Setelah selesai shalat subuh, Meysha tidak kembali tidur seperti biasa. Ia berniat lari pagi mengelilingi kompleks bersama abangnya. Menghirup udara segar yang masih bebas dari polusi dan tentunya jauh dari kebisingan.
Cukup lama Meysha menunggu kedatangan Abangnya dari masjid, Ia sudah siap dengan setelan celana trening, baju kaos berwarna pink sangat kontras dengan sepatu kesayangannya. Rambutnya Ia kuncir ke atas hingga memperlihatkan leher jenjang putihnya.
"Cha Ayok." Meysha sedikit terkejut dengan kedatangan Abangnya yang sudah siap dengan pakaian jogingnya.
"Cusssss." ucap Meysha beranjak dari duduknya.
Meysha tersenyum bahagia, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Menikmati semilir angin yang menerpa kulit putihnya. Ia tampak berlari-lari kecil. Tertinggal cukup jauh dengan Candra yang memang langkahnya lebih besar.
"Adek cepetan!! Lambat banget, kayak siput."
"Bang kita itu joging, bukan lomba lari. Ngapain cepet-cepet?"
"Yaudah Abang duluan. Daaahhhh." Candra kembali berlari meninggalkan Meysha yang tengah berlari seorang diri. (ada yang mau nemenin Meysha? Wkwk)
Merasa cukup lelah, Meysha berhenti di taman kompleks. Menghampiri Bang Candra yang sedang melakukan pendinginan atau biasa di sebut peregangan otot.
"Bang capek." adu Meysha kepada candra yang berdiri tidak jauh dari tempat Meysha duduk saat ini.
"Pulang duluan aja. Siap-siap ke sekolah, ntar Abang anter soalnya Abang nggak ada kelas pagi."
"Bentar. Adek nafas dulu." ucap Meysha dengan nafas yang belum teratur.
"Tapi di antar naik motor."
"Tumben." Meysha heran dengan Abangnya. Tidak biasanya Candra mau memakai motor apalagi untuk mengantar Meysha ke sekolah. Bukannya apa, Candra hanya menghindari tatapan dari mereka yang seolah-olah ingin menerkam Candra. Karna sebagian orang—termasuk bang Candra berpendapat bahwa kadar ketampanan akan meningkat ketika mereka menggunakan motor sport lengkap dengan helm full face. Apalagi jika jok belakang kosong.
"Mobil lagi di servis."
Meysha hanya menganggukkan kepalanya mengerti. Hal ini tentu sangat berbeda jauh dengan Meysha yang lebih suka naik motor ketimbang naik mobil.
***
Derap langkah Meysha terlihat santai. Ia bersenandung kecil menyusuri koridor sekolah. Kedua tangannya memegang tali ransel kecil yang di pakainya.
Ketika memasuki kelas, Meysha segera menyapa teman-temannya. "Good morning para rakyat kuuu."
"Morning too my wife." jawab Si Dadang yang kemarin bertemu dengan Meysha di Gramedia.
"Sumpah jijik."
"Hahahahaa." tawa seisi kelas menggelegar, menertawakan si Dadang dan Meysha yang selalu saja bertengkar jika bertemu.
Meysha berjalan menuju tempat duduknya, dimana Rey sudah stay di samping kursinya dengan memainkan ponsel dan earphone yang menyumpal di kedua telinganya.
"Morning Rey." sapa Meysha namun tak digubris sama sekali oleh Rey.
Meysha kembali melakukan hal konyol dengan merampas paksa ponsel yang ada di tangan Rey. Dan tentu saja sukses membuat Rey marah.
"Mau Lo apa?" tanya Rey dengan sorot mata tajam.
"Mau ngobrol aja sama Lo. Ayolah Rey, jangan irit-irit banget kalau mau ngomong. Nggak bakal habis dah tuh suara, Beneran!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Senja
Duchowe️Zona baper⚠️ Di penghujung senja aku pernah menangis.. Di penghujung senja aku pernah kecewa pada takdir.. Di penghung senja aku pernah marah pada Tuhan..dan Di penghujung senja aku belajar dari kata ikhlas.. Ini tentang kisahku.Tentang hidup ku ya...