19. Titik Nol Kilometer

111 8 10
                                    

"Abang cepetan!!" teriak Meysha sambil menggedor-gedor pintu kamar Candra.

Malam ini keduanya akan pergi tapi entah kemana, Meysha tidak memberi tau tujuan utamanya. Ia hanya bilang bahwa dirinya ingin jalan-jalan.

"Mau kemana sih dek?" tanya Candra dan segera membuka pintu.

Bukannya menjawab Meysha malah menarik paksa tangan Candra. Yang di tarik hanya pasrah, karna dirinya sudah tau bahwa jika Ia melawan pasti tetap kalah dengan si kepala batu.

"Mau naik apa?" tanya Candra ketika keduanya sampai di garasi dan sudah berpamitan dengan kedua orang tuanya.

"Terserah."

"Yaudah naik motor aja!!" putus Candra tanpa fikir panjang.

"Nggak mau ah, Adek dingin tau kalau kena angin malam!!" Tolak Meysha.

"Ck, tadi katanya terserah. Dasar cewek."

"Abangkan nggak suka naik motor, jadi Adek fikir Abang bakal naik mobil. Makanya Adek bilang terserah." cerocos Meysha tidak mau kalah.

Candra hanya diam. Tidak berniat menjawab karna jika dirinya menjawab, bisa dipastikan perdebatan mereka akan sampai subuh.

Candra sudah hafal dengan watak adik semata wayangnya ini. Yah, keras kepala dan tidak mau mengalah.

"Bang, Adek yang bawa mobilnya yah!!" pinta Meysha dengan tampang memohon.

"Nggak!"

Meysha mengerucutkan bibir mungilnya, "Abang jahat!" pekik Meysha lalu masuk ke dalam mobil.

Candra menggelengkan kepalanya pelan, selalu saja seperti ini. Tidak ada yang berubah pada diri Meysha. Entah sampai kapan adiknya ini akan bersikap seperti anak kecil. Apa jadinya jika nanti Meysha sudah mempunyai suami apalagi anak. Membayangkannya saja, Candra bergidik ngeri.

***


Titik Nol Kilometer.

"Disini aja!" ucap Candra dengan santai.

"Ngapain Bang?"

"Kan Adek tadi bilang jalan-jalan. Yaudah Ayok, kita jalan-jalan sama bule tuh." tunjuk Candra ke arah kerumunan orang yang memakai baju kurang bahan.

Keduanya turun dari mobil dan berjalan beriringan menyusuri jalan Malioboro yang cukup padat.

"Dek mau es krim?" tanya Candra ketika melihat pedagang es krim.

Meysha secepat kilat menoleh ke arah Abangnya dengan mata berbinar bahagia. Kenapa Candra masih bertanya? Jelas-jelas Ia sudah tau jawabannya.

"Mau lahh Bang." jawab Meysha cepat.

"Yaudah bentar, tunggu disini yah!!" Meysha hanya mengangguk dan mencari tempat duduk yang kosong. Saat Meysha baru saja mendaratkan bokongnya di kursi, netranya menangkap seorang gadis kecil yang berlari melewatinya. Entah mengapa  perhatian Meysha tertarik untuk tetap mengikuti kemana gadis itu pergi.

Saat anak itu berhenti berlari, sontak Meysha membulatkan matanya sempurna. "Rey?" gumam Meysha lirih.

"Nih!" Candra datang dengan membawa dua cup es krim rasa coklat. Tanpa berfikir lama, Meysha dengan cepat menyambar es krim yang ada di tangan Candra.

"Bang liat!! ada si Rey." bisik Meysha dengan lirih tepat di telinga Candra.

"Mana?" tanya Candra malas.

Meysha menunjuk ke arah dua orang yang sedang asik tertawa.

"Anak kecil itu, anaknya?" lagi-lagi Candra bertanya yang tidak masuk akal.

Di Penghujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang