26. Taman kota

112 10 0
                                    

Dunia hampa Meysha perlahan bangkit, Rey yang berubah 180 derajat, Abangnya yang kian hari kian membaik dan kabar kelulusan yang sudah ada di depan mata.

Pagi ini seperti biasa, setelah joging mengelilingi kompleks Meysha mandi dan bersiap untuk ke rumah sakit.

Ting. (Anggap aja notif chat:v)

Pangeran kulkas.
Cha, ke rumah sakit jam berapa?

Meysha
Seperti biasalah, kek gk pernah nganterin aku aja


Pangeran kulkas
Gk usah ngegas woyy!! Ok Gua mandi dulu.

Meysha
GPL


Pangeran kulkas
Yo'

Read√√

25 menit kemudian, Meysha yang sibuk mengeringkan rambutnya di buat geram oleh hpnya yang berdenting sedari tadi.

Pangeran kulkas.
Cha..

Pangeran kulkas.
Gua udah mandi.

Pangeran kulkas.
Udah pake baju nih.

Pangeran kulkas.
Mau naik motor atau mobil?

Pangeran kulkas.
Otw sekarang nih?

Pangeran kulkas.
Tapi Gua belum sarapan.

Meysha.
Bacot, gercep dong!! Naik motor aja, sarapan disini. Udah di tungguin Bunda dari tadi.

Read√√

Sejak sore itu, Rey benar-benar berubah. Entah apa yang membuat Rey bisa bersikap sebaik itu dengan Meysha yang notabennya orang paling menyebalkan di hidup Rey.

"Pagi Bundaaaa, Ayaah." sapa Meysha saat menuruni anak tangga dan berjalan ke meja makan.

"Pagi dek." balas keduanya disertai senyum hangat.

"Berangkat bareng Rey lagi?" tanya Bunda.

"Iyaa Bun, sekalian Meysha ajak sarapan disini. Bolehkan?"

"Yaa boleh dong sayang."

"Adek nanti kalau ada perkembangan dari Abang, hubungi Ayah yah!! Soalnya Ayah nanti ada meeting sama klien jadi nggak bisa nemenin Abang." minta Ayah kepada putrinya.

"Siaap bos." dan ketiganyapun tertawa dengan sayatan luka. Beberapa bulan ini, semua terasa beda. Kurang lengkap jika tak ada gaduh dari Chanda dan Meysha yang selalu memperebutkan selai roti saat sarapan pagi.

"Itu kayaknya suara motor Rey deh." tebak Meysha saat mendengar suara motor memasuki pekarangan rumahnya.

"Liat dulu Dek, terus ajak masuk kalau memang itu Rey." ucap Ayah memerintahkan.

"Okesip." dan Meysha berjalan mendekati pintu utama.

Benar saja, Rey datang dengan tunggangan besi kesayangannya. Memarkirkannya dengan rapi di dekat garasi mobil.

"Lama." Baru saja Rey turun dari motornya, sudah disemprot oleh cemohan Meysha.

"Macet Cha." elak Rey seenaknya.

"Yuk masuk, sarapan dulu." dan keduanya masuk, bergabung dengan Ayah, Bunda.

Setelah menyelesaikan sarapan pagi, keduanya pamit dan segera menuju ke rumah sakit.

"Cha..." panggil Rey saat motornya sudah melaju membelah padatnya jalanan.

"Mmmm" jawab Meysha dengan mendekatkan telinganya ke arah Rey. Bisingnya suara motor membuat Meysha sulit untuk mendengar di tambah dengan dirinya yang memakai helm.

Di Penghujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang