01

10.6K 193 18
                                    

Jika kamu membaca cerita ini. Aku hanya ingin minta tolong.
.
.
.
.

- Tandai kata yang typo
- Tandai kalimat yang membuat kalian bingung.
.
Biar aku benahi.

Sebelumnya, aku belum riset apa pun mengenai cerita ini. Soal latar belakang pekerjaan dan lain sebagainya. Jadi, apabila ada kesalahan mohon ma'af dan jika berkenan berikan saran.

Terima kasih

Pembacanya ghaib ternyata, yg baca segitu, yg vote segitu.

°°°

HARI yang begitu melelahkan dengan tumpukan dokumen di atas meja yang harus di selesaikan hari ini juga.

Menjadi seorang sekretaris seorang CEO perusahaan cukup melelahkan bagi Bella. Apa lagi ia harus siap mengikuti kemana pun bosnya itu pergi keluar kota atau pun negeri jika ingin menemui kolega-kolega bisnisnya.

Jangan kalian berpikir kalau CEO dan sekretarisnya akan terjadi cinta lokasi seperti pada novel-novel pada umumnya. Itu tidak lah mungkin untuk Bella. Pasalnya, bosnya itu sudah memiliki istri dan anaknya. Awalnya Bella mang mengagumi ketampanan yang dimiliki bosnya, namun Bella sadar. Bosnya itu sudah memiliki istri. Tidak epick sekali kalau Bella menjadi wanita ke tiga.

Bella menghembuskan nafasnya lega, ia menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri untuk meregangkan otot-otot tubuhnya dan meluruskan tangan yang sedari tadi pegal karena mengetik banyak dokumen di laptop serta mengeceki berkas bertumpuk di atas mejanya.

Sudah sekitar empat jam Bella duduk dan berhadapan dengan layar laptopnya. Tepat pada jam istirahat, dirinya sudah selesai dengan semua pekerjaan itu.

"Hust," Bella menoleh dan mendapati perempuan cantik, rambut hitam yang di kucir kuda serta poni yang menutupi kening perempuan itu.

"Yuk, kantin yuk." Kebetulan sekali, Bella juga ingin ke kantin.

Bella berdiri dari duduknya, merapikan blouse abu-abu dan rok hitam selututnya seperti pekerja kantoran lain pada umumnya.

"Yuk," Bella menerima ajakan sahabatnya itu.

"Bella," namun baru beberapa langkah Bella berjalan. Seseorang memanggilnya membuatnya menghentikan langkah kakinya.

"Ada apa, ya, Pak?" tanya Bella sopan pada lelaki bernama Andi yang bekerja mengatur keuangan di kantor tempat Bella bekerja.

Pria itu menggaruk tengkuknya. "emm-saya mau ngajak kamu makan siang bareng kalau mau,"

Bella menggigit bibir bawahnya. 'duh Bella, rezeki gak boleh di tolak' batinnya berkata.

"Gimana ya pak-" Bella menoleh ke samping saat Amber menyenggol sikunya. Sedari tadi perempuan itu senyum-senyum sendiri.

"Terima aja kali. Gak usah sok-sokan gengsi segala. Ini kesempatan bagus buat lo pendekatan sama pak Andi. Kan lo dari dulu suka sama dia," bisik Amber diakhiri cekikian perempuan itu.

Namanya juga sahabat. Apa pun Bella ceritakan pada Amber. Termasuk rasa sukanya pada Andi sejak awal dia bekerja di kantor ini. Bella suka mengamati Andi. Pria itu adalah laki-laki pekerja keras idaman Bella banget. Bella menginginkan suami seperti yang Andi.

Bella menggeleng-gelengkan kepalanya. 'tidak. Menikah itu musibah, menikah itu tidak enak' otak dan hati Bella memang tidak sinkron. Di umur yang ke dua puluh delapan tahun ini, Mama Bella terus mendesak dirinya agar segera menikah supaya tidak di kira perawan tua. Bella sih bodo amat sekali apa kata orang tentang dirinya. Mau dikatai perawan tua, perawan tuwir, selagi uang banyak hidup Bella ayem tenteram. Lagian umur dua puluh delapan tahun masih muda, loh. Apalagi untuk orang seperti Bella yang hidupnya di perkotaan bukan desa, yang baru menginjak umur dua puluh tahun langsug didesak supaya cepat nikah.

FORCED TO MARRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang