6. Orang Itu Atha

208 58 18
                                    

Lo nyebelin. Dan gue nggak suka sama orang yang nyebelin kaya lo!

***

"Emang siapa sih orangnya?"

"Orangnya..." ucap Rio sedikit menggantungkan ucapannya. "Dia Kakak kelas kok," lanjut Rio semakin membuat Thalia penasaran. Mereka tak menyadari bahwa sebenarnya ada yang memperhatikan mereka dari kejauhan. Baik Thalia maupun Rio tak menyadarinya.

"Yo, semua Kakak kelas di sekolah ini tuh punya nama kali," ucap Thalia malas mendengar perkataan Rio yang seolah-olah seperti teka-teki baginya itu.

Rio tersenyum menyeringai, saat melihat seseorang yang berada tepat di belakang Thalia. Thalia pun tak menyadarinya, karena memang posisinya yang membelakangi orang itu.

"Gue orangnya!" seru seseorang yang berdiri di belakang Thalia itu. Membuat Thalia menengokan kepalanya tepat ke arahnya.

Tiba-tiba Rio menepuk bahu Thalia, membuat Thalia mengalihkan pandangannya kembali kearah Rio. "Yang nyari lo itu Kak Atha. Beruntung lo nggak perlu jawab tebak-tebakan dari gue."

Dalam hati Thalia menggerutu, Siapa juga yang mau jawab!

"Kalo gitu gue masuk duluan," pamit Rio pada Thalia, kemudian tatapannya beralih pada Atha yang sedang memperhatikan interaksi di antara Thalia dan Rio. Apa Thalia dekat dengan semua orang di kelasnya? "Kalo gitu, gue ke kelas dulu ya, Kak! Awas Thalia kalo ngamuk kaya macan kelaparan," ejek Rio pada Thalia, kemudian ia melenggang pergi melewati keduanya.

Thalia yang mendengar ejekan dari Rio menggeram sebal. Enak saja dirinya disamakan dengan binatang!

"Ekhem!" Atha berdehem, membuat Thalia melihat ke arahnya dengan tatapan yang enggan. Atha merasa gugup saat ditatap Thalia seperti itu, kemudian ia menegakkan punggungnya, "gue mau ngomong sama lo. Bisa minta waktunya sebentar?" tanya Atha dengan sesantai mungkin. Sejujurnya ia merasa gugup karena tatapan Thalia tadi. Entah kenapa tatapan Thalia begitu menusuk.

Thalia memutarkan bola mata malasnya, "Bukannya itu lo udah ngomong, ya?"

Atha mengusap tengkuknya. Ternyata selain pandai dalam hal akademik, Thalia pun pandai dalam hal mengutarakan fakta. Seperti saat ini misalnya, Atha meminta izin untuk berbicara dengan Thalia. Namun secara tidak langsung, ia sudah berbicara pada Thalia tanpa perlu meminta izin. Namun bukan itu maksud Atha sebenarnya.

"Bukan gitu. Maksudnya, gue itu mau ngomong hal penting sama lo," ucap Atha lebih spesifik lagi.

Thalia yang mendengarnya terlihat berpikir. Setelah kejadian Tasya yang menuduhnya tadi, juga Tasya yang berbicara perihal dia menyukai Atha. Thalia harus lebih berhati-hati lagi jika akan berurusan dengan Atha. Takut jika Tasya salah paham.

"Jadi gimana? Lo mau kan dengerin gue ngomong hal penting, itu?" tanya Atha dengan perasaan was-was.

Thalia tersadar dari pikirannya, ia menatap Atha dengan bingung. Apa iya dirinya harus mengikuti keinginan Atha? Tapi, bagaimana dengan Tasya? Dia pasti akan merasa cemburu dan kesalah pahaman itu semakin meruak. Sejenak Thalia melihat ke dalam kelas, di mana ada Tasya yang sedang membaca novel. Tapi Thalia yakin Tasya diam-diam sedang melihat ke arahnya dan Atha.

Atha tetap menunggu Thalia berbicara. Gawat jika Thalia tak mau medengarkannya, bisa-bisa rencana untuk menjadikan Thalia guru les gagal total. "Gue yakin, pasti lo penasaran kan?" ucap Atha mengompor-ngompori Thalia agar gadis itu semakin penasaran. Dan lagi-lagi perkataan Atha membuat Thalia tersadar.

"Gue nggak tahu Kak," ucap Thalia dengan lesu, seraya menundukan kepalanya, melihat kearah jari-jari yanng sengaja ditautkannya.

Atha melebarkan matanya, seraya melongo tak percaya. Apa maksudnya, nggak tahu?

***

Thalia mematut dirinya di depan cermin, memperhatikan penampilannya yang dikira sudah pantas untuk dipakai di khalayak umum. Thalia kemudian berjalan menuju almari dan menggapai sebuah tas kecil dan menyampirkannya ke bahu. Ia kemudian berjalan menuruni tangga.

Saat berada di anak tangga yang terakhir, langkahnya terhenti karena sebuah panggilan yang berasal dari ibunya, "Lia!" seru Ibunya pada sang Anak.

Thalia membalikan badanya, "Iya Bun?"

Ibunya mengerutkan kening, saat melihat penampilan Thalia yang terlihat sudah rapi. Biasanya, Thalia akan bermalas-malasan setelah pulang sekolah. Ia memilih untuk menghabiskan waktunya dengan awan kenyamanannya itu, bergelut pikiran dengan khayalan dalam novel-novel yang sedang ia baca, lalu terlelap begitu saja. Sampai terkadang ia melupakan jam kewajibannya untuk mengerjakan PR. Itulah salah satu kebiasaan buruknya.

"Kenapa Bun?" tanya Thalia lagi, saat dirasa Bundanya hanya terdiam seraya mengamati penampilannya. Ia menundukan kepalanya, ia mengamati penampilanya dari ujung kaki sampai atas, nggak ada yang aneh perasaan.

"Kamu mau kemana sore-sore begini? Bentar lagi udah mau maghrib loh."

"Thalia mau kerumahnya Tasya Bun. Ada urusan bentar."

"Kan bisa di telepon. Biasanya juga kayak gitu."

"Ini masalah penting Bun. Yaudah, kalo gitu Lia berangkat ya. Assalamualaikum..." ucap Thalia seraya berjalan menaiki anak tangga kembali dan menghampiri Bundanya, mencium punggung tangannya lalu berbalik melangkah menuruni anak tangga dengan secepat kilat. Membuat Mila yang melihatnya menjerit, takut anaknya kenapa-kenapa.

"Hati-hati di jalan!" teriak Mila pada Thalia yang sudah menghilang dibalik pintu utama.

***

Note: Tokoh Ropik aku ganti nama jadi Rio. Buat kelakuannya masih sama ;v

Oh iya, aku minta tolong, kalo misalnya pas kalian baca terus masih nemuin kata 'Ropik' ataupun kata-kata yang sekiranya dianggap typo. Kalian bisa comment in line-nya.

***

COMBLANG! selesai update :) meskipun nggak sampe 1000 words. Dan, makasih yang udah baca. Jangan lupa berikan vote dan commentnya! X)

Comblang! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang