4. Kesalahan

253 71 40
                                    


Cinta tahu kemana dia harus berpijak. Cinta nggak mungkin salah orang.

***

Thalia melangkahkan kakinya menuju tempat berwudhu khusus perempuan yang berada disebelah kanan mesjid, sementara tempat wudhu laki-laki berada di sebelah kiri mesjid.

Setelah selesai berwudhu, Thalia memasuki mesjid yang kali ini terlihat begitu padat sekali.

Tumben mesjid penuh, pikir Thalia. Eh, tapi nggak apa-apa juga sih, malahan Alhamdulillah.

Thalia memilih tempat di dekat pintu depan mesjid. Kemudian ia mulai menghamparkan sejadahnya, dan segera memakai mukena nya.

Dan ia mulai shalat dengan Khusu mengikuti interuksi Pak Dalil, guru agamanya yang kebetulan menjadi imam saat itu.

***

Usai melaksanakan shalat dzuhur berjamaah Atha bergegas keluar mesjid, dengan kain sarung yang masih ia pakai. Atha menyusuri koridor sekolah yang kebanyakan penghuninya adalah perempuan, karena murid laki-laki banyak yang nongkrong di warung depan sekolah dan juga lapangan olahraga.

"Ya ampun, itu beneran Kak Atha?"

"Iya, ya Allah ... ternyata Kak Atha lebih kece kalo pake sarung."

"Gue demen nih sama pria berpeci. Apalagi yang berpecinya itu model Kak Atha."

"Hai Kak Atha!"

Dan, bla bla bla.

Atha tak menggubris ucapan adik kelasnya. Ia tetap melangkahkan kakinya menuju satu kelas yang ingin ia kunjungi saat ini.

XI-IPA 1. Atha tersenyum saat membaca papan nama yang berada tepat di atas pintu masuk menuju ruangan kelas itu.

Atha melihat kondisi dikelas ini, sepi. Hanya ada beberapa murid laki-laki yang tak Atha ketahui namanya dan ... satu murid perempuan yang tengah membaca buku. Atha tersenyum penuh arti, kemudian ia memasuki kelas itu.
"Ekhem!" dehemnya membuat semua mata tertuju kedepan, tepat ke arahnya.

"Eh Kak Atha?" ucap seorang anak laki-laki yang mengenali Atha lebih dulu.

"Hai!" ucap Atha seraya membalasnya dengan sapaan dan juga lambaian tangannya. "Ini beneran kelasnya Thalia, 'kan?" tanya Atha.

Tasya yang mendengar Atha mengucapkan nama sahabatnya itu diam, menguping pembicaraan selanjutnya yang akan terjadi.

"Maksud lo Ara, Kak?" tanya anak laki-laki tadi.

Comblang! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang