11. Weekend

125 21 9
                                    

Pagi yang cerah kembali menyapa. Gadis 17 tahun itu tengah berdiri di atas balkon menatap jalanan yang sudah ramai kendaraan berlalu lalang. Semilir angin masih terasa sejuk, membelai lembut kulit putih dan menerpa rambut indahnya.

Dengan secangkir coklat hangat, Meysha memulai harinya. Weekend kali ini Ia akan menghabiskan waktunya bersama Vina, seseorang yang mungkin bisa Ia ajak kembali bertukar fikiran seperti sedia kala.

Sejak dulu Meysha menginginkan seorang kakak perempuan. Bahkan waktu Candra lulus dari SMA, Meysha meminta Abangnya untuk segera menikah agar Ia bisa mempunyai kakak perempuan walaupun hanya sekedar kakak ipar. Mendengar permintaan konyol dari Meysha, Candra menolak mentah-mentah dan berimbas Meysha mogok makan.

Mungkin efek terlalu di manja. Candra sampai dibuat kualahan untuk membujuk Meysha. Ayah dan Bundanya tidak tau tentang masalah ini, karna waktu itu kedua orang tuanya tengah pergi keluar kota untuk perjanan bisnis.

Tidak pernah terlintas sedikit pun di fikiran Candra bahwa Ia akan menikah muda. Bahkan setelah selesai S1 Candra berharap bisa melanjutkan S2nya di luar Negri.

***

"Selamat pagi Ayah, Bunda, Abang..." Sapa Meysha kepada ketiganya sambil mencium pipi mereka secara bergantian.

"Pagi Dek."

"Tumben udah mandi? Biasanya kalau weekend mandi pagi di gabung sama mandi sore. Ini kok udah cantik aja pagi-pagi?" tanya sang Bunda dan diangguki oleh Ayah dan Bang Candra pertanda setuju dengan pertanyaan Bunda Rina.

"Yaa karna Adek mau aja. Ehh kok piring kalian udah bersih aja? Adek telat yah?"

"Banget." jawab Candra cepat.

"Udah-udah nggak usah ribut. Adek cepet makan!! Abang sama Ayah tunggu di Gazebo belakang aja, biar Bunda yang nemenin Adek." putus sang Bunda akhirnya.

Setiap Weekend pagi seperti ini, keluarga Pratama sering berkumpul di taman belakang yang di lengkapi dengan gazebo bergaya tradisional, berbentuk rumah panggung dan beratap jerami. Sangat kontras dengan pemandangan taman dan juga rerumputan berwarna hijau yang menambah kesan pedesaan.

 Sangat kontras dengan pemandangan taman dan juga rerumputan berwarna hijau yang menambah kesan pedesaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"siap Bunda." jawab ketiganya dengan kompak.


***

Setelah Meysha menyelesaikan sarapan paginya, Ia dan Bundanya segera menyusul Ayah dan Abangnya di taman belakang.

Harta yang paling berharga adalah keluarga! Yah Meysha sangat setuju dengan argumen itu. Baginya tidak ada yang bisa mengalahkan dunia dan seisinya kecuali keluarga yang harmonis.

Ketika keempatnya tengah asik bersendau gurau, tiba-tiba bel rumah berbunyi pertanda ada tamu.

Meysha buru-buru lari terbirit-birit seakan Ia tau siapa yang datang.

Di Penghujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang