02

3.3K 102 3
                                    

Vote
.
.

LAKI-laki berjas putih itu keluar dari sebuah ruangan inap tempat di mana dirinya habis memeriksa pasien yang super duper rewel.

Bukan pasiennya yang rewel. Sebab pasiennya adalah anak-anak. Tapi, orang tua dari pasien tersebut yang rewel banget. Rewel meminta Rian untuk terus di ruangan tersebut memeriksa anaknya. Apanya yang di periksa? Padahal anaknya hanya sakit flu dan Rian juga sudah menuliskan obat agar di tebus oleh Ibu si anak di apotek.

Dia mengelap peluh yang ada di keningnya. Memberi senyum ramah pada beberapa orang yang dia temui di koridor termasuk juga perawat.

Siapa yang hatinya tidak akan meleleh dengan senyum tampan dokter tersebut. Bahkan setelah berpapasan dengan dokter tampan itu, perawat-perawat atau bahkan orang-orang biasa yang sedang berada di rumah sakit akan bersorak setelah melewati dokter itu.

Tidak dingin. Dia cukup ramah. Secara terang-terangan beberapa perawat rumah sakit itu memberi perhatian padanya. Bukan GR. Tapi, bayangkan saja. Setiap hari memberi makan siang. Bahkan itu adalah orang yang sama.

Tangan besar dan berotot itu menyentuh knop pintu ruangannya. Kaki panjang itu melangkah menuju kursi. Dia melepas jas putihnya yang ia kenakan, lalu di sampirkan ke punggung kursi. Bokongnya Dia dudukan di kursi tersebut.

Ponsel di dalam saku celana kulit berwarna hitam itu berdering membuatnya segera mengangkat ponsel.

Nama 'Mama' terpampang di layar ponsel berlogo apple itu.

Darian Diven Aldavidson laki-laki yang kini menginjak umur dua puluh delapan tahun itu selalu saja di tanya oleh sang Mama 'kapan menikah? kapan menikah?'. Rian pusing dengan pertanyaan itu. Toh jodoh itu di tangan Tuhan. Jodoh datang dengan sendirinya. 'Jodoh kalau tidak di cari, ya enggak datang' itu kata-kata mutiara Mama ketika Rian menyangkal ucapan Mamanya. Padahal umurnya sudah 32 tahun, takut sekali kalau dirinya akan menjadi bujang lapuk. Padahal banyak di luar sana yang berumur di atas tiga puluh juga belum menikah.

Dia juga belum terpikir untuk menikah di usia sekarang. Baginya masih terlalu muda. Tapi, melihat teman-temannya sudah memiliki anak, perasaan ingin menimang anak itu juga kadang muncul dari hatinya. Riam itu menyukai anak-anak. Apa lagi bayi-bayi mungil dan menggemaskan. Cita-citanya kalau mempunyai istri ingin memiliki banyak anak. Haha, rasanya Rian ingin menertawai dirinya sendiri. Belum punya calon tapi sudah memikirkan anak.

Ngomong-ngomong soal anak. Itu juga yang menjadi alasan ia memilih profesi sebagai dokter anak sebab ia sangat menyukai anak-anak.

Soal pasangan itu gampang. Siapa yang tidak akan terbius oleh pesona seorang Rian. Sudah tampan, kaya, dan mapan. Duh paket komplit sekali.

Rian menekan tombol hijau untuk mengangkat ponselnya walau sebenarnya malas. Rian sudah bisa menebak kalau Mamanya pasti membahas masalah perjodohan, perjodohan, dan perjodohan. Ini bukan jaman Siti Nurbayah yang di jodoh-jodohkan.

Sejak beberapa hari terakhir Mamanya itu sudah berkata akan menjodohkannya kalau Rian tidak segera membawa calon untuk di kenalkan dengan Mamanya. Siapa? Calon siapa? Sampai saat ini Rian belum menemukan dambaan hatinya sama sekali. Selalu saja perempuan yang mendekatinya hanya mencintai hartanya, dan wajahnya saja. Sudah tampak kalau cinta mereka tidak benar-benar tulus.

Pernah waktu itu Rian akan di jodohkan dengan seorang wanita. Oke menurut Rian, body wanita itu cukup bagus. Ya, memang laki-laki begitu, tahu kan? Tapi Rian tidak suka cara berpakaian wanita yang di kenalkan Mamanya itu padanya. Pakaian yang ketat memperlihatkan dengan jelas lekuk tubuhnya, bagian dada sedikit turun ke bawah sehingga sedikit menampakkan buah dadanya. Untuk apa seperti itu? Agar Rian tergoda? Yang ada Rian malah jijik. Oh, ya jangan lupakan dandanan wanita yang kelewat menor. Lipstik yang nemplok di bibir tebal wanita itu seperti habis di sengat lebah. Sangat mencolok merah. Begitu juga dengan dandanan yang lainnya terkesan norak. Rian bergidik ngeri dan langsung memutuskan secara sepihak acara makan malam kala itu membuat Mamanya gondok.

FORCED TO MARRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang