UPDATE!***
Atha bingung saat melihat wajah pucat Thalia. Sebenarnya apa yang terjadi? Dengan segera Atha membawa Thalia menuju mobilnya.
"Kita, ke rumah gue dulu aja ya? Biar lo diperiksa sama Om gue," kata Atha seraya bergegas memasang seatbelt nya.
Thalia menatap ke arah Atha, kenapa Atha tidak pernah mendengarkan kata-kata dirinya sih?
"Tenang aja, Om gue itu seorang dokter. Jadi lo nggak perlu takut salah orang," jelas Atha kepada Thalia. Ia berucap begitu karena tadi Thalia menatapnya lekat, seolah ia takut bahwa Atha akan membawanya kepada orang yang salah.
Namun, rasa-rasanya Atha salah menafsirkan tatapan Thalia. Yang Thalia inginkan sebenarnya adalah, tidak berkunjung ke rumah Atha yang berdekatan dengan rumah Tasya.
Thalia terus menggelengkan kepalanya, "gue nggak butuh dokter. Gue butuh pulang," ujarnya dengan nada yang begitu serak.
"Gemes gue sama lo! Kenapa nggak pernah ngedengerin kata-kata gue sih!" Decak Atha.
Kali ini, Atha tidak akan mendengarkan apa yang diinginkan Thalia. Ia akan bersikeras membawa Thalia ke rumahnya.
Drttttttt... Drtttttt...
Tiba-tiba terdengar getaran, entah dari ponsel milik siapa. Namun rupanya Atha lebih dulu menyadari suara getaran itu bukan dari ponselnya. Ia melirik ke arah Thalia, ia melihat gadis itu yang sedang menyandarkan kepalanya di jendela mobil, tangannya tidak berhenti memijit pelipis.
Sekarang Atha benar-benar percaya, bahwa Thalia memanglah sedang sakit. Sebelum menghidupkan mesin mobil, Atha menyempatkan untuk meraih ponsel Thalia yang ia ketahui sumber bunyinya memang dari sana.
Thalia tersentak saat kulit Atha tidak sengaja bersentuhan dengan kulitnya.
"Eh, mau apa lo?" tanya Thalia dengan nada yang terkesan curiga.
Atha hanya menatap Thalia sebentar. Setelah ia mendapatkan ponsel milik Thalia, Atha mengarahkan pandangan ke layar ponsel Thalia yang masih menyala, tertera panggilan masuk dari 'Bunda' di sana.
Ibu jari Atha terangkat untuk menjawab panggilan tersebut, namun tiba-tiba sebuah tangan merebut ponsel itu.
"Don't touch my phone!" Thalia memegang erat ponsel itu dan melayangkan pandangan sengit ke arah Atha.
Dahi Atha mengkerut, "Kenapa? Gue cuma mau angkat telepon dari Bunda lo," balas Atha dengan santainya.
"Bunda?" tanya Thalia heran.
Tiba-tiba ponsel Thalia kembali bergetar, reflek Thalia mengarahkan pandangan ke ponselnya, benar saja, Bundanya menelepon lagi. Dengan segera Thalia mendial tombol untuk menjawab.
"Assalamualaikum, Bunda?" Salam Thalia, ia mendekatkan ponsel pada telinganya agar dapat mendengar suara Bundanya dengan jelas.
"Waalaikumsalam, Lia dimana?" Tanya Bundanya. Thalia tahu bahwa saat ini Bundanya bertanya dengan disertai rasa khawatir.
Thalia melirik ke arah Atha yang sedang menundukan kepalanya seraya bermain ponsel, "Lia masih sama Atha, Bun. Bunda nggak perlu khawatir," kata Thalia menenangkan.
Mendengar namanya disebut, lantas Atha mendongakan kepala, menatap ke arah Thalia yang masih sibuk dengan obrolan bersama Bundanya.
"--iya, pokoknya Bunda nggak usah khawatir, Lia bisa jaga diri kok," jawab Thalia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comblang!
Teen FictionMenurut Thalia apa yang dialaminya saat ini lebih dari sekedar friendzone. Menyatukan sahabatnya dengan Kakak kelas yang jelas-jelas dihindarinya. Berlagak seperti Mak comblang profesional. Ini bukan Thalia sekali, Dude. Jadi, mampukah Thalia menya...