06

1.8K 68 0
                                    

BELLA turun dari mobilnya ketika sampai di rumah. Ia menatap mobil hitam yang terparkir tepat di pintu rumahnya yang membuat Bella memarkirkan mobil sedikit agak jauh dari pintu.

Bella mengamati mobil itu. Menerka-nerka siapa pemiliknya. Seketika mata Bella berbinar. Bella langsung berlari masuk ke dalam rumahnya.

Senyumnya merekah ketika melihat seseorang yang dirindukannya tengah duduk di sofa ruang tamu. Bella langsung berlari menghampiri orang tersebut.

"Papa!" pekik Bella.

Farhan--Papa Bella menoleh mendapati putri semata wayangnya berlari ke arahnya dan langsung memeluk dirinya erat. Walaupun sudah berumur dua puluh lima tahun, Bella itu masih seperti anak kecil kalau bersama Papanya. Ia sangat manja pada Farhan. Apalagi sang Ayah jarang di rumah dan di sibukkan dengan pekerjaan walaupun umurnya tak lagi muda.

"Papa, Papa kapan pulang?" Bella mencium pipi kanan dan kiri Farhan bergantian.

"Kenapa? Kangen ya?" Bella mendudukkan bokongnya di samping Farhan. Mengerucutkan bibirnya sebal.

"Papa nyebelin. Kerja di luar kota enggak pulang-pulang,"

Farhan terkekeh dengan tingkah manja anaknya. Tangannya mengacak-acak rambut Bella. "Putri kecil Papa kangen kan sama Papa? Eh kok putri kecil kan udah gede. Bentar lagi kan nikah." Kontan Bella langsung menoleh ke arah Farhan. Ia meringis dalam hati. Gak Papa gak Mama sama aja bahasnya nikah-nikah.

Dari arah belakang, Nessa berjalan menghampiri anak dan suaminya. Ia sudah berpakaian rapi dengan membawa dompet di tangannya.

Bella mengamati penampilan Mamanya yang sepertinya bersiap akan pergi. Dia juga baru sadar kalau Papanya itu juga berpakaian rapi. Oh, Bella tahu. Mungkin kedua orang tuanya itu mau kencan untuk melepas rindu satu sama lain. Huh, dasar lupa umur.

"Mama mau kemana?"

Nessa berdecap, berkacak pinggang menatap putri kesayangannya yang cantik pati purna menurun dari dirinya itu.

"Bella, kamu ngapain? Kenapa gak siap-siap?"

Bella menyatukan alisnya bingung. "Siap-siap kemana, Ma?"

"Ketemu calon kamu!"

°°°

Sedari tadi Bella mengerucutkan bibirnya sebal. Apa-apaan Mamanya itu. Tiba-tiba membuat acara dengan seseorang yang dijodohkan dengan dirinya. Jadi, benar kalau dia akan dijodohkan dengan om-om empat puluh tahun itu?

Bella tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya jika menikah dengan om-om. Bagaimana kalau itu om-om mesum berperut buncit yang biasa suka ngasih iPhone. Sungguh, Bella benci pria berperut buncit.

"Ayo, turun Bell," Bella turun dengan tidak ada niat sama sekali. Bahkan ia berharap untuk Tuhan membuatnya pingsan saat ini juga. Atau dirinya pura-pura pingsan saja? Ah itu mungkin lebih baik.

Mobil yang di tumpangi Bella dan kedua orang tuanya berhenti di restoran mahal dan ternama di Jakarta itu. Bella menerka-nerka kalau om-om yang akan dijodohkan dengannya itu adalah orang kaya.

"Ma? Jadi, Mama beneran mau jodohin Bella? Kan waktu itu Bella udah bawa pacar ke rumah, Ma," apa Mamanya tahu kalau waktu itu Bella dan Rian hanya akting sebagai pacar bohong-bohongan sehingga Mamanya kini ngebet untuk menjodohkan dirinya.

"Iya," jawab Nessa.

Bella mendengus kesal. "Ma, kenapa Bella di jodohin sih, Ma?"

Nessa tersenyum manis pada anaknya. Lalu senyum itu luntur seketika dan raut wajahnya berubah datar.

FORCED TO MARRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang