Kecelakaan yang Candra alami dua bulan yang lalu menyebabkan dirinya hanya bisa terbaring lemah tak berdaya di ranjang rumah sakit. Benturan di kepalanya ternyata mengakibatkan pembuluh darah pecah dan menyebabkan pendarahan pada otak.
Belum ada perkembangan sedikitpun. Kedua orang tuanya berniat membawa Candra ke luar negri agar dapat di tangani dengan cepat, mengingat kecanggihan alat medis yang dipunyai oleh Negara-negara maju lainnya. Namun, dokter menyarankan untuk tidak membawa Candra berpergian jauh, karna di khawatirkan terjadi benturan saat di perjalanan yang akan berakibat fatal.
Sudah dua bulan juga, Meysha hidup di rumah sakit. Setelah ujian nasional kemarin, Meysha lebih sering menginap di rumah sakit. Meysha hanya memikirkan kesehatan Abangnya dan melupakan tubuhnya yang lelah. Akhir-akhir ini, Meysha sering pingsan. Pola tidur dan makannya sudah tidak teratur lagi. Maag yang di deritanya juga sering kambuh.
Ujian Nasional kemarin, Meysha tidak berharap lebih pada hasil yang Ia peroleh. Karna jujur saja, Ia tidak fokus saat mengerjakan semua soal-soal yang ada. Tubuh dan fikirannya jauh berpisah.
"Assalamualikum Abang, Mecha dateng." ucap Meysha menampilkan senyum manis penuh luka.
"Bang... tadikan pas di jalan, Mecha ketemu sama anak-anak yang mungkin umurnya masih SD, eh emang ada yah umur SD? Perasaan kalau umur hitungan angka? Haha biarin aja lah, suka-suka Mecha. Nih ya Bang, si adeknya yang cewek nangis mau beli es krim tapi kakaknya katanya udah nggak punya uang. Uangnya katanya udah habis di beliin nasi bungkus, itupun sebungkus tapi dimakan rame-rame. Terus, Mecha beliin tuh mereka es krim. Abang tau nggak, adeknya yang paling kecil tiba-tiba meluk Mecha. Mecha seneng bisa berbagi sama mereka. Kasihan, orang tuanya udah meninggal. Mereka harus kerja apa aja untuk bisa hidup" cerocos Meysha panjang lebar.
Selalu saja begini, setiap ke rumah sakit Meysha datang dengan membawa segudang cerita yang akan di ceritakan oleh Abangnya. Walaupun yang Meysha terima hanya DIAM.
"Abang nggak capek tidur terus?" tanyanya dengan suara parau.
Sudah, sudah lelah Meysha menangis. Hidupnya kacau semenjak hari itu. Tak ada pelangi yang Ia dapat, bahkan Rey yang mulai bersikap hangat pada Meysha di acuhkan seakan dirinya tidak pernah mengenal si manusia kulkas itu.
"Assalamualaikum." salam seseorang dengan membuka pintu pelan.
"Waalaikumussalam." jawab Meysha dan berbalik, melihat siapa yang datang.
Lelaki dengan postur tubuh atletis berdiri sambil menyunggingkan senyum manisnya. Meleleh Meysha dibuatnya. "Manis." batin Meysha memuji. Tidak, tidak!! Meysha menepis pikiran itu jauh-jauh.
"Kenapa?" tanya Meysha dingin.
"Gimana keadaan Abang kamu?" tanya Rey prihatin.
Meysha hanya menjawab dengan gelengan kepala.
"Boleh bicara sebentar?"
"Apa?"
"Kita ke taman aja yuk! Bang Candra biar di jagain suster dulu."
Meysha berjalan mendahului Rey. Sepanjang perjalanan, fikiran Meysha di penuhi dengan pertanyaan 'apa yang ingin Rey katakan?'. Dibalik sikap cueknya Meysha sekarang, sebenarnya Ia juga heran dengan perubahan yang terjadi dengan Rey. Bukankah manusia kulkas itu tidak ingin berteman dengan Meysha? Tapi kenapa akhir-akhir ini Ia jadi bersikap baik?
Setelah beberapa menit berjalan, keduanya sampai di taman rumah sakit yang jaraknya lumayan jauh dari ruangan Candra di rawat. Mereka duduk di bangku bercat putih yang menghadap langsung ke kolam kecil dengan air mancur yang mampu membuat senyum Meysha merekah sesaat. Dua bulan bolak-balik ke rumah sakit, tapi baru kali ini dirinya menginjakkan kaki di taman rumah sakit.
"Mau ngomong apa?" tanya Meysha to the point.
"Santai dong Cha, mau es krim nggak?" tawar Rey dengan senyum manisnya.
Meysha hanya mengangguk, tak kuasa Ia menolak kalau soal es krim.
"Tunggu bentar yah!!" Rey terkekeh sesaat dan beranjak dari duduknya, tak lupa mengacak rambut Meysha dengan gemas.
Hati Meysha menghangat seketika, jantungnya berdetak tak karuan, darahnya berdesir, senyumnya terukir manis. Benarkah tadi Rey? Si manusia kulkas.
10 menit menunggu, Rey datang dengan 2 cup es krim coklat. Senyum Meysha merekah manis. Rey yang melihat ikut tersenyum. Akhirnya gadis kaleng kerupuk itu bisa tersenyum kembali setelah beberapa kali ketus saat bertemu dengan Rey.
Keduanya saling diam. Meysha yang sibuk menikmati es krimnya dan Rey yang sibuk memperhatikan Meysha.
"Cha..." panggil Rey pelan.
Meysha hanya bergumam, Ia masih terlalu sibuk menikmati es krim coklatnya. Kali ini rasanya beda, 2x lebih dingin dari biasanya (iyalah secarakan yang beliin si kulkas, jadi es krimnya tambah dingin).
Rey menghembuskan nafasnya gusar dan menunduk lesu.
"Gue lanjut kuliah di oxford."
Mendengar itu Meysha merasa tertohok. Jadi ini alasan Rey bersikap baik akhir-akhir ini? Karna Dia ingin pergi?
"Oh." hanya itu yang bisa keluar dari mulut Meysha.
"Itu udah cita-cita Gue dari dulu. Tapi sekarang rasanya berat banget ninggalin Indonesia. Apalagi Jogja"
"Kenapa?"
"Mungkin karna ada Lo."
Deg.
Ada apa ini? Kenapa Rey begitu berubah? Kemana sikap dinginnya? Kemana kulkasnya? Heyyy ini bukan mimpikan?"Gue?" tanya Meysha menampilkan mimik bingungnya.
Bagaimana bisa orang yang dulunya sangat dibenci oleh Rey, kini menjadi alasan terberat meninggalkan Indonesia. Ayolah berfikir positif!! Mungkin Rey sedang latihan memggombal. Agar nanti tidak kaku saat di sana, apa lagi dirinya yang terkenal cuek pasti susah beradaptasi. Mungkin ini hanya latihan.
"Iyaa."
"kok?" Meysha masih bingung. Tidak mengerti dengan jalan fikiran Rey.
"Kenapa? Kok Lo jadi bingung gitu?"
"Kenapa Gue? Bukannya Lo benci banget yah sama Gue? Kenapa tiba-tiba Lo jadi baik dan berubah kayak gini?"
"Cha..." bukannya menjawab, Rey malah memanggil Meysha dan menatap dua bola mata Meysha.
Meysha semakin bingung, terlihat dari kerutan tipis yang tercipta di dahinya dengan alis terangkat sebelah.
Cukup lama mereka beradu pandang. Bergelut dengan fikirannya masing-masing sampai akhirnya Rey memeluk Meysha dengan erat, mengusap kepala Meysha dengan sayang. Sementara Meysha? Sudah ingin pingsan di dekapan Rey.
"Maafin Gue yah Cha!!"
Ada apa ini? Hari ini Rey benar-benar membuat Meysha bingung bukan kepalang. Tiba-tiba baik, tiba-tiba ngejajanin es krim, dan tiba-tiba meluk erat banget.
"Iyaaa." jawab Meysha tulus dengan mengusap punggung Rey pelan.
Setelah beberapa saat, barulah Rey melepaskan pelukannya. Entah sadar atau tidak, sekarang mereka sedang jadi pusat perhatian.
"Boleh Gue tau alasan kenapa Lo benci banget sama Gue?" tanya Meysha dengan hati-hati.
Rey tersenyum tipis. "Ini belum saatnya Lo tau, suatu saat pasti Gue kasih tau."
"kok gitu?"
"Kita sekarang temenan kok." entah nyambung dari mana pertanyaan dan jawaban mereka berdua.
"Jadi kapan Gue dikasih tau alasannya?"
"Nanti kalau udah nikah." jawab Rey seenak jidat. Membuat Meysha terbang hingga lupa dengan kakaknya yang tadi di titip oleh suster.
❤❤❤
Terima kasih untuk kalian yang setia meninggalkan jejak setelah membaca😚 jangan jadi pembaca gelap!
Jazakumullah Khairan
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Senja
Духовные️Zona baper⚠️ Di penghujung senja aku pernah menangis.. Di penghujung senja aku pernah kecewa pada takdir.. Di penghung senja aku pernah marah pada Tuhan..dan Di penghujung senja aku belajar dari kata ikhlas.. Ini tentang kisahku.Tentang hidup ku ya...