"SAMPAI jumpa, kakak." Luci melambai-lambaikan tangannya pada Rian dan Bella."Jangan lupa pulang nanti harus sudah isi ya, kak Bell."
Bella mengerutkan keningnya. Dia hanya bisa tersenyum kikuk. Ia mengalihkan pandangannya ke samping.
"Mondole isi," gumam Bella dengan mencebikkan bibirnya.
"Sudah sana berangkat. Nanti ketinggalan pesawat." ujar Naomi.
Niatnya--Rian dan Bella tidak ingin pergi honey moon. Semalam saat makam malam, Bella protes tidak ingin pergi bulan madu. Usul itu di dukung oleh Rian. Namun, Naomi memaksa mereka, bersikukuh agar mereka pergi bulan madu. Dan pagi harinya mereka sudah di antar ke bandara oleh Naomi, Edward dan juga Luci.
"Ya, sudah. Kalau gitu kita berangkat." Rian menyalami tangan Papa dan Mamanya bergantian. Lalu, Bella juga menyalami tangan Papa dan Mama mertuanya. Luci-remaja tujuh belas tahun itu menyalami tangan Rian dan Bella.
"Kur, kur," Luci mengedip-kedipkan matanya manja pada Rian. Tersenyum jahil seraya mengacungkan jari jempolnya.
Rian hanya menatapnya datar. "Masih kecil itu belajar!"
"Dada," Luci melambai-lambaikan tangannya walau Rian dan Bella sudah berjalan menjauh dan tak tampak.
Apa yang harus di lakukan di sana nanti? Tidak mungkin kan Bella harus melakukan 'itu' dengan laku-laki yang tidak di cintainya.
Bella menghela nafas panjang, ia melirik laki-laki yang duduk di sampingnya. Rian, lelaki itu bahkan sudah menutup matanya.
°°°
Setelah memakan waktu yang lumayan panjang. Akhirnya mereka sampai juga di vila yang di pesankan oleh Naomi. Lagian, untuk apa ya Mama mertua Bella susah-susah memesan vila sebesar itu. Padahal hanya untuk dua orang saja. Harusnya kamar hotel saja sudah cukup.
Bella menyeret kopernya, dan langsung menghempaskan begitu saja setelah membuka pintu kamar.
Ia langsung merebahkan tubuhnya di kasur berseprai putih bersih itu. Kakinya menggantung di samping ranjang. Kedua tangannya ia luruskan memenuhi kasur. Badannya sangat lelah. Tanpa sadar saja. Hari sudah malam.
Bella mendengar derap langkah seseorang masuk ke dalam kamar. Tanpa Bella membuka matanya, dia tahu kalau itu Rian.
"Sudah malam. Harusnya kamu langsung mandi, banyak kuman di tubuh kamu," decak Rian.
Bella menghela nafas kasar. Ia membuka matanya dan memutar bola matanya malas. Lalu bangkit dari dan duduk dengan kaki bersila di atas ranjang.
"Kenapa, sih? Seneng banget nyuruh orang buat mandi," Bella merengut kesal. Bibirnya monyong ke depan.
Rian berjalan menghampiri Bella. Dia berdiri tepat di depan Bella membuat Bella menggeser duduknya ke belakang agar tidak terlalu mendongak menatap Rian.
Rain melipat kedua tangannya di depan dada. "Mandi biar bersih. Kamu itu kecut, Bell."
Bella memutar bola matanya. "Aku wangi!"
"Itu menurut kamu sendiri. Coba kalau orang lain yang cium kamu. Baunya sudah seperti tempat pembuangan sampah."
Bella bergumam. "Masa, sih?" lantas, ia langsung mencium ketiaknya kanan dan kiri bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORCED TO MARRY
Romance[Jangan lupa VOTEnya kawan] Bella--seorang wanita berusia dua puluh lima tahun di mana teman-temannya telah berumah tangga, Bella malah enggan untuk menjalin hubungan yang di namakan pernikahan. Selalu mendapat pertanyaan ; kapan menikah? Kok gak p...