34

1.5K 44 0
                                    

"BELLA!"

Bella menghela nafas kasar. Baru saja hendak melangkahkan kakinya masuk, ia malah di sambut oleh laki-laki yang harus ia hindari. Siapa lagi jika bukan Andi? Bahkan laki-laki itu sudah berdiri di depan kantor sengaja menunggu Bella.

Enggan menatap pada Andi, Bella memilih acuh dan terus berjalan menghiraukan laki-laki tak berguna itu.

Bukan laki-laki namanya jika tak mengejar perempuan. Andi berlari mengejar Bella, menghadang langkah wanita itu.

"Minggir!" ketus Bella.

Rasanya Bella muak menatap wajah menyebalkan itu. Tak ada rasa sesenang dan sebahagia dulu kala mantap wajah Andi kini tergantikan oleh rasa jijik yang mendera.

"Ma'af, Aku bisa jelaskan, Bell,"

"Minggir gue bilang!" sentak Bella.

"Enggak, sebelum kamu mendengarkan semua penjelasan aku,"

Lantaran Andi yang tak kunjung menyingkir dari hadapan Bella, Bella mendorong kasar tubuh laki-laki itu kemudian berjalan masuk membiarkan Andi terus meneriaki namanya.

"Gue enggak butuh penjelasan apa pun dari mulut elo!"

Bella sangat-sangat sakit hati pada Andi. Tapi, Bella juga berterima kasih pada Andi, sebab tanpa perselingkuhan laki-laki itu, Bella tak akan tahu sifat busuk Andi yang hanya memanfaatkannya sebagai mesin ATM dan Bella juga tak akan pernah menyadari perasaannya pada Rian. Bella paham sekarang jika perasaannya pada Andi bukanlah cinta, melainkan hanya sekedar rasa kagum saja. Berbeda jika dengan Rian, jantung Bella terus berpacu cepat tak terkendali.

°°°

"Jadi lu selingkuh sama Andi?!"

Kontan Bella membekap mulut Amber. Pekikkan suaranya itu bisa saja di dengar oleh orang-orang di kantin dan nantinya malah jadi bahan gosip.

Bella menoleh ke sekitar, untung saja orang-orang sibuk dengan makanan masing-masing. Jadi besar kemungkinan tak mendengar apa yang di ucapkan oleh Amber.

"Syutt, pelan-pelan suaranya," peringatan Bella.

Amber berdehem. Menoleh ke sekitar, lalu kembali berucap. "Lu gila apa, Bell selingkuh?" sorot mata Amber sangat menyayangkan kelakuan Bella.

"Ya, gimana, namanya juga orang khilaf," balas Bella santai.

"Terus, suami lu?"

"Enggak gimana-gimana,"

Amber membuang nafas mendengar jawaban Bella yang kelewat santai.

"Emangnya suami lu enggak marah? Lu enggak diceraikan gitu? Secara 'kan elu selingkuh,"

Mendengar penuturan sahabatnya itu, kontan Bella melotot tajam. "Heh, mulutnya. Cerai, cerai, gue enggak mau jadi janda, ya!"

Amber mencebik. "Halah, dulu aja sok-sokan nolak, enggak mau nikah, pingin cerai lah." cibir Amber.

"Ya... ya 'kan sekarang udah enggak!" elak Bella.

"Jadi, ceritanya sudah cinta, ini?" goda Amber mencolek dagu Bella.

"Apaan, sih?"

Amber tersenyum menggoda. Kedua tangannya bertumpu di atas meja di jadikan tumpuan dagu olehnya. "Sebaik apa, Bell suami lu? Lu selingkuh, dia enggak marahin elu atau nyeraikan elu. Lu enggak pernah menganggap dia, dia sabar banget sama kelakuan elu. Andai, dia itu dulu suami aku."

FORCED TO MARRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang