Long time no see!
Selamat membaca kisah Athalia, ya^^
***
Tenang. Mungkin itu yang dibutuhkan orang-orang. Termasuk Thalia. Ia merasa tenang akan segala hal untuk saat ini. Tentang perasaannya, hubungan pertemanannya, bahkan ikatan keluarga yang semakin membaik menurutnya. Rasanya tidak ada yang perlu ia khawatirkan lagi.
Saat ini Thalia hanya perlu memperbaiki hatinya saja, terkait rasa sukanya pada Atha. Ia harus mulai membiasakan diri setiap bertemu dengan cowok itu.
Beberapa minggu berlalu sejak kejadian hari itu, Tasya bersikap seperti biasa kembali. Diantara mereka dan keluarganya pun tampaknya sudah melupakan hal itu. Mereka sudah saling memaafkan dan memakluminya. Sekarang sudah kembali ke semula, Tasya dan Thalia yang akrab layaknya seorang sahabat.
Satu hal yang Thalia lihat dan rasakan, bahwa Tasya terlihat lebih senang akhir-akhir ini karena Atha lebih sering menghabiskan waktu dengannya. Terkadang saat ia dan Tasya hendak bermain bersama, Atha datang mengantarkan kekasihnya di sela-sela kesibukan kuliahnya.
Tampaknya Atha mulai sedikit menerima keadaan untuk saat ini. Menerima bahwa ia milik Tasya.
Sekarang tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Tentang nilai Atha, tentang Tasya yang ingin selalu bersama Atha. Tentang siapa ayah Thalia sebenarnya.
Sepertinya hanya satu yang perlu diperbaiki, perasaannya sendiri.
"Ra, gimana lo sama Alif?"
Thalia yang mendengar pertanyaan tersebut menghentikan kunyahan mulutnya. Toples yang semula ia pegang langsung ditaruh. Ia menatap sahabat di sampingnya itu dengan intens.
"Sya, gue ga ada apa-apa sama dia," jujurnya. "Ini pertanyaan lo yang ke berapa kali coba?"
Tasya sontak melotot, "Wah, parah sih Ra. Lo PHP-in dia namanya."
"Nggak kok," Thalia menggelengkan kepalanya. Ia mengubah posisi duduknya yang semula menghadap televisi menjadi berhadapan dengan Tasya di satu sofa yang sama. "Sejak awal, sejak tau kalau dia suka sama gue, udah gue jelasin kalau gue ga bisa sama dia, Sya. He is just my friends."
"Ah, sakit banget pasti perasaan Alif pas lo ngomong kayak begitu."
Thalia mendengus, mengedikkan bahu dan mengubah kembali posisi duduknya seperti semula—menghadap televisi. Sepertinya sikap Tasya sudah kembali lagi. Menyebalkan.
"Ra..."
"Hm..."
"Menurut lo Kak Atha itu gimana?"
Thalia terdiam mendengarnya. Untuk apa Tasya meminta pendapatnya soal Atha?
"Lo lebih dekat sama dia Sya, harusnya lo tau tanpa tanya sama gue."
Ayolah Thalia, santai ... santai saja. Memang ada yang salah dengan nama Atha? Sampai saat semua orang menyebutnya kamu harus merasa deg-degan.
"Iya juga ya."
Tasya, bagaimana kalau kamu tau sebenarnya Thalia menyimpan rasa suka untuk Atha. Ternyata menemani Atha belajar dan melihat cowok itu fokus mengerjakan tugas adalah hal favorit bagi Thalia, karena bisa melihat dan bersama Atha sedekat itu.
"Kak Atha udah di depan. Gue balik ya, Ra."
"Ra!"
Thalia terperanjat, menggelengkan kepalanya. Kenapa semenjak kejadian itu ia jadi lebih sering memikirkan Atha sih? Definisi semakin dilupakan, eh malah semakin selalu terbayangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comblang!
Teen FictionMenurut Thalia apa yang dialaminya saat ini lebih dari sekedar friendzone. Menyatukan sahabatnya dengan Kakak kelas yang jelas-jelas dihindarinya. Berlagak seperti Mak comblang profesional. Ini bukan Thalia sekali, Dude. Jadi, mampukah Thalia menya...