14. Terserah

130 16 7
                                    

Atha menyuruh Thalia untuk duduk di salah satu tempat lesehan yang ada di dalam coffee shop itu. Kebetulan di coffee shop itu terdapat satu tempat yang disediakan secara lesehan, dalam artian hanya terdapat meja yang cukup besar, sehingga para pengunjungnya duduk tanpa menggunakan kursi. Atha memilih untuk duduk di sini karena memang, itu memudahkannya untuk belajar nanti, agar kakinya bisa bebas bergerak dan diselonjorkan.

Thalia hanya menurut saja, ia mendudukan dirinya di tempat lesehan tersebut dengan kondisi kaki yang disilangkan.

"Lo tunggu di sini, gue mau pesen dulu," ucap Atha kepada Thalia, entah kenapa nada bicara Atha seperti canggung begitu pada Thalia. Sementara Thalia hanya mengangguk saja.

Atha berjalan ke arah kasir untuk memesan, sementara Thalia menunggu di tempat.

Thalia mengeluarkan ponselnya dari dalam sling bag, lalu menyalakannya. Ternyata ada tiga pesan yang masuk yang dikirimkan Tasya padanya, dan belum Thalia baca.

Tasya : Ra, lo jadi nemuin Kk Atha?

Tasya : Lo udah di Coffee Shop samping sekul, kan?

Tasya : Yaudah deh, gue nggak bakalan ganggu rencana lo kali ini. Semoga sukses.

Thalia hanya mampu menghembuskan nafasnya, Tasya memang benar-benar, menyiksa batin Thalia secara tidak langsung.

Untung temen.

"Kenapa?" tanya Atha yang kebetulan sudah kembali.

Thalia menatap ke arah Atha, "Kenapa? Orang gue nggak apa-apa, kok!" sungut Thalia, ia masih sebal dengan Atha perihal tadi.

Atha melirik sekilas ponsel Thalia sebelum akhirnya meredup dan mati, "Lo ngerencanain apa sama Tasya?" ucap Atha seraya diiringi tatapan mengintimidasi.

Thalia yang ditanya seperti itu menjadi gugup, dengan cepat ia memasukkan ponselnya kembali ke dalam sling bag, "Rencana a-apaan sih, lo kepo amat jadi orang!"

"Ya, siapa tau 'kan, lo ngerencanain buat bunuh gue," ujar Atha seraya mengedikkan kedua bahunya.

"Ish, pede banget sih! Gue sama Tasya nggak sejahat itu."

Tiba-tiba seorang waitress menghampiri mereka berdua dengan minuman dan camilan di nampannya, "Silahkan, Kak," ujar waitress itu seraya tersenyum manis ke arah Thalia dan Atha.

"Terimakasih, Teh," ujar Thalia, waitress itu hanya mengangguk kemudian melenggang pergi.

Atha memilih tidak peduli ia kemudian mengangkat sebelah alisnya, dan melanjutkan topik pembicaraannya bersama Thalia, "Ya bisa aja 'kan. Secara Tasya itu suka sama gue."

Thalia menatap Atha dengan tatapan terkejut, jadi dia udah tau?

"Lo ... tau?" tanya Thalia ragu-ragu.

"Haha ... yaiyalah gue tau. Secara gue ini gantengnya selangit, jadi mustahil kalo sampe Tasya nggak suka sama gue." Atha tertawa, namun bukannya ikut tertawa, kalian tau bahwa Thalia malah akan semakin kesal.

Pokoknya menurut gue, Atha itu orang paling nyebelin sedunia! Sungut Thalia dalam hatinya.

"OH AJA!" kesal Thalia seraya mengeluarkan buku berukuran kecil yang di bawanya saat menuju kemari.

Atha menggeser tubuhnya ke depan sehingga mepet dengan pinggiran meja yang menjadi penghalang antara dirinya dan Thalia, kemudian ia mulai mencondongkan tubuhnya ke depan, ke arah Thalia.

"Emangnya bener, Tasya suka sama gue?"

"Kalo lo udah tau Tasya suka sama lo, kenapa lo nggak pernah nyadar, siapa dia sekarang, siapa dia dulu," balas Thalia seraya menuliskan beberapa rumus di atas buku kecil miliknya.

"Maksud lo?" tanya Atha yang nampaknya tidak mengerti atas perkataan Thalia yang menurutnya seperti teka-teki itu.

Thalia menghembuskan nafasnya, "Mending sekarang lo kerjain soal ini," Thalia memberikan satu lembar kertas yang sebelumnya ia robek terlebih dahulu.

"Apaan ini?" Atha mengernyitkan dahinya sesaat setelah membaca isi dari kertas yang diberikan Thalia. "Gue nggak mau ngerjain ini!" ucap Atha seraya mengembalikan kertas itu pada Thalia.

"Lo nggak usah nyebelin, sekali aja bisa 'kan?"

"Thal, ini pertemuan yang pertama, artinya masih ada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Jadi bisa 'kan, nggak usah langsung belajar?" tanya Atha balik membuat Thalia semakin geram.

Dengan kasar Thalia membereskan kembali alat tulisnya, kemudian ia memakai sepatu yang sempat ia pakai ke sini, bersiap pulang.

"Lo mau kemana?" tanya Atha.

"Gue mau pulang! Terserah lo mau ngapain di sini. Gue udah rela buang waktu gue, buat nunggu lo sampe ke sini, gue nunggu karena gue inget niat baik lo buat belajar. Tapi sekarang terserah lo mau ngapain, di sini." Thalia berkata seraya mengikat tali sepatunya, setelah selesai ia berdiri, "Gue balik duluan." ujarnya setelah itu meninggalkan Atha sendirian.

Atha sebenarnya ingin berteriak memanggil Thalia, atau mnegejarnya, namun ia berpikir dua kali karena jika ia berteriak maka ia dan juga Thalia akan merasa malu menjadi bahan tontonan.

Atha memandang kertas yang tergeletak di atas meja, ia mengambilnya dan melihat tanpa berpikir untuk mengerjakannya. Rasa bersalah itu kembali hinggap, entah kenapa satu kesalahan kecil yang Atha lakukan pada Thalia terasa memberikan satu kesalahan terbesar dalam hidupnya, tapi Atha tidak tau, itu apa.

Atha berdiri, hendak pulang ke rumahnya, namun pandangannya jatuh kepada sebuah pulpen yang tergeletak di tempat Thalia duduk tadi, mungkin ini punya Thalia begitu pikir Atha. Lalu ia memungutnya bersama kertas yang Thalia berikan tadi.

Tanpa menyentuh makanan yang diantarkan oleh waitress tadi, Atha langsung berjalan keluar Coffee Shop.

***

Ini pendek, karena emang lanjutan dari sebelumnya.
Vote dan comment jangan lupa! Terimakasih❤️.

Comblang! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang