Typo bertebaran...
"Ngapain sih Lis? Ehh itu kok banyak banget orang."
"Udah jangan banyak bacot yaa!! Ngikut aja." ajak Lisa dengan menarik lengan Meysha agar mengikutinya.
Terlihat di lapangan basket sudah di banjiri oleh para siswa-siswi SMA TUNAS BANGSA. Meysha hanya menurut mengikuti langkah Lisa yang semakin mendekat ke arah lapangan.
Lapangan basket memang jauh dari pantauan guru-guru lain. Karna lapangan ini berada di belakang dan di kelola oleh Pak Broto yang merupakan guru olahraga. Namun sebagian dari mereka memanggilnya dengan sebutan pak Bro
"Bukannya pak Bro nggak dateng yaa Lis? Tapi kok—"
"Iya nggak dateng." jawab Lisa dengan cepat, memotong ucapan Meysha yang masih kepo sedari tadi.
"Eh eh kok kita ke tengah lapangan sih Lis? Aduhh malu." Meysha meronta tidak mau ikut, namun Lisa tetap kekeh memaksanya. Dasar sahabat pemaksa.
Lisa terlihat melambaikan tangannya ke arah seseorang. "Reeen." panggil Lisa setengah berteriak.
Keduanya sampai di hadapan Rendi yang sedang membawa sebuket bunga berukuran lumayan besar berwarna pink. Lisa segera berlari meninggalkan mereka berdua yang saat ini sedang menjadi pusat perhatian.
"Rendi?"
Rendi menarik kedua sudut bibirnya hingga membentuk senyum manis. Meysha di buat bingung dengan semua ini, para siswa-siswi mulai mendekat dengan membawa 1 balon yang juga berwarna pink setiap orang.
"Cha.." panggil Rendi dengan senyum yang terus mengembang, tangannya meraih tangan Meysha dan mengenggam dengan lembut. Sedetik kemudian sebuah poster terlepas dari gulungannya yang tergantung di atas pagar lapangan basket dengan bertuliskan 'I LOVE YOU'.
Para siswa mulai bertepuk tangan dan bersorak dengan heboh. "Sebenarnya Gue udah lama suka sama Lo Cha. Cuman Gue terlalu pengecut untuk ngungkapin perasaan yang Gue pendam selama ini."
"Hah?" otak Meysha mendadak lemot. Ia belum bisa mencerna dengan baik apa yang di ucapkan oleh Rendi.
Rendi terlihat berjongkok di depan Meysha dengan satu lututnya bertumpu pada tanah dan tanpa melepaskan genggaman tangannya. Katakan bahwa sekarang Rendi bertingkah konyol. Benar-benar memalukan menurut Meysha.
"Cha, will you be mine?" ucap Rendi dengan tersenyum manis. Sangat manis.
Jantung Meysha seolah berhenti berdetak. Apakah Meysha tengah bermimpi saat ini? Mendadak lidahnya kelu untuk mengucapkan sesuatu, tenggorokannya terasa tercekat.
"Terima... Terima... Terima... Terima.." para siswa yang menyaksikan adegan saat ini tengah berteriak histeris meminta Meysha untuk menerima Rendi. Siapa yang tidak suka jika di perlakukan se-romantis ini?
Meysha menatap sekelilingnya, Ia tidak bisa menjawab pertanyaan Rendi. Hatinya menolak, tapi logikanya berkata bahwa Ia tidak mau membuat Rendi malu.
Cukup lama Meysha terdiam. Hingga sebuah pertanyaan lagi-lagi membuat Meysha harus menarik nafas dalam-dalam. "Ya atau tidak?" tanya Rendi dengan memasang ekspresi yang sulit untuk di artikan.
Siswa yang sedari tadi bersorak ria, kini diam menanti jawaban Meysha. Wajah mereka tampak tegang. Meysha menelan salivanya dengan susah payah.
"Cha..." panggil Rendi dengan menatap wajah cantik milik Meysha.
Meysha menggeleng dan menarik tangannya. "Aku nggak bisa. Kita cuman temen, nggak lebih. Maaf kalau udah bikin kamu kecewa dan malu."
Meysha pergi meninggalkan Rendi yang masih diam mematung, menerobos kerumunan orang dan berlari menuju kelasnya dengan bercucuran air mata. Bahkan Ia tak tau mengapa dirinya menangis saat ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Senja
Espiritual️Zona baper⚠️ Di penghujung senja aku pernah menangis.. Di penghujung senja aku pernah kecewa pada takdir.. Di penghung senja aku pernah marah pada Tuhan..dan Di penghujung senja aku belajar dari kata ikhlas.. Ini tentang kisahku.Tentang hidup ku ya...