Kalo misalnya 100 vote buat update ke BAB selanjutnya bisa nggak ya? Wkwk...Selamat membaca!
***
Ting!
Suara itu bersumber dari ponsel Thalia yang sedang dicharger dalam keadaan on. Thalia yang sedang membaca pun akhirnya menuruni ranjang, dan berjalan menuju ponselnya yang ada di dekat meja rias.
Satu pesan dari nomor yang tidak dikenalinya. Siapa?
+6281212700xxx : Jangan lupa buat ntar malem, Thal. Gue jemput atau lo yang datang sendiri?
Belum sempat Thalia mengetikan sebuah balasan untuk nomor yang tidak dikenal itu, tiba-tiba sebuah pesan kembali masuk ke dalam ponsel Thalia.
Ting!
Tasya : Astaga Ra, gue lupa bilang ini sama lo!!!
Thalia mengernyitkan dahi, Tasya kenapa? Pikirnya dalam hati. Jari-jarinya mulai menari lincah di atas keyboard ponselnya sendiri.
Thalia : Bilang apaan sih, Sya?
Lebih dari dua menit Thalia menunggu balasan dari Tasya. Namun tidak ada tanda-tanda sama sekali. Ia pikir Tasya akan segera membalasnya karena ia juga tadi membalas pesan dari Tasya dengan cepat.
Tasya is calling...
Oh ... ternyata Tasya memilih untuk menelpon Thalia saja. Buktinya, bukannya Thalia mendapatkan balasan pesan, Tasya malah menelponnya. Tipe-tipe malas ngetik.
Thalia mendial tombol warna hijau ke kanan, tanda ia menerima panggilan dari Tasya.
"Araaa! Sorry gue lupa bilang ini sama lo!" ujar Tasya dari seberang sana. Membuat Thalia memutarkan bola matanya.
"Waalaikumussalam, Ra," meskipun Tasya tidak mengucapkan salam, namun Thalia sengaja mengingatkan Tasya.
"Hehehe, assalamualaikum..." ucap Tasya.
Sudah dipastikan, di seberang sana, ia duga bahwa Tasya sedang nyengir kuda, karena peringatan tidak mengucapkan salam, tadi.
"Telat, lo, ah."
"Yeee, ya nggak apa-apa kali, Ra. Daripada nggak ngucapin sama sekali."
"Ya tapi nggak harus setiap ngucapin salam, selalu gue ingetin 'kan? Inisiatif sendiri dong!" jawab Thalia.
"Iish, gue telepon itu bukan buat, ngajak lo debat, kali!" kesal Tasya dapat terdengar dari nada bicaranya saat ini.
Thalia mengangkat satu alisnya, kemudian ia berjalan menuju ranjang, dan berbaring di sana, dengan keadaan ponsel yang masih menempel di telinga kirinya.
"Nah 'kan, hampir aja gue lupa nanya, maksud dan tujuan lo telepon gue itu, karena apa?" ujar Thalia seraya mencari posisi yang nyaman untuk bisa berbaring seraya menelpon.
"Iya nih, gue mau bilang. Kalo kemarin malam itu, Kak Atha minta supaya lo temuin dia di coffee shop samping sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Comblang!
Teen FictionMenurut Thalia apa yang dialaminya saat ini lebih dari sekedar friendzone. Menyatukan sahabatnya dengan Kakak kelas yang jelas-jelas dihindarinya. Berlagak seperti Mak comblang profesional. Ini bukan Thalia sekali, Dude. Jadi, mampukah Thalia menya...