29

1.3K 44 0
                                    

DENTUMAN musik keras memekakkan telinga. Orang-orang meliuk-liukkan tubuhnya di bawah lambu gemerlap dan saling berdempet. Bahkan tak jarang para wanita berpakaian minim dan kurang bahan-tubuhnya mepet dengan lawan jenisnya.

Di sini Bella berada. Di dalam sebuah club duduk di sofa menatap orang-orang yang saling berjoget dengan malas.

Entah apa yang membuatnya masuk ke dalam tempat haram ini. Terakhir kali Bella masuk ke dalam sebuah club saat ia kelas dia belas SMA. Saat itu ia tergoda dengan ajakan temannya. Namun, sayang, berakhir dengan dirinya mendapat jeweran dan cubitan mematikan dari Nessa. Itu pengalaman pertama dan terakhir Bella.

Sejak saat itu Bella tidak mau dan tidak lagi penasaran dengan tempat yang alunan musiknya sungguh memekakkan telinga.

"Mau minum?"

Bella mendongak, menatap lelaki berpakaian serba hitam itu menawarkannya segelas minuman yang di isi cairan berwarna bening.

"Tidak usah, makasih,"

Laki-laki itu menyunggingkan senyum tipis. "Rugi masuk sini kalau enggak minum," ia meletakkan gelas itu di meja hadapan Bella.

"Kalau haus minum," setelahnya, dia pergi meninggalkan Bella.

Bella membuang nafas kasar. Banyak masalah yang menumpuk di benaknya yang menarik Bella hingga berada di tempat ini. Sebenarnya Bella hanya ingin mendinginkan pikiran saja. Tapi, entah bagaimana jadinya ia malah memilih tempat seperti ini.

Memikirkan masalah sedari tadi membuat tenggorokan Bella kering. Ia haus, lantas tangannya terulur meneguk minuman yang di berikan laki-laki tadi.

Sekali minum, rasanya Bella masih haus. Sampai akhirnya Bella meminum beberapa gelas hingga kepalanya terasa sedikit pening.

"Bell!" samar-samar Bella mendengar seseorang memanggil namanya.

Mata Bella berkunang-kunang, ia memegang kepalanya.

"Kamu ngapain di sini, Bell?"

"Kamu sendiri ngapain di sini?" ketus Bella.

"Aku mencari suamiku. Kami habis bertengkar tadi," jelas Amber.

Wanita itu terlihat khawatir dengan keadaan Bella. Apalagi Bella berdiri dan berjalan sempoyongan.

"Bell, kamu mabuk?" Amber menyentuh pundak Bella.

"Aku enggak papa,"

"Kamu mabuk, Bell. Biar aku antar pulang,"

"Aku pulang sendiri!"

"Kamu naik apa?"

"Naik taksi,"

"Bahaya, Bell. Biar aku antar saja,"

"Aku bisa pulang sendiri!" Bella menyentak tangan Amber yang menggandeng lengannya. Jujur, ia tidak ingin pulang itu alasan mengapa ia tak mau di antar oleh Amber. "Lagian kamu mau cari suami kamu 'kan? Sana cari!"

"Ternyata dia enggak ada di sini. Ayo aku antar,"

"Enggak usah!"

Amber mengikuti Bella dari belakang. Takut-takut jika wanita itu tiba-tiba ambruk.

Baru saja apa yang di pikirkan Amber terlintas, Bella benar-benar ambruk di depan Amber.

🥀🥀🥀

Pusing memikirkan hubungannya dengan Bella. Kepala Rian rasanya mau pecah. Sampai saat bekerja saja ia tak fokus pada pekerjaannya.

FORCED TO MARRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang