15. Malam Bersama Alif

158 13 0
                                    


Thalia masuk ke pekarangan rumahnya seraya menuntun sepeda. Ia melihat sepasang sepatu yang ada di teras rumahnya, punya siapa? Begitu pikir Thalia.

"Assalamualaikum," ujar Thalia ketika memasuki rumahnya.

Terlihatlah seseorang yang sedang duduk berhadapan bersama Ibunya di ruang tamu. Namun Thalia tidak mengetahui siapa, karena posisinya yang membelakangi Thalia.

"Waalaikumsalam. Loh, Lia udah pulang?"

Tatapan Thalia yang sedang memperhatikan sosok laki-laki itu seketika terarah pada Ibunya, Thalia hanya mengangguk sebagai tanda jawaban.

Thalia berjalan menghampiri Ibunya untuk salam, dengan langkah yang santai Thalia berjalan melewati sosok laki-laki itu tanpa mau melihat atau bahkan meliriknya sama sekali.

"Udah selesai belajarnya?" tanya sang Ibu pada Thalia. Thalia hanya tersenyum seraya menganggukan kepalanya.

"Ra..." panggil seseorang yang tadi sedang duduk berhadapan dengan Ibunya.

Thalia mengenali suara ini, dengan cepat ia membalikan badannya ke arah seseorang itu.

"ALIF, LO NGAPAIN DI SINI?!" tanya Thalia dengan nada terkejutnya. Untuk apa Alif malam-malam datang kerumahnya? Kalaupun Alif bertandang kerumahnya pasti ia selalu bersama Dino. Tapi kali ini dia, sendiri.

Thalia menengokan kepalanya ke sana, ke mari berusaha mencari sosok Dino, membuat Alif dan Ibunya Thalia tidak mengerti apa yang dicarinya.

"Kamu, cari siapa, Lia?" tanya sang Bunda.

Thalia kemudian menatap Ibunya, "Ya Thalia nyari Dino lah Bun," kemudian Thalia memandang ke arah Alif, "Lif, Dinonya mana? Nggak mungkin dong lo ke sini sendiri."

"Hus, kamu itu Lia. Nggak boleh bicara kaya gitu!" tegur Ibu Thalia. "Yaudah, Bunda mau siapin minum dulu buat Alif, kasihan darit adi dia belum Bunda kasih minum gara-gara nanyain kamu terus," ucapan Ibunya membuat Thalia terdiam dan terheran.

Sementara Alif, sendiri mengusap tengkuknya saat mendengar ucapan Ibu Thalia.

"Lif, ben-"

"Ra, ngobrol di luar aja yuk!" ajak Alif sebelum Thalia menyelesaikan ucapannya. Sementara Thalia pasrah, ia mengikuti kemauan Alif karena kondisi tangannya yang digenggam Alif dan diajaknya keluar.

Setelah di luar rumah, Alif duduk di sebuah kursi yang memang ada di teras rumah Thalia, mereka berdua saling terdiam. Alif merasa canggung saat ingin memulai obrolan, sementara Thalia sendiri enggan memulainya karena ia masih kesal dengan sikap Atha tadi, saat di coffee shop.

"Ra—"

"Lif—"

Ucap mereka bersamaan, Thalia menatap Alif begitupun Alif yang menatap Thalia, ketika mereka sadar akhirnya mereka tertawa, canggung.

"Lo duluan—"

"Lo duluan—"

Mereka berbicara sama untuk yang kedua kalinya. Akhirnya Thalia memilih untuk menutup mulutnya rapat-rapat.

"Ngomong barengan mulu, udah kaya jodoh," celetuk Alif yang membuat Thalia menatapnya dengan kondisi alis yang tertaut.

"Jodoh? Ya nggaklah, lo kan sahabat gue!" ucap Thalia seraya terkekeh sementara Alif terdiam setelah mendengar perkataan Thalia.

"Loh, kok di luar sih?" tanya Ibu Thalia seraya membawa senampan jus jeruk beserta camilannya.

"Nggak apa-apa Tante, lagipula Alif 'kan cowok, takut ada yang berpikiran aneh-aneh juga," sanggah Alif.

Comblang! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang