32. Bangkai yang Tercium

82 7 0
                                    

Thalia merasa perasaannya tidak tenang. Bundanya mengabari bahwa akan pulang terlambat karena ada masalah di toko. Ia sendiri tidak keberatan karena sudah terbiasa sebelumnya. Namun entah kenapa, hari ini perasaannya begitu berbeda. Sejak dalam mobil ia memilih untuk diam walaupun Atha mengajaknya melakukan obrolan. Ia pun hanya menjawab seadanya. Kadang mejawab efektif, kadang menjawab hanya dengan gumaman.

Saat hendak sampai di rumahnya, Thalia melihat ada sebuah motor terparkir di luar gerbang rumahnya. Itu merupakan motor milik Alif. Untuk apa cowok itu ke rumahnya? Terlebih di rumahnya sedang tidak ada siapa pun.

"Gue turun di sini aja!" titahnya. Karena ia tidak mau jika Alif akan memperpanjang masalah ini lagi dan membocorkannya pada Tasya. Sejujurnya Thalia sendiri masih takut jika gadis itu tau tentang adanya misi di dalam misi. Walaupun misi yang dilakukan dengan Atha untuk kebaikan gadis itu juga.

Atha yang tidak mengerti dengan permintaan Thalia hanya menepikan mobilnya, "Kenapa? Bentar lagi juga nyampe. Tuh, rumah lo udah di depan."

Thalia meremas ransel yang ada di pangkuannya, "Depan gerbang ada motor Alif. Gue nggak mau ada masalah baru dan mengundang kecurigaan dia sama hubungan kita. Gue takut lo malah ribut sama dia nantinya."

Senyuman Atha terbit saat mendengar perkataan Thalia. "Emang kita punya hubungan apa?" tanya Atha dengan jailnya.

Tangan Thalia melayangkan sebuah tepukan keras pada pundak Atha, "Heh! Maksud gue nggak gitu ya!"

Atha malah tertawa saat ia rasa telah berhasil menggoda gadis di sampingnya. Dasar gila! Akhirnya cowok itu sepakat menurunkan Thalia di posisi sekarang. Padahal Atha tidak mempermasalahkan jika dirinya harus adu jotos bersama Alif. Selagi dirinya memang pada posisi yang benar.

"Hati-hati," ujarnya. Thalia hanya menganggukkan kepalanya dan keluar dari mobil cowok itu. Dalam hati ia bergidik karena Atha mendadak perhatian. Biasanya 'kan cari ribut terus. Atha sendiri memilih untuk tidak melanjutkan perjalanan, melainkan memantau Thalia dari dalam mobilnya hingga sampai ke rumah. Saat gadis itu hilang dari pandangannya, Atha mendapati ponsel Thalia yang tertinggal.

Sekarang ia harus bagaimana? Kembalikan? Nanti ketahuan Alif. Tetap diam? Tidak bisa, Thalia selalu mendapatkan informasi penting dari ponselnya.

***

Setelah keluar dari mobil milik Atha Thalia berlari menjauhinya. Saat sampai di depan rumahnya, ia merasa kaget saat dirasa Alif tidak datang sendirian. Cowok itu ternyata membawa Tasya. Iya Tasya! Diam-diam Thalia menghela napas lega. Untuuung Atha memang tidak mengantarnya sampai rumah.

"Loh, kalian mau ke sini kok nggak bilang-bilang?" tanya Thalia sekedar berbasa-basi. Ia segera mendekat ke arah Alif dan Tasya yang duduk di kursi teras rumahnya. "Maaf ya, Bunda nggak ada di rumah. Jadi lo berdua nggak bisa masuk duluan deh."

Alif dan Tasya hanya diam dan tidak menjawab perkataan dari Thalia. Entah apa yang salah dengannya hingga diabaikan. Ia memilih untuk tidak peduli dan segera mengambil kunci rumah dari dalam ranselnya. Saat itu juga ia tersadar bahwa ponselnya tidak ada di sana. Padahal ia taruh di kantung yang sama dengan kunci. Kok nggak ada?

Memilih untuk tenang dan menyembunyikan kepanikan, Thalia segera membuka rumahnya, "Masuk, Sya, Lif!" ajaknya.

Namun saat Thalia hendak masuk, tangannya ditahan oleh Tasya.

"Ra-"

"Thalia, handphone lo ketinggalan nih!"

Mendengar teriakan itu, lantas ketiganya-Thalia, Tasya dan Alif-menatap ke arah sumber suara.

Comblang! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang