abang palingan tidur lagi. Tadi aja pas shalat subuh susah banget dibangunin sampai-sampai harus bunda guyur pakai air."
Dan sedetik kemudian seringai jahil tercipta di bibir mungil milik Meysha. Tanpa kata lagi Meysha segera berlari menaiki tangga dan tepat pada anak tangga yang terakhir, kaki kirinya tak sengaja tersandung dan menyebabkan Ia jatuh tersungkur.
Brukkkk..
"Aww....sakit." rintih Meysha dengan memegangi kakinya.
Dengan langkah tertatih Ia tetap menuju kamar sang kakak. Tanpa berfikir panjang Meysha langsung membuka pintu yang kebetulan tidak terkunci.
Dan benar yang dikatakan Bunda Rina bahwa kakaknya itu masih asik bergelut di alam mimpi dengan meninggalkan tetesan demi tetesan di bantal yang berdosa dan membentuk pulau-pulau yang yak berpenghuni (hohoho Si Abang ngiler maksudnya ini gengss)
Meysha nampak berfikir bagaimana cara membangunkan Candra yang tengah tertidur dengan pulasnya dan bergelut di alam bawah sadarnya.
Meysha mengetuk-ngetukkan jari telunjuk pada dagunya dan benar saja, Ide jahil terlintas di fikirannya.
"Aaaaa...." pekik Candra ketika merasakan ibu jari kakinya berdenyut nyeri.
"Apasih Bang teriak-teriak? Ini tuh rumah, bukan hutan! Dasar tarzaaaaan." protes Meysha sambil mengehentak-hentakkan kakinya.
"Adek tuh yang apa-apaan. Kenapa jempol Abang digigit?"
"Hehe...yah biar Abang bangun." jawab Meysha sambil nyegir dan menunjukkan deretan gigi putihnya.
"Nggak jelas. Keluar sana!! Abang mau Mandi." usir Candra kepada adiknya dengan nada bicara yang masih kesal karna harus mendapat sarapan berupa gigitan maut dari Meysha.
Candra Yuda Pratama. Seorang kakak sekaligus pria kedua setelah ayahnya yang berperan penting dalam melindungi Meysha. Keduanya sama-sama menuruni sifat Bundanya. Mudah bersosialisasi adalah ciri utama mereka.
Tubuh tinggi tegap yang mewarisi gen dari Ayahnya dan tampang yang tak bisa diragukan lagi seringkali membuat kaum Hawa tertarik dan terang-terangan menyatakan cintanya kepada Candra. Namun semua berakhir dengan penolakan. Candra belum pernah melabuhkan hatinya kepada siapapun.
"Pagi Ayah Bunda." sapa Candra sambil menarik kursi.
"Pagi Bang." Jawab kedua orang tuanya disertai dengan senyuman tulus yang mampu menyejukkan hati siapapun yang melihatnya.
"Isss Abang, masa cuman Ayah sama Bunda doang yang disapa? Adek nggak."
"Good morning my princes." ucap Candra sambil terkekeh dan mengelus pucuk kepala Meysha dengan sayang dan dibalas senyuman manis dari Meysha.
Kategori keluarga yang harmonis. Mereka selalu mengesampingkan ego, sebisa mungkin mereka menghindari perdebatan yang tak berfaedah.
Dan merekapun sarapan dengan khidmat. Suara dentingan sendok mendominasi meja makan. Tak ada yang bersuara karna di keluarga Pratama sangat melarang keras berbicara sambil makan.
"Alhamdulillah... Adek udah selesai. Adek berangkat dulu Ayah, abunda, Bang." pamit Meysha kepada ketiganya dan menyalimi secara bergantian.
"Loh Adek nggak bareng sama Abang?" tanya Candra ketika melihat adiknya yang hendak meninggalkan meja makan.
"Nggak, Adek mau naik motor aja biar cepet nyampenya."
"Oh yaudah. Terserah!"
Meysha mendengus kesal ke arah kakaknya. Seharusnya kakaknya itu melarangnya untuk naik motor. Seperti beberapa hari lalu, saat Meysha dilarang keras oleh Bang Candra untuk naik motor dengan alasan banyak debu. Padahal itu hanya pancingan Meysha untuk melihat respond sang kakak.
"Hati-hati sayang, jangan ngebut-ngebut!!" Bunda Rina ikut bersuara.
"Siap Bunda." Jawab Meysha tegas sambil memberi hormat layaknya seorang ajudan kepada atasannya.
Melihat kelakuan Meysha, ketiganya kompak menggeleng dan menghela nafas.
❤❤❤
Jazakumullah khairan😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Senja
Espiritual️Zona baper⚠️ Di penghujung senja aku pernah menangis.. Di penghujung senja aku pernah kecewa pada takdir.. Di penghung senja aku pernah marah pada Tuhan..dan Di penghujung senja aku belajar dari kata ikhlas.. Ini tentang kisahku.Tentang hidup ku ya...