04

2.2K 82 0
                                    

UNTUNG saja hari ini pekerjaan tidak banyak. Tidak ada pertemuan-pertemuan biasanya dengan bos dari perusahaan lain di luar. Jadi, Bella bisa pulang dengan cepat. Cepat untuk rebahan maksudnya. Entahlah, apakah ini efek umur yang semakin tua atau apa, tapi Bella sering merasa badannya gampang sekali pegal linu. 

Bella menutup laptopnya. Bukan laptopnya. Tapi laptop kantor. Tangan Bella terulur untuk mengambil tote bag krem di bawah meja kerjanya. Dan segera berjalan keluar dari kantor. Ngomong-ngomong soal pulang, biasanya Bella akan pulang bersama Amber. Biasanya Amber akan menunggu Bella. Tapi, karena ada sedikit urusan penting, Amber meninggalkannya terlebih dahulu. Tak apa, Bella berani sendiri. Bella itu wanita tangguh.

Tiba-tiba Bella teringat akan rencananya semalam yang akan meminta bantuan Andi untuk jadi pacar pura-puranya. Mata Bella memincing, sembari mengedarkan pandangannya 

Pucuk di cinta, ulan pun tiba. Kebetulan sekali Andi bersiap untuk pulang. Bella segera menghampiri Andi. Sekalian nebeng juga. Dia tadi berangkat tidak naik mobil.

"Andi!" Andi menoleh. Mendapati Bella yang tengah berjalan ke arahnya.

"Eh, iya?"

"Mau pulang, ya?"

"Iya, nih." Bella mengangguk-anggukkan kepalanya. "An, aku mau ngomong sama kamu. Ada waktu?"

"Kebetulan sekali. Aku tadi juga nungguin kamu. Ada yang mau Aku bicarakan juga sama kamu."

Mata Bella berbinar bahagia. "Wah, yang bener, An?" tingkat kepedeannya sudah naik 100%. Bella berpikir positif saja, mungkin Andi ingin menyatakan cinta padanya. Ah, rasanya Bella ingin sekali berteriak.

Andi mengangguk. "Aku tahu kamu berangkat tidak bawa mobil. Sekalian Aku antar pulang. Ayo!" Andi membuka 'kan pintu mobil untuk Bella. Aw, Andi romantis sekali. Batin Bella menjerit. Rasanya pipinya merona.

Mobil Andi berjalan meninggalkan kantor. "Kita mau kemana?" tanya Bella basa-basi.

"Em, mampir ke restoran aja, ya, sekalian makan." Bella mengangguk setuju. Asal sama Andi, Bella mau-mau aja.

Andi membelokkan mobilnya ke sebuah restoran ternama. Bella membuka pintu dan turun dari mobil Andi. Mereka berjalan beriringan masuk ke dalam. Berharap Andi menggendeng tangannya. Namun, kenyataan tak sesuai harapan.

'Gak papa deh, gak di gandeng. Mungkin bentar lagi juga di ganteng aw, aw, aw' Bella bersorak dalam hati.

Mereka memilih bangku yang berada di pojok. Bella melepas tote bagnya dan meletakkannya di atas meja. Lalu mendudukkan bokongnya di kursi. Begitu juga pun dengan Andi, Andi duduk di kursi hadapan Bella.

"Kita pesan makanan dulu. Kamu mau pesan apa?" seperti saat mereka di kafe. Bella menyerahkan menu makanan itu pada Andi agar laki-laki itu yang memilih makanan. Bella ngikut saja. Sudah pernah Bella katakan. Apa pun yang Andi pilih, pasti Bella menerimanya. Hoho.

"Samain aja, An," Andi mendengus dengan tersenyum miring.

"Kamu ini kenapa? Setiap saja ajak makan pasti selalu nyuruh samain makanannya,"

Bella tersenyum memperlihatkan gigi-gigi rapi dan putihnya. "Pasti pilihan kamu enak kok."

Andi terkekeh pelan, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah itu ia memesan makanan.

"An,"
"Bel,"

Panggil mereka bersamaan.

Bella tersenyum malu. "Eh, kamu dulu deh yang ngomong," Bella mempersilakan Andi untuk bicara terlebih dahulu.

FORCED TO MARRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang