Selamat membaca!
WARNING!
17+Di sini banyak kata-kata kasar.
Bagi yang nggak suka bisa skip aja ya :)***
Pagi yang cerah namun masih dengan perasaan yang sama-tidak secerah cuacanya. Perasaan gelisah yang terus menerus menghampiri diri Thalia. Semenjak munculnya kesalahpahaman waktu lalu, ia tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Tasya, walaupun hanya dalam sebuah pesan. Tampaknya gadis itu begitu marah hingga tadi malam saat Thalia hendak kembali menghubungi, akses sosial media dan nomor teleponnya telah diblokir.
Miris sekali.
Thalia memilih untuk pergi ke rumah Tasya di pagi-pagi begini. Ia rasa lebih baik berusaha sekali lagi dengan menampakkan diri di rumah gadis itu. Atha juga tidak mungkin ada di sekitar rumahnya. Karena cowok itu tengah melaksanakan ujian di sekolah, hari terakhir.
Mengingat hal itu, diam-diam Thalia berdoa dalam hati. Semoga usaha Atha memang membuahkan hasil baik, membuat Thalia tidak sia-sia mengajar cowok itu.
Tidak ingin membuang waktu, akhirnya ia segera pergi dengan menggunakan sepeda. Walaupun jarak rumah mereka yang lumayan jauh, tapi tidak masalah karena sekarang masih pagi. Ya ... hitung-hitung sedang berolahraga saja.
"Tasyanya ada, Pak?" tanya Thalia pada Pak Muki yang tengah duduk bersandar di pos penjagaan.
"Wah Non Tasyanya lagi keluar. Tadi dijemput sama temen-temennya," jawab Pak Muki membuat Thalia heran.
Teman-teman? Siapa? Teman masa SMP Tasya atau bagaimana?
"Udah lama, Pak?"
"Lumayanlah Neng. Sekitar setengah jam yang lalu."
Walaupun dengan keadaan yang tidak mengerti perihal kepergian Tasya, namun Thalia tetap menganggukkan kepalanya. Kemudian ia pamit untuk pulang kembali.
"Sepagi ini Tasya pergi ke mana?" seraya menuntun sepedanya Thalia terus berpikir. Kalau pun Tasya pergi ke mall, mana mungkin! Sekarang baru pukul delapan. Ke pasar? Ngapain ke pasar? Tasya bukan seorang cewek yang mau berdesakkan di pasar. Kecuali jika ia berdesakkan demi tas branded keluaran terbaru, nah sangat mungkin! Atau gadis itu pergi ke tempat gym bersama teman-temannya? Ya, hanya itu yang mungkin, walaupun sebenarnya Tasya tidak suka berolahraga.
Sepanjang jalan Thalia terus berpikir. Siapa teman-teman yang dimaksud Pak Muki tadi?
Thalia hanya mampu tersenyum kecut. Ia sedang berada di posisi yang sangat jauh dari seorang teman. Bahkan temannya itu pergi bersama teman yang lain dan melupakan dirinya sekarang.
Hal yang membuat Thalia cemburu sekarang adalah perginya Tasya bersama teman-temannya itu.
Mata Thalia menatap ke arah kursi taman, di mana dulu ia pernah memakan es krim bersama Atha dan bersembunyi di balik pohon untuk menghindari pertemuan dengan Tasya. Mengingat hal itu mampu membuat Thalia terkekeh dan merasa miris dalam waktu yang bersamaan.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi, menandakan adanya panggilan yang masuk. Ia segera meraih dan menerima panggilan itu.
Ternyata dari Dino.
"Hallo?"
"Ra, lo di mana sekarang?" tanya Dino di seberang sana. Suaranya terdengar sangat ngegas sekali.
"Di jalan. Mau pulang. Kenapa sih?"
"Lo nggak bareng Tasya emangnya?" Thalia mengernyitkan dahi. Seketika ia baru ingat, Dino belum mengetahui masalahnya dengan Tasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comblang!
Novela JuvenilMenurut Thalia apa yang dialaminya saat ini lebih dari sekedar friendzone. Menyatukan sahabatnya dengan Kakak kelas yang jelas-jelas dihindarinya. Berlagak seperti Mak comblang profesional. Ini bukan Thalia sekali, Dude. Jadi, mampukah Thalia menya...