04. Nasehat Bunda

173 28 13
                                    

Meysha hanya berguling ke kanan dan ke kiri karna matanya yang tak bisa di ajak kompromi. Jam telah menunjukkan pukul 12:45, niatnya untuk tidur cepat pupus sudah. Isi kepalanya hanya di penuhi dengan wajah Rey.

Sebenarnya apa yang istimewa dari cowok itu? Mengapa Ia bisa menarik perhatian Meysha? Lagi-lagi Meysha menggeleng dan mencoba memejamkan matanya berharap agar kantuk segera menyerang dan Ia bisa tidur dengan nyenyak.

05:25
"Pagi bundaaaa." ucap Meysha seraya berjalan ke arah bunda Rina yang tengah asik berkutat dengan dapurnya.

"Pagi sayang." jawab bunda Rina

"Bunda masak apa?sini biar adek bantu."

"Masak bubur Ayam."

Meysha tertawa dengan sumringah mendengar ucapan Bunda Rina "Waahhh udah lama banget nggak makan bubur buatan bunda."

"Iya yah dek, biasanya kita cuman beli doang, hehe."

"Yaudah Bun, mau di bantu apa nih?"

"Adek goreng ayamnya yah!"

"Siap Bunda."

Keduanya kembali fokus dengan pekerjaannya masing-masing. Meysha tak berhenti mengoceh selama Ia memasak.

Seisi rumah telah hafal dengan kepribadian Meysha yang selalu ceria. Ia paling tak bisa menyembunyikan masalahnya. Raut wajahnya terlalu nampak dan mudah untuk dibaca  jika Meysha tengah memiliki masalah.

"Bunda, kemarin ada siswa baru di kelasnya Adek." sudah menjadi kebiasaan Mesyha sedari kecil bahwa apa yang Ia alami, lakukan atau lihat akan Ia adukan kepada sang Bunda.

"Terus?" Tanya bunda Rina yang masih fokus memasak.

"Dia tuh cowok Bunda. Ganteng sih tapi mukanya itu datar, nggak pernah senyum. Bu Reni aja kemarin di tatap dingin sama Dia. Terus yah Bunda duduknya bareng sama Adek. Pas pulang sekolah Adek di ajak ke rumahnya." jelas Meysha dengan panjang lebar.

"Ngapain." tanya Bunda Rina dengan was-was

"Nggak tau, Adekkan minta di antar pulang sama Dia ehh malah di bawa ke rumahnya terus baru turun dari motor Adek langsung di kasihin sama supir pribadinya, nyuruh nganter adek. Aneh kan Bunda? Padahal Dia yang bawa adek tapi nggak mau nganter."

Bunda Rina nampak curiga dengan cerita anak bungsunya ini.

"Adek di ajak atau adek yang maksa ikut?"

"Hehe adek yang maksa bunda, tapi dia mau kok di tebengin." Jawab Meysha sambil cengengesan dan berhasil membuat bunda Rina geleng-geleng.

"Adek nggak boleh gitu, jangan selalu bikin repot orang. Bukannya kemarin adek bawa motor yah? Terus kenapa tuh motor bisa ada di garasi?"

"Kemarin adek nyuruh pakToto buat ngambil di sekolah adek." cicit Meysha sambil menundukkan kepala.

Helaan nafas terdengar dari bunda Rina. Ia tak habis fikir anaknya akan bertingkah sekonyol ini.

"Adek lain kali jangan gitu lagi, jangan terlalu dekat juga sama cowok!"

"Iya Bunda, maaf."

"Adek nggak punya pacarkan?" tanya Bunda Rina penuh selidik, Ia takut anaknya yang pecicilan ini salah mengambil jalan.

Dengan cepat Meysha menggeleng "Nggak punya Bunda, abisnya nggak ada yang cocok."

"Cocok atau nggak cocok pokoknya Adek nggak boleh pacaran. Nanti aja pacaran kalau udah nikah."

Meysha masih tertunduk, membiarkan sang Bunda mengeluarkan unek-uneknya

"Adek taukan hukum pacaran dalam Islam?" tanya Bunda Rani dan di jawab anggukan oleh Meysha.

"Pacaran itu nggak ada gunanya dek. Cuman nambah dosa, buang-buang waktu. Belum tentu juga dia jodohnya Adek. Iyakan?"

"Iya Bunda." Meysha menatap wajah Bundanya yang teduh, bidadari dunianya. Orang yang tak pernah lelah memberinya nasehat bahkan dalam keadaan apapun.

"Adek kapan mau berhijab?" pertanyaan yang tak akan ada habisnya lagi-lagi Meysha dengar.

Meysha menggeleng pelan "Adek belum siap."

"Adek, berhijab itu wajib bagi semua muslimah. Bilang sama Bunda apa yang membuat adek belum siap berhijab sampai sekarang?" tanya Bunda Rina dengan suara lembutnya.

"Nggak tau Bunda, pokoknya hati Adek belum siap."

"Yaudah pelan-pelan aja yah." ucap Bunda Rina sambil mengelus pucuk kepala Meysha dengan sayang.

Sangking asiknya bercerita, mereka sampai lupa dengan kegiatan yang sempat mereka tinggal.

"Adek, itu ayamnya udah hampir gosong."

"Astagfirullah." pekik Meysha seraya mematikan kompor dan segera mengangkat ayam gorengnya.

***

SMA Tunas Bangsa

"Bang sampai depan halte dekat sekolah aja nganternya, nggak usah masuk." perintah Meysha kepada sang kakak.

Candra mengangkat sebelah alisnya. Ia selalu di buat pusing dengan adeknya yang aneh ini. Biasanya Ia mengantar Meysha sampai masuk bahkan Ia pernah mengantar sampai depan kelas Meysha dengan cara menguntit di belakang Adeknya karna permintaan konyol dari Queennya ini "Loh kenapa? Biasanya juga sampai masuk?"

"Yaa nggak kenapa-kenapa, Adek jalan aja masuknya." ucap meysha sambil membuka seatbeltnya dan memperbaiki rambutnya yang sedikit berantakan.

"Tumben amat?"

"Tau ahh Bang, Adek berangkat dulu yah." pamit Meysha sambil mencium punggung tangan kakaknya, dan di jawab anggukan oleh Candra.

Setelah mobil yang Meysha tumpangi tadi berlalu pergi, Ia segera bergegas menuju gerbang sekolah yang sudah terlihat ramai dengan siswa yang mulai masuk karna sebentar lagi bel akan berbunyi.

Baru beberapa langkah Meysha meninggalkan halte, Ia merasa ada yang memanggil namanya dari arah belakang.

"Mecha...."

Meysha segera berbalik dan betapa terkejutnya Ia saat menyadari siapa yang memanggilnya.

❤❤❤

Hoho siapa yang manggil Mecha? Nggak ngegantungkan? Nggak lahh😂 wkwk.
See you next part😚

Jazakumullah khairan😚

Di Penghujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang