29. Lili Putih

73 6 3
                                    

Waktu terus berputar, menciptakan kerinduan yang amat dalam pada sang mending Abangnya. Kepergian Candra dua bulan yang lalu benar-benar membuat dunia Meysha berubah. Rumah itu kini tak pernah lagi tercipta keramaian, hanya ada tawa hambar yang mereka lakukan. Ayah dan Bunda Meysha sudah mencoba untuk mengembalikan keadaan seperti dulu, yah walaupun tidak akan pernah sama, tapi setidaknya kedua orang tua Meysha menginginkan putri satu-satunya itu kembali pada dirinya yang dulu. Meysha yang ceria kini sudah pergi. Entah kapan akan kembali.

Dering diponsel membuyarkan lamunan Meysha. Gadis itu beranjak dari duduknya, berjalan ke meja belajarnya dan mengambil ponselnya. Tertera nama pangeran kulkas didial panggilannya. Meysha tampak berfikir sejenak sebelum akhirnya mengangkat telfonnya.

"Apa?" tanya Meysha ketus tanpa salam.

"Waalaikumussalam," sindir Rey dengan terkekeh pelan.

"Assalamualikum," salam Meysha dengan nada datarnya.

"Waalaikumussalam tuan putri."

"Kenapa?"

"Gua mau ketemu nih, nanti siang gua jemput kita jalan dan gua nggak terima penolakan," setelah menjelaskan maksud dan tujuannya, Rey mematikan sambungan telfon secara sepihak, membuat Meysha geram dan membanting pelan ponselnya keatas tempat tidur.

"Maksa."

Selang beberapa menit setelah telfon dimatikan, Bunda masuk ke dalam kamar Meysha.

"Adek mau ke makam Abang lagi?"

"Iya Bunda, kan Adek mau bawain Abang bunga lili putih kesukaannya.
nanti Adek kesananya dianter Rey."

Sudah menjadi kebiasaan Meysha, setiap ziarah ke makam Candra akan membawa bunga lili putih. Entah sudah berapa bunga yg Ia letakkan diatas makam Candra.

Lili putih yang biasa dilambangkan sebagai kesucian, salah satu bunga yang Candra sukai sedari kecil. Ia selalu suka dengan bau aroma yang dikeluarkan oleh bunga lili. Sebenarnya Candra bukanlah penggemar bunga, tapi karna Meysha, Ia jadi jatuh cinta dengan salah satu jenis bunga yang berasal dari iklim sedang itu.

Flashback on.

Gadis kecil dengan balutan mukenah berwarna pink itu tengah berlari dengan membawa setangkai bunga berwarna putih. Langkahnya yang mungil, senyumnya yang manis, dan mata bulat serta pipi yang menggembul menambah kesan lucu pada gadis itu. Sesekali tangannya melambai pada teman sebayanya.

"Acalamualaikum Bundaaaaa." salam gadis mungil itu sambil masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumussalam. Adek udah pulang? Loh, Abang mana dek?" tanya Bundanya heran.

"Kan Abang udah pulang duluan Bundaaa. Adek ditinggal Tadi."

"Tapi kok Bunda nggak liat Abang yah dek?

"Mungkin Abang ditaman belakang Bundaaa."

"Yaudah yuk kita liat dek." ajak Bunda dan melenggang ke taman belakang.

Benar saja, orang yang dicari ternyata tengah bermain di belakang rumah, masih lengkap dengan pakaian baju koko serta kopiah mungilnya.

"Abang, Adek kenapa ditinggal?" tanya Bunda pada anak laki-laki yang tengah asik bermain.

"Si Adek kalau jalan lama Bunda." jawab Bocah itu tanpa rasa bersalah sedikitpun. Sementara gadis kecil yang tengah berdiri didepannya, memanyunkan bibirnya mendengar alasan Abangnya mengapa Ia ditinggalkan tadi sewaktu selesai mengaji di masjid kompleks.

"Eh Abang. Adek tadi dikasih bunga loh sama bu gulu."

"Biarin, Abang cowok jadi nggak suka Bunga." ucap anak lelaki itu dengan ketus.

"Mana sayang? coba bunda liat bunganya?" sang Bunda melerai dan mencoba menghibur gadis kecil yang kecewa karna Abangnya tidak merespon dengan baik.

"Taraaaa." senyum sumringah dari bibir mungilnya dan kedua tangan yang baru sja Ia tarik dari belakang khas seperti orang yang tengah menyembunyikan sesuatu dibalik badannya. Setangkai bunga lili putih dengan kelopak yang mekar sempurna.

Sang Bunda tersenyum melihatnya, "wahh cantik sekali sayang. Tadi bilang makasih nggak sama Bu guru?"

"Bilang dong Bundaaaa. Eh Bunda bunganya halum loh kayak Adek, nggam kayak Abang, bau acem."

Sang kakak hanya memutar bola matanya malas. Tapi Ia cukup tertarik dengan apa yang diperlihatkan oleh adiknya tadi, sekaligus penasaran ingin menghirup aroma bunga yang katanya lebih harum dari pada bau badannya.

"Coba Abang pinjam." minta sang kakak kepada adik kecilnya itu.

Gadis manis itu tersenyum lebar dan memberikan setangkai bunga yang Ia pegang kepada kakaknya. Sang kakak mengirup dalam-dalam aroma bunga lili putih dengan memejamkan matanya rapat-rapat. Sejak detik itu, Candra mulai jatuh cinta dengan bunga lili putih.

Flashback off

❤❤❤

Jazakumullah Khairan😚


Dikit dulu yah, InsyaAllah up secepatnya🤗
Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca!!

Di Penghujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang