43

814 12 1
                                    

Hai guys, nanti kalo sempet aku mau revisi sekalian ngubah beberapa adegan or alurnya. Soalnya aku baca-baca nih cerita kek ga jelas gitu lama-lama😭 maap yak
.
.
.
.

HARI berganti bulan, bulan berganti tahun. Hiruk piruk masalah yang menerpa keluarga Rian dan Bella perlahan di selesaikan bersama. Sejauh ini tak ada masalah besar yang membuat keduanya sampai bertengkar hebat. Pasti keduanya akan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Apalagi mereka itu bukan anak kecil, orang dewasa tahu bagaimana menyelesaikan masalah mereka tanpa berlaku kekanak'kan.

Bella pun begitu, jika ada sesuatu yang mengganjal, pasti langsung di tanyakan daripada hanya di pendam yang akhirnya membuat hati sakit dan pikiran berkecamuk, memikirkan hal-hal negatif. Di umurnya yang saat ini menginjak dua puluh enam tahun, Bella bukan lagi seorang gadis kecil. Ia tak akan berlari dari masalah yang menimpanya bersama sang suami.

Seperti beberapa bulan lalu, ada seorang wanita yang tiba-tiba datang ke rumahnya. Wanita itu menangis histeris mengaku bahwa ia di hamili oleh Rian. Rain dengan tegas mengatakan bahwa ia sama sekali tak pernah menyentuh wanita lain selain istrinya. Apalagi wanita itu, bahkan mengenalnya saja tidak.

Tak lama, seorang laki-laki seumuran Roan datang menjemput wanita itu. Yang ternyata adalah kakak laki-laki wanita yang mengaku-ngaku hamil oleh Rian.

Wanita itu hanya terobsesi ingin menjadi istri Rian. Wanita bernama Rini itu dengan mantap langsung menjatuhkan hatinya pada sosok dokter yang ia kenal ketika memeriksanya di rumah sakit. Ya, dia salah satu pasien Rian.

Sebab masalah itu, Bella sampai merajuk berhari-hari meskipun mereka telah membicarakan masalah ini berdua.

Bukan Rian namanya jika ia menjadi kepala keluarga yang tak tegas dan terkesan bodoh amat. Tapi, ini adalah Rian yang dengan berbagai cara dapat menyelesaikan masalahnya dengan Bella. Masalah dalam rumah tangga memang kerap terjadi bukan, apalagi pernikahan yang masih awal-awal. Pasti banyak bencana yang ingin meruntuhkan hubungan tersebut.

"Lucu sekali," Bella terkekeh sembari mencubit gemas pipi gembul bayi perempuan yang berada di gendongan suaminya.

"Mau coba gendong?" tawar Rian.

Bella menatap suaminya penuh ketahuan. Antara ingin dan tidak. Detik selanjutnya Bella menggeleng.

"Kenapa?"

"Takut dia jatuh,"

Rian tertawa mendengarnya. "Mana mungkin, kalau kamu pegangnya dengan benar. Dia tidak mungkin jatuh, sayang." Bella hanya tersenyum meringis mendengarnya.

"Tapi, aku enggak bisa gendong," keluh Bella sendu.

"Belajar, untuk nanti kalau kita punya anak. Mau?"

Ragu-ragu Bella mengangguk pelan. Tangannya menerima bayi perempuan yang di berikan Rian padanya.

Lihat, Bella begitu kaku menggendong bayi itu. Selain karena ia tak pernah menggendong bayi, juga Bella tidak suka jika bayi-bayi menangis sebab suaranya begitu bising dan memekakkan telinga.

"Lucu," gumam Bella memandang pipi merah bayi di gendongannya.

"Sudah pantas, gitu. Kapan mau punya anak? Aku sudah ada dua pasang, loh," celetuk Hesti terkekeh melihat Bella dan Rian sedari tadi menggendong bayinya.

Memang saat ini Rian dan Bella berada di rumah Hesti, menjenguk wanita itu yang baru saja melahirkan anak kedua mereka. Seorang bayi perempuan yang begitu cantik menurun dari Hesti.

Bella dan Rian saling tatap. Kemudian Bella menunduk. Jika dulu ia selalu mendapat pertanyaan, "kapan nikah?" Sekarang justru menjadi, "kapan punya anak?" Ia bahkan tidak tahu kapan dirinya akan di beri seorang manusia mungil di rumah tangganya dan Rian. Meskipun Bella tak menginginkan seorang anak, tapi ia tak boleh egois. Bella yakin Rian menginginkan keturunan darinya. Apalagi suaminya itu menyukai anak kecil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FORCED TO MARRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang