25

1.7K 28 0
                                    

TENGAH malam Rian baru pulang ke rumah. Saat membuka pintu kamar, Rian tak mendapati sosok istrinya yang biasanya sudah tertidur pulas di atas ranjang jikalau ia pulang. Namun, kali ini ia tak menemukan batang hidung wanita itu di seluruh penjuru rumah.

Rian berjalan masuk, meletakkan tas kerjanya di atas meja. Lantas merogoh ponselnya di saku celana. Mencari kontak seseorang yang sedang di carinya.

"Nomor yang Anda tuju... "

Ketiga kalinya Rian tak mendapati jawaban dari seseorang di seberang. Malah justru nomor Bella tidak aktif.

Apa pekerjaannya sebanyak itu hingga membuatnya lembur? Rian membatin.

Tangan Rian bergerak lincah mengirimkan beberapa pesan pada Bella.

BELLALA DONG

[Bell, kamu belum pulang? ]

[Apa kamu sedang ada lembur di kantor?]

[Kenapa tidak mengangkat telefon saya? ]

[Ini sudah malam. Kalau mau pulang, telefon saya, nanti saya jemput]

Tak kunjung mendapat balasan malah yang Rian dapat adalah centang berwarna abu-abu.

Lantas ia meletakkan ponselnya di atas nakas, mengusap wajahnya. Entah mengapa ia merasa khawatir pada Bella saat ini.

Rian berjalan ke arah lemari, ia mengambil handuk. Saat ini, Rian akan mandi dan mencoba mendinginkan pikirannya yang tidak tahu di mana keberadaan Bella.

Ini juga salahnya. Harusnya ia mampir ke kantor Bella dulu tadi. Mengecek apa kah istrinya itu masih ada di kantor atau sudah pulang.

Tapi, mau bagaimana lagi. Tadi pagi saja ia sempat berdebat dengan Bella. Pasalnya wanita itu tidak mau di jemput lantaran ingin mengambil mobilnya di rumah orang tuanya, sedangkan Rian memaksa untuk menjemput. Perdebatan semakin panjang, lalu akhirnya Rian memilih mengalah dan membiarkan Bella pulang mengambil mobilnya itu.

Setelah menghabiskan beberapa menit waktu untuk mandi, Rian berjalan keluar dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih santai.

Saat akan berjalan keluar, pintu kamar di buka terlebih dahulu dari luar.

Seorang wanita yang di membuatnya khawatir tampak berdiri dengan keadaan utuh di ambang pintu.

"Bella,"

Bella berjalan santai memasuki kamar, menghiraukan Rian yang berdiri di depan pintu itu.

Saat Bella akan beranjak, Rian terlebih dahulu mencekal pergelangan tangan Bella. Menarik wanita itu mendekat dan mendekapnya erat.

"Kamu enggak apa-apa, kan, Bell?" Rian menciumi puncak kepala Bella.

"Apaan, sih? Emang aku kenapa?" sentak Bella merasa risih dengan kelakuan Rian yang tiba-tiba itu.

Bella melepas paksa pelukan Rian padanya. Menatap sebal pada laki-laki itu.

"Pasalnya ponsel kamu tidak aktif. Terus pesan saya juga tidak kamu balas,"

"Hape aku mati," ketus Bella.

"Tapi kamu enggak apa-apa kan?"

"Buktinya aku ada di sini, berarti enggak apa-apa,"

Rian menghela mafas lega. "Kamu belum makan kan? Ayo turun makan,"

"Enggak usah. Kamu makan sendiri sana! Aku sudah makan,"

"Kamu makan di mana?"

"Di restoran," jawab Bella sekenanya mulai risih dengan rentetan pertanyaan yang terus Rian lontarkan.

FORCED TO MARRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang