27. Bangkit dari terpuruk

101 7 0
                                    

Meysha pov.

Hembusan hafas ku dipagi ini merupakan nikmat Tuhan yang tak ternilai harganya. Diri ini masih diberi kesempatan untuk berpijak, melihat, dan merasakan kejamnya siksa dunia. Membuka mata dan kembali mengingat triliunan dosa bahkan entahlah, mungkin tak ada alat ukur yang mampu mengukurnya. Ya Allah maafkan Mecha yang belum menemukan titik terang di hidup Mecha.

Mentari pagi kembali tersenyum, menyambutku dari celah jendela. Aku keluar dan berjalan ke arah balkon kamar. Menghirup udara pagi yang masih dibalut oleh embun tanpa polusi. Aku kembali memandang langit, kembali tersenyum dan memejamkan mata rapat-rapat. Menikmati suasana pagi seperti ini adalah kesukaan ku sejak kecil. Aku suka udara pagi, aku suka aroma embun, aku suka kicauan burung yang seolah bernyayi menghibur ku di setiap pagi. Tuhan, terima kasih untuk segala nikmat yang telah kau berikan.

6 bulan setelah kejadian na'as yang menimpa Bang Candra, aku mencoba berdamai dengan takdir. Perlahan, Aku berhenti menyalahkan diri sendiri. Dibalik itu semua, tentu ada Bunda, Ayah, ketiga sahabat ku dan Rey yang terus menyemangati dan menghibur ku.

Hari ini si manusia kulkas itu berjanji akan membawa ku jalan-jalan. Katanya terserah aku mau kemana, sesuka hati. Entahlah, aku juga tak tau mau kemana. Bunda menyuruh ku untuk tidak ke rumah sakit hari ini, mungkin Bunda mau aku istirahat dengan tenang di rumah. Bunda mengkhawatirkan kesehatan ku, karna akhir-akhir ini aku sering menginap di rumah sakit, menemani Bang Candra yang masih betah mengarungi alam mimpinya. Tapi tau sendirilah, aku paling tidak bisa tenang di rumah.

"Adek udah bangun?" suara teduh itu menarik perhatian ku, aku berbalik  dan melihat bidadari ku tersenyum simpul.

"Udah dong Bundaa. Hari ini Adek mau jalan sama Rey. Bolehkan Bunda?" tanya ku dengan menampilkan ekspresi memohon, yang aku jamin bisa ngeluluhin Bunda.

"Emang nggak mau istirahat di rumah dulu sayang?"

"Ih kan semalam sampai subuh tadi udah istirahat di rumah Bundaaaaaaa." rengek ku sambil bergelayut manja dilengan Bunda.

"Iya iya. Boleh pergi, tapi Rey harus minta izin dulu ke Bunda!"

"Siap bos." ucap Meysha dengan semangat 45.

"Yaudah Adek mandi sekarang! Keburu Rey datang dan ngeliat Adek yang kucel kayak gini."

"Bundaaaaaa." pekik ku nyaring dan sontak membuat Bunda tutup telinga dan buru-buru keluar dari kamar ku.

***

Author Pov

08:15

"Assalamualikum." sapa pemuda itu dengan senyum manis, terpatri dibibir ranum merah jambunya.

"Waalaikumussalam warahmatullah."

"Pagi om." ucapnya lagi sambil membungkukkan sedikit badannya sebagai tanda menghormati yang lebih tua. "Mecha ada Om?" sambungnya lagi.

"Pagi Rey, iya ada kok. Langsung masuk aja! Ada Bunda juga di dalam." lelaki paruh baya itu sedang menyiram tanaman-tanaman kesayangannya. Subuh tadi, Ia baru saja pulang dari rumah sakit. Menemani putra sulungnya yang akhir-akhir ini sering Ia tinggalkan karna urusan pekerjaan.

"Rencana, Rey mau ngajak Mecha jalan hari ini Om. Boleh?"

"Yaa bolehlah Rey." ayah tertawa kecil sebelum melanjutkan ucapannya. " Bikin putri Ayah bahagia yah Rey!!"

"Siap komandan." Rey memberi hormat layaknya seorang prajurit kepada komandannya.

"Sana masuk! Ditungguin Bunda tuh." hanya sebuah anggukan dan senyuman yang Ayah dapat. Setelahnya, Rey ngacir masuk ke dalam rumah.

Di Penghujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang