16. Gara-gara Tasya

128 11 0
                                    


"Bunda, Thalia berangkat!"

"Hati-hati sayang!" ucap Mila seraya tangannya masih sibuk mencuci piring.

Thalia berjalan keluar rumah seraya menyampirkan tas di punggungnya. Betapa terkejutnya Thalia saat melihat Alif yang sudah duduk manis di atas motor yang biasa dibawanya ke sekolah.

"Lo, kok pagi-pagi udah nangkring di rumah gue sih?" tanya Thalia seraya menghampiri Alif.

Alif tidak memperdulikan pertanyaan Thalia. Ia kemudian mengambil helm yang dibawanya tadi dari rumah.

"Nih, pake!" Alif memberikan helm tersebut kepada Thalia, namun Thalia malah memberikan Alif sebuah kerutan di dahinya.

"Buat apa? Gue berangkat pake sepeda Lif, nggak usah pake helm kali," ujar Thalia seraya disertai kekehan di akhirnya.

Alif mengedikan kedua bahunya, "Sekarang lo berangkat sama gue," keukeuhnya. "Pokoknya lo berangkat sama gue, sekarang."

Thalia terdiam, melihat Alif. Bukan, bukan karena nada memaksa yang telah dilontarkan Alif, nadanya seperti biasa, namun senyuman yang Alif berikan pada Thalia saat diakhir umpannya.

Kenapa manis banget sih! Batin Thalia.

Entah kenapa melihat Alif membuat jantungnya dag dig dug seperti ingin meloncat keluar. Namun Thalia buru-buru menghilangkan pemikiran ngaconya itu.

"Alif, gue mau berangkat pake sepeda aja," Thalia menyodorkan kembali helm itu kepada Alif.

Alif berdecak, "Lo itu, sekali-sekali kek dibonceng sama gue."

"Lo 'kan biasanya berangkat sama Dino." Thalia berjalan menghampiri gerasi yang ada di rumahnya. Membuka gerbangnya dan menuntun sepedanya keluar menuju motor Alif.

"Nggak untuk sekarang, panas kuping gue kalo kelamaan deket Dino. Banyak orang yang nyangka kalo gue itu gay makanya nempel mulu sama Dino."

Thalia terkekeh mendengarkan tuturan Alif. Ya, bukan hanya Alif yang berbicara begitu pada Thalia, namun Dino juga.

"Terus, lo ngajak gue berangkat bareng, buat buktiin kalo lo itu bukan gay, gitu?"

Mendengar ucapan Thalia, Alif mengusap tengkuknya, "Nggak juga sih. Tapi itu jadi salah satunya."

Thalia hanya menggelengkan kepalanya.

"Makanya lo itu cari cewek dong, Lif, nggak selamanya 'kan, lo bakal sendirian terus? Lo jangan cuma gaul sama gue, Tasya, terus sama Dino. Sekali-kali lo itu, keluar dari zona nyaman, cari cewek kek," Thalia mulai menaiki sepedanya, sementara Alif hanya memperhatikan gelagat Thalia.

Buat apa gue nyari cewek lain, kalo nyatanya cuma lo yang gue mau. Batin Alif.

"Lo juga masih sendiri."

"Dih, kenapa jadi bawa-bawa gue?!" kesal Thalia. "Gue berangkat duluan ya Lif. Dadah!" Thalia memberikan lambaian tangannya pada  Alif yang sedari tadi terus memperhatikannya. Jujur, itu membuat jantung Thalia serasa ingin, keluar dari tempatnya.

Lalu Thalia mulai mengayuh sepedanya dan meninggalkan Alif sendiri di pekarangan rumahnya.

***

Thalia berjalan gontai  memasuki kelasnya. Baru ada beberapa anak yang masuk pagi ini, mereka tidak mengindahkan Thalia yang berjalan memasuki kelas, karena mereka sedang sibuk dengan memainkan ponsel di tangannya, atau sekedar menyalin tugas yang lupa mereka kerjakan di rumah.

Comblang! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang