Selamat membaca!
Kalau ada typo kasih tau lewat komentar ya.
***
Thalia pikir Papanya Atha tidak jadi untuk mengajaknya makan malam. Tapi pada kenyataannya sang Ayah menjemput Thalia agar mau berangkat bersama malam ini. Awalnya Thalia mengajak sang Bunda, namun Bundanya itu sedang sibuk-sibuknya di toko. Akhirnya Thalia berangkat bersama sang Ayah dan Mama Gina. Satu hal yang membuatnya heran. Makan malam saja sampai mengundang beberapa kerabatnya? Thalia pikir hanya akan ada keluarganya dan keluarga Atha saja dalam acara makan malam itu. Tapi ternyata tidak. Banyak orang termasuk Mama dan Papanya Tasya. Ya, memang itu hak Papanya Atha akan mengundang siapa saja ke acaranya.
Tapi tunggu! Jika Mama dan Papanya Tasya hadir, lalu di mana anak itu?
Thalia mengedarkan pandangan berusaha mencari sosok Tasya. Belum sempat dirinya menemukan gadis itu, Mama Gina sudah mengajaknya untuk menghampiri Mama Atha.
"Lama nggak ketemu, Gin," salam antar perempuan dewasa pun akhirnya terjadi. "Ini..." ucapan yang menjurus ke sebuah pertanyaan itu menggantung. Mama Atha menatap wajah Thalia dengan seksama. Mungkin ia tidak kenal dengan Thalia, tapi Thalia kenal, oh bukan, hanya sekedar tahu saat Atha menunjukkan fotonya.
Omong-omong, di mana Atha?
"Anakku," jawab Mama Gina seraya merangkul Thalia. Dirinya yang diperlakukan seperti itu hanya tersenyum ke arah Mamanya Atha. "Thalia namanya."
Mamanya Atha mungkin mengerti dengan kondisi Mama Gina yang sebenarnya. Oleh karenanya, perempuan itu menganggukkan kepala tanda mengerti.
"Jadi, Thalia yang selalu ngajarin Atha, anaknya Mas Darwin? Ya ampun, dunia sempit banget ya. Makasih ya sayang, kamu udah buat Papanya Atha bangga sama dia."
Lagi-lagi Thalia hanya tersenyum. Bingung harus bereaksi seperti apa. Karena memiliki kesempatan, akhirnya ia izin pamit untuk menghampiri orang tua Tasya.
"Om, Tante," sapa Thalia. Kemudian ia menyalami ke duanya.
Ke dua orang tua Tasya membalas senyuman Thalia. Tampaknya mereka tidak tahu dengan masalah yang terjadi antara Thalia dan anaknya.
"Ara? Gimana kabar kamu? Bunda kamu mana?" tanya Mamanya Tasya. Matanya beredar mencari Bunda Thalia.
"Aku baik, Tante. Harusnya aku yang tanya kabar kalian," ujarnya tersenyum canggung. Sudah lama mereka tidak bertemu. Akhir-akhir ini Thalia pun jarang main ke rumah Tasya. Membuat ia tidak tahu bahwa orang tua gadis itu telah selesai melakukan pekerjaannya. "Bunda nggak ikut, Tante."
Terlihat orang tua Tasya yang menganggukkan kepalanya. Kemudian Thalia kembali pamit dan menghampiri Mama Gina yang duduk di kursi dengan meja panjang yang begitu besar. Seperti akan melakukan rapat kemerdekaan saja. Kalau boleh jujur, sebenarnya ia merasa risih, takut dan canggung dalam satu waktu. Acara makan malam hari ini termasuk meriah. Kurang lebih ada lima puluh tamu undangan yang hadir ke rumah Atha. Seperti ada acara lain saja.
"Mau kue?" tawar Mama Gina. Thalia hanya menggelengkan kepalanya.
Tidak lama para tamu undangan yang hadir pun mendekat ke arah meja besar dan mulai duduk di kursinya. Termasuk dengan orang tua Tasya.
Thalia merasa tidak tenang untuk sekarang. Hatinya merasakan kegundahan akan terjadi padanya sebentar lagi.
Lamunan gadis itu terhenti karena suara ketukan di kepala mikrofon. Bukan hanya Thalia, namun semua tamu yang hadir pun ikut memokuskan diri pada seseorang yang berdiri di ujung meja sana-di saat orang lain duduk. Ya, Thalia tau itu adalah Papanya Atha. Pria itu langsung menyampaikan pembukaan dan mengucapkan terima kasih pada semua yang telah menyempatkan waktu untuk datang pada acara itu. Juga mengucapkan rasa terima kasih pada Thalia karena telah melakukan suatu perubahan. Tidak dijelaskan secara spesifik memang, mengenai apa yang telah ia lakukan. Namun saat Papa Atha menyebut namanya, membuat pandangan orang-orang tertuju padanya karena Mama Gina yang antusias menyuruhnya untuk berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comblang!
Teen FictionMenurut Thalia apa yang dialaminya saat ini lebih dari sekedar friendzone. Menyatukan sahabatnya dengan Kakak kelas yang jelas-jelas dihindarinya. Berlagak seperti Mak comblang profesional. Ini bukan Thalia sekali, Dude. Jadi, mampukah Thalia menya...