24. Kabar buruk

91 5 1
                                    

Bus pariwisata itu membawa rombongan kembali ke kota, tempat dimana polusi merajalela, sampah berserakan sana sini, beton-beton tampak begitu subur ketimbang tanaman.

Hamparan hijau menemani mereka selama di perjalanan. Riuhnya sorak-sorak gembira, di temani dengan alunan gitar menjadi momen yang pas untuk mengusir kejenuhan. Jika yang lain ikut mendendangkan lagu, berbeda dengan Meysha yang menatap keluar jendela dengan tersenyum miris, mengingat kejadian semalam yang cukup mengguncang jiwanya. Tapi di balik itu semua, ada rasa yang menghangat ketika tau ternyata Rey sangat peduli padanya.

Gadis itu mengalihkan pandangannya, mencari dimana sosok hantu yang terus-terus gentayangan di kepalanya. Yahhh mungkin sebutan 'hantu' lebih cocok untuk Rey karna cuman hantu yang sering bergentayangan.

Pria dengan hoodie hitam itu tengah terlelap dalam tidurnya. Duduk di bangku paling depan, entah nyenyak atau tidak mengingat kegaduhan yang terjadi di dalam bus. Hanya berjarak beberapa meter dari tempat Meysha duduk saat ini, gadis itu memandang  dan memperhatikan setiap inci wajah si kulkas.

Apa yang sebenarnya menyebabkan Rey sangat sinis pada Meysha? Sepertinya gadis itu tidak pernah melakukan kesalahan. Bahkan Ia sudah mencoba untuk mengambil hati Rey. Selama beberapa bulan terakhir ini, Meysha terus-terus saja kena semprot oleh Rey. Tapi Meysha? Seolah acuh tak acuh, Ia tetap bersikeras untuk mau berteman dengan Rey. Yaahh Meysha tak kuasa berharap lebih, Ia hanya ingin berteman karna mengingat sikap Rey yang dingin ke Meysha menyebabkan Meysha harus memasang benteng pertahanan yang kuat agar tak goyah.

Mobil sport dengan warna merah mengkilap terparkir rapih di depan sekolah Meysha. Bukan, kali ini bukan abangnya yang menjemputnya. Lelaki paruh baya itu tengah menunggu putri tercintanya yang katanya akan pulang hari ini. Yah, siapa lagi kalau bukan si gadis kaleng kerupuk itu.

Setelah beberapa menit menunggu, rombongan bus pariwisata datang dan menurunkan para siswa-siswi yang sebagian sudah di tunggu oleh penjemputnya. Meysha turun dan segera mencari barangnya, lalu berjalan sambil clingak-clinguk mencari abangnya yang selalu setia menjemputnya.

Tak butuh waktu lama, Meysha dengan cepat berlari ke arah mobil yang sudah Ia hafal. Tapi tunggu, Abangnya biasanya menjemput dengan mobil kesayangannya, kenapa sekarang menjemput dengan mobil itu? Ah bodoamat pikir Meysha. Ini hanya perkara mobil, tidak penting untuk di pertanyakan.

Pria dengan setelan rapih ala kantoran turun dari mobil, dan tersenyum ke arah Meysha.

"Ayaaaah......" pekik Meysha girang. Dengan cepat Ia berhambur ke pelukan Ayahnya, padahal baru berpisah selama beberapa hari saja.

"Gimana liburannya sayang?" tanya Ayahnya sambil mengusap pucuk kepala Meysha dengan sayang.

"Seru banget, kapan-kapan kita main kesana yah Ayah. Bareng abang, sama Bunda juga." jawab Meysha menyembunyikan raut sedihnya. Ia tidak mau ada keluarganya yang tau masalah yang terjadi saat di puncak kemarin. Bahkan teman-teman Meysha sudah membujuk Meysha untuk menanyakan perihal ini kepada ayah dan Bundanya tapi Meysha menolak mentah-mentah.

"Iyaa sayang. Sekarang ayok pulang ceritanya nanti aja." Ajak Ayahnya dengan mengambil koper Meysha.

Setelah beberapa menit di perjalanan pulang, Meysha melontarkan pertanyaan yang membuat suasana berubah.

"Ayah, Abang mana? Kok tumben nggak jemput adek?"

Air muka Ayah berubah menjadi sendu. Ia menghembuskan nafasnya gusar. "Abang kecelakaan."

Deg.
Meysha dengan segera memperbaiki posisi duduknya. Tidak, tidak mungkin Ia salah dengar. Tapi kenapa tidak ada yang memberitahu Meysha sebelumnya.

"Ayah bercanda kan?"

"Abang kecelakan 2 hari yang lalu, mobil kesayangannya hancur lebur. Sekarang dia koma di rumah sakit."

"A_.."

"Maaf sayang, bukannya nggak mau ngabarin adek, tapi kita nggak mau ngerusak moment adek. Tenang aja Abang pasti sembuh kok."

Dunia runtuh seketika, Abangnya terbaring koma di rumah sakit sementara dirinya menikmati liburan?

"Kalian egois." bantah Meysha dengan berlinangan air mata.

"Ayah dan Bunda tau kalau Adek nunggu lama moment liburan seperti ini. Iya kan?"

" Tapi nggak gini juga caranya Ayah."

"Iya maaf, sekarang kita jenguk Abang yah."

Meysha hanya mengangguk lesu. Fikirannya terus melayang kemana-mana. Andai saja Ia tidak ikut liburan, pasti Meysha bisa mendampingi Abangnya setiap saat. Toh liburan kemarin hanya membawa moment sakit bagi Meysha.

Ruangan putih itu mendominasi penglihatan Meysha, bau obat-obatan menusuk tajam ke indra penciumannya. Meysha melangkah gontai menuju ranjang,  seorang yang terbujur tak berdaya dengan berbagai alat medis menancap di tubuh atletisnya membuat Meysha tak percaya bahwa itu adalah Abangnya.

"Abang...." panggil Meysha dengan suara bergetar. Ia tak kuasa menahan sakit di rongga dadanya. Sedari kecil, Meysha begitu dekat dengan Abangnya. Selalu di perlakukan layaknya seorang putri.

"Abang, bangun!!! Mecha dateng Bang. Mecha mau ceritain ke Abang liburan Mecha kemarin. Ayolah Bang, buka mata Abang!!" Tangis Meysha makin menjadi-jadi.

"Abang nggak akan ninggalin adek sendirian kan? Kita masih bisa jajan es krim bareng lagi kan? Katanya Abang udah mau liat adek bahagia? Bangun dong Bang! Abaaaaaaang." tubuhnya ambruk, lemah tak berdaya. Dunianya hancur seketika.

"Mecha..." panggil perempuan dengan khimar pink pastel dari arah belakang.

Sang empu nama menoleh dan sedetik kemudian Ia berhamburan ke pelukan Vina. Yah orang yang barusan memanggil Meysha adalah Vina.

"sabar yah sayang, Bang Candra pasti sembuh kok." ucapnya menguatkan Meysha.

"Kak Vin, kenapa semua orang jahat? Nggak ada yang ngabarin Mecha. Mecha kecewa sama kalian semua." bentak Meysha setelah beberapa saat berada di pelukan Vina.

Langkah gontai itu membawa tubuh lelahnya menuju taman rumah sakit. Duduk dengan semilir angin yang menerpa kulit putihnya, membelai lembut rambut indah tergerai yang masih tertutup dengan kupluk kesayangannya.

Belum habis sakit yang kemarin, sekarang harus mendengar kabar yang sama sekali tidak ingin Meysha dengar. Kepingan sakit yang kemarin seolah semakin hancur lebur. Kali ini Meysha harus percaya bahwa kakaknya masih bisa di selamatkan, Meysha punya Allah. Iya Meysha harus yakin!! Omongan dokter mengenai kesembuhan Abangnya yang kecil kemungkinan bisa sembuh, harus Ia tepis jauh-jauh.

❤❤❤

Jangan lupa meninggalkan jejak!!!😚


Jazakumullah Khairan

Di Penghujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang