32

1.5K 49 2
                                    

SETELAH di bujuk oleh Rian, akhirnya Bella mau mengikuti suaminya itu pulang.

Tidak sepenuhnya karena bujukkan Rian. Melainkan karena usiran Nessa dan ancaman wanita itu.

Nessa mengusir anaknya. Bukan karena tega, tapi menurut Nessa, Bella tidak boleh lari dari masalah dan harus menyelesaikan masalah mereka buda di rumah mereka. Bukan di rumahnya seperti itu.

Sebenarnya tanpa di suruh Bella memang berniat akan pulang. Sebab Bella pusing karena Nessa terus mengomel, memarahinya tanpa habis. Tapi, Bella masih ingin ber lama-lama dulu di rumah Mamanya.

Soal ancaman yang Nessa berikan, jika Bella memaksa tidur di rumah, Nessa akan menyuruh Bella tidur luar. Tidak di perbolehkan tidur di dalam. Karena ancaman tersebut, akhirnya Bella mau pulang bersama Rian meskipun terpaksa.

Tadi, sesampainya Rian di rumah, ia mendapat telefon dari mertuanya bahwa Bella berada di rumah Nessa sejak pagi. Belum masuk ke rumah, Rian kembali lagi tancap gas menuju rumah mertuanya.

Ia sebagai kepala keluarga harus tegas dan menyelesaikan masalah di antara mereka berdua-dirinya dan Bella segera.

Sedari tadi di dalam mobil, Bella terus menatap keluar jendela. Suasana sunyi membuatnya cukup canggung dan akward bersama Rian. Apalagi laki-laki itu diam saja tanpa sepatah kata pun. Padahal biasanya dia adalah yang paling cerewet di dalam mobil di banding Bella. Pasti ada saja yang di bicarakannya.

"Loh, ini kan bukan arah pulang?" sontak Bella menoleh ke arah Rian.

Rian tak menjawab, hanya senyum tipis yang ia berikan. Masalah ajakan Rian pulang tadi, sebenarnya ia tak mengajak Bella pulang. Namun mampir ke suatu tempat terlebih dahulu.

Bella mendengus sebal. Ia memilih diam dan kembali menerawang jalanan di luar sana.

Tak lama, mobil mereka berhenti di pekarangan rumah yang lumayan bagus. Pasti pemilik rumah itu adalah orang kaya.

"Ayo, turun,"

Bella menurut saja. Lalu turun dari mobil.

Kesal Bella tatkala ketika baru saja turun, Rian langsung menggandeng tangannya, menggenggam erat.

Sepasang suami istri itu berdiri di depan pintu yang bercat coklat sembari menekan tombol beberapa kali.

Tak lama, pintu terbuka menampilkan sosok perempuan yang tersenyum manis.

"Mas Rian dan... Mbak Bella?"

Mata Bella melotot, dadanya sesak, ia butuh pasokan oksigen.

"Kamu bawa aku ke rumah selingkuhan kamu?!" pekik Bella.

Belum sempat perempuan itu dan Rian berujar. Sosok laki-laki kecil berlari dari dalam rumah memeluk kaki Rian.

"Ayahhh,"

Rian tersenyum tipis, mengusap rambut sedikit keribo anak itu.

"Hai, apa kabar kamu?"

Dada Bella naik turun melihat pemandangan yang menyesakkan hati. Ingin ia pergi kabur, sayangnya Rian terlalu kuat menggandeng tangannya.

"Baik Ayah,"

"Eh, ayo masuk dulu," perempuan itu membuka pintu lebar mempersilakan Rain dan Bella masuk.

Rian menggandeng tangan Bella dan Vino masuk. Mau tak mau ia masuk dengan menampilkan wajah sinisnya pada perempuan yang tersenyum ramah padanya.

"Mau minum apa?" tanya perempuan itu ketika Bella dan Rian sudah duduk di sofa abu-abu itu.

FORCED TO MARRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang